How God Handle A Broken Heart

Jezibel Alfiya
2 min readOct 14, 2020

Tuhan itu memang adil.

Ketika aku berusaha untuk merangkai sebuah cerita yang berujung bahagia, Ia mengingatkanku untuk tenang dan tidak gegabah.

Ketika semua sudah terasa bahagia dan sempurna, diberikannya sebuah ujian agar aku lebih menghargai kesempurnaan itu.

Ketika kesempurnaan yang kukejar itu ternyata adalah sebuah kesalahan, Ia ingatkan aku untuk tetap membuka mata dan peka terhadap perasaan yang terbentuk.

Perasaan itu pun memilih jalannya sendiri.

Mungkin terdengar konyol — perasaan itu berlari, bersembunyi, berlari lagi, bersembunyi lagi, dan seterusnya — tetapi memang itu adanya.

Si Aku penakut. Tidak berani mengemukakan bahwa dia tidak pilu, karena Aku tidak percaya diri.

Lalu Aku timbun semua pertanyaan dalam otaknya tentang kepantasan dirinya untuk melangkah lebih jauh lagi.

Tidak lupa, Aku susun rapi-rapi semua proses yang sudah dijalankan, baik yang indah maupun gundah.

Tentu saja, Aku berusaha tidak membiarkan ada air jatuh dari mata.

Malah, si Aku tarik seluruh garis waktu ke belakang dan berpikir, mengapa kisah bahagiaku berujung nestapa?

Pasti karena Tuhan itu Maha adil.

Si Cinta sudah tidak di kekang dan Aku mulai mencoba meraba air yang bahkan tidak bisa digenggam.

Pasti Tuhan biarkan insannya belajar merangkak, berdiri, dan berlari lagi seperti dahulu kala saat mencari tempat berpijak.

Tertatih dan terluka adalah komisi yang didapat, namun kebahagiaan adalah bonusnya.

Dua insan kemudian harus memutar otak, dimana tempat berpijak yang sesungguhnya.

Semua harus jalan tanpa tergenggam sebelum waktunya.

Tuhan mengetuk pintu hatinya, apakah mereka benar-benar membawa-Nya kemana pun mereka pergi?

Karena yang lalai lah yang akan kalah.

Apa guna berusaha jika tidak ingat pada Tuhannya?

Ijinkan aku mengikhlaskan.

Jika memang Cinta yang lama itu tidak bisa diambil alih lagi, mungkin memang sekarang bukan waktu yang tepat.

Walau teriakan Aku selalu terdengar saat tak ada orang, tapi yang kuyakin si Aku juga paham mengapa Aku harus diam dan berjalan saja.

Cinta juga bisa mencari jalannya sendiri, tanpa Aku butuh untuk mengarahkannya lagi.

Dunia diputar Tuhan agar Cinta tau bagaimana Aku mengingat bagian mana yang berkesan dan yang harus dibuang.

Tuhan juga tau bahwa seluruh aliran air di wajahku itu karena-Nya, karena Aku tidak mau kehilangan Cinta-Nya.

--

--