Cerita Penulis Komersial Beda Generasi

Menulis masa kini dan dulu kala tentu berbeda. Kini para penulis dimudahkan dengan berbagai pilihan platform ruang digital yang beraneka. Tapi dulu kala, menulis mungkin berbekal laptop dan kalau jauh ke belakang hanyalah ditemani kertas dan pena.
Cerita Penulis, Mas Her: Titik Balik Menulis
Dua kawan penulis J kali ini beda generasi. Mereka bercerita mengenai pengalaman mereka menulis sampai melahirkan banyak karya. Mari mulai dengan tamu pertama J yaitu, Her Suharyanto yang akrab kami sapa Mas Her.

Ketika awal bincang-bincang, Mas Her menceritakan mengenai titik balik ketika dia memutuskan untuk menjadi juru tulis atau ghostwriter. Dia terinspirasi dari konsep orang Jepang yang dikenal dengan istilah ikigai. Iki berarti kehidupan, gai berarti nilai. Singkatnya, ikigai ini menjawab pertanyaan paling mendasar diri kita yaitu, “Mengapa saya hidup?” Melewati masa-masa kerja jurnalistik yang berat dan terjal, Mas Her kemudian dapat menjawab pertanyaan itu, bahwa dunia membutuhkannya untuk terus menulis. Barangkali jika disederhanakan, kita dapat melihat ikigai sebagai suatu panggilan hidup. Suatu panggilan menulis yang bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan banyak orang di luar sana.
Mas Her kemudian mengutip Pramoedya Ananta Toer dalam novel Bumi Manusia, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang dari masyarakat dan sejarah.” Namun, sayangnya banyak orang pandai yang tidak mampu menulis, apakah orang-orang itu harus hilang dari sejarah? Lanjut Mas Her. Pada bagian itulah Mas Her mengisi kekosongan dunia tulis-menulis. Baginya tidak masalah namanya tidak muncul, Mas Her sudah selesai dengan dirinya dan popularitas sebagai penulis atau wartawan. Sebagai ghostwriter, suara klien atau narasumber menjadi lebih penting, daripada suaranya. Mas Her merasa cukup bekerja di belakang layar dan memastikan suara itu didengar banyak orang. Bahkan dia berkelakar, suara yang muncul dari Bapak x misalnya barangkali melalui buku yang ditulisnya akan lebih berguna-karena namanya yang populer, ketimbang Mas Her yang bicara.
Melalui cerita Mas Her, kita belajar bahwa menulis bukan sekadar pekerjaan yang mencukupi hari-hari. Itu adalah bonus hasil kerja keras puluhan tahun yang telah dilakukan Mas Her. Menulis merupakan panggilan hidup, suatu proses menemukan jati diri, dan menyuarakan yang terlewat atau tersembunyi untuk kepentingan banyak orang.
Cerita Penulis Nabila: Memaksimalkan Platform Digital
Teman kita yang kedua adalah Nabilah Rosyadah atau yang akrab dengan nama pena Ariestanabirah.

Nabila berbagi mengenai pengalamannya menulis melalui wattpad. Terutama di masa pandemi ini, wattpad dapat menjadi salah satu alternatif, platform tempat kalian mulai menulis. Kita dapat mencontoh Nabila yang sukses dengan berbagai karya fiksi yang kemudian berhasil diterbitkan menjadi buku. Menurut Nabila, ada beberapa keuntungan penulis pemula dengan memanfaatkan wattpad. Banyak editor mencari penulis baru di wattpad. Selain menjadi portfolio kalian, wattpad juga mengumpulkan para pembaca karya-karya kalian. Hal itu juga dapat menjadi semacam tes market, sebelum karya kalian dibukukan. Kalian dapat mengetahui karya-karya mana saja yang sukses meraih banyak pembaca.

Baik Nabila atau Mas Her, pernah mengalami masa-masa tidak enak di dunia tulis-menulis ini. Nabila misalnya pernah dituduh salah satu karyanya plagiat buku orang lain. Sementara Mas Her pernah dikritik yang tujuannya menjatuhkan oleh rekan sekantornya. Namun, saat menghadapi problem macam itu mereka berdua tidak lalu patah arang. Keduanya berusaha menyelesaikan dengan mengklarifikasi dan tak membiarkannya berlarut-larut.
Kiat-kiat Menulis ala Mas Her dan Nabila
Setiap penulis pasti pernah mengalami yang namanya writer’s block. Lalu bagaimana mengatasi hal-hal itu? Mas Her selalu mengatakan untuk menulis, kita harus tahu dua hal ini “What to write?” dan “How to write?” Keduanya tentu tidak dalam sekejap dipelajari. BArangkali butuh kursus penulisan untuk mengasah itu semua. Dengan kata lain, untuk andal dalam menulis, membutuhkan waktu dan proses yang panjang. Menurutnya, menulis dapat diasah, dilatih, bukan soal bakat.
Nabila memberi tips menarik yang agaknya semua setuju dengannya. Ketika dikejar deadline Nabila akan produktif untuk menyelesaikan tulisannya. Dia kemudian menceritakan momen saat mengerjakan tesis dikejar deadline, di saat bersamaan dia dikejar editor untuk merampungkan novelnya. Kebayang betapa sulitnya fokus pada dua tulisan yang berbeda sama sekali: tulisan akademik dan tulisan fiksi dalam kurun waktu bersamaan. Itulah salah satu momen menantang yang berhasil Nabila lalui. Tesis selesai, novel pun juga, meskipun keduanya perlu direvisi. Saat itu Nabila juga sempat dikritik editornya bahwa dialog yang dia buat kaku. Mas Her mengingatkan kita pula bahwa apa yang kita baca mempengaruhi yang kita tulis. Begitu kira-kira yang terjadi pada Nabila, saat ia membaca banyak karya akademik, secara bawah sadar tulisan yang ia hasilkan pun menjadi kaku, padahal untuk karya fiksi. Namun, Nabila tak mudah menyerah, ia terus belajar dan memperbaikinya. Jangan ragu merevisi tulisan sendiri, revisi tentu sangat perlu dilakukan bahkan untuk tulisan seperti puisi. Ada satu hal lagi tips dari Nabila supaya kita menjadi terpacu untuk terus menulis, yaitu ikutlah kompetisi. berbagai lomba cerpen, novel bisa kawan-kawan sekalian ikuti untuk memicu kalian produktif menulis sekaligus juga mengasah kemampuan kalian.
Belajar dari pengalaman beda generasi antara Mas Her dan Nabila banyak yang kita dapatkan, apa yang ditulis di sini mungkin tidak sebanding dengan berbagai cerita yang telah mereka bagikan. Kalau ada yang mengatakan menulis itu susah-susah gampang, ternyata ada benarnya juga. Bagi Mas Her, disiplin pada step by step dalam menulis buku merupakan hal mutlak. Sementara, dari Nabila kita belajar mencoba platform digital seperti wattpad untuk mulai menulis. Tentunya cara Nabila memanfaatkan ruang digital untuk menulis tak lekang oleh waktu dan cocok di waktu pandemi seperti sekarang ini.
Akhir kata, jangan takut untuk menulis, tulis saja, revisi kemudian. Sampai jumpa dengan kawan-kawan J lainnya di acara J room’s berikutnya.
Catatan:
Teman-teman bisa baca di sini tentang ikigai.
