Untuknya, Pertama
Ku buka jendela
Ku hirup udara tanpa jeda
Kupu-kupu masuk ke dalam perutku
Memenuhi rongga
Aku terpana,
Pada matamu bagai hiasan kaca
Tak berani ku tatap untuk kali kedua
Karena mata ini tak ada izin menatapmu lagi,
Aku mengurus kupu-kupu
Yang semakin penuh tumbuh
Awalnya satu,
Kini jadi seribu
Hei, ini ulahmu!
Mereka mengisi penuh perutku dengan namamu,
Ku coba usir,
namun aku malah tersihir
Wajahmu selalu hadir,
bagai angin semilir
Kini kupu-kupu ku coba lepas satu persatu,
Hingga kupu-kupu terakhir pergi terusir,
Kau menjadi sepenuhnya milikku…
Puisi ini adalah hadiah untuk pernikahan Teh dilah dan Ikhwan yang saya tulis dengan sudut pandang kang ikhwan kepada th dilah.
Semoga bisa berkeluarga sampai ke syurga ya teh, kang!