Materi Cisco

Ari Jenang
20 min readApr 28, 2019

--

Belajar Konsep Dasar Subnetting dan Cara Perhitungan Subnetting

#1. Tahapan Belajar Subnetting

a. Prerequisites (prasyarat)
Syarat dasar sebelum belajar subnetting

Karena subnetting termasuk materi yang advance, jadi tidak bisa langsung dipelajari tanpa memahami dasar-dasar jaringan komputer terlebih dahulu. Intinya, belajarnya harus berurutan.

Kamu harus sudah tahu gambaran dasar jaringan komputer. Jika belum paham, silakan baca dasar internetworking, disitu akan dibahas perbedaan mendasar mengenai kinerja switch dan router.

Setelah itu kamu harus sudah paham susunan hirarki perangkat di topologi, dari access, distribution, core, dan WAN juga remote networknya. Ini bisa kamu lihat gambarannya di jaringan enterprise.

Kemudian kamu harus sudah paham bagaimana perangkat-perangkat di jaringan komputer saling bekerja, mengikuti aturan networking model, yaitu TCP/IP modeldan OSI model.

Kalau belum paham materi-materi yang saya sebutkan diatas, tidak usah lanjutkan membaca tulisan ini. Percuma, cuma buang-buang waktu kamu saja. Karena kamu ga akan paham.

b. Tahapan awal belajar subnetting #basic

Saat ini kita berada di tahapan awal belajar subnetting, kamu harus sudah paham dasar IP, jenis-jenis IP address, dan bagaimana struktur alamatnya, dst. Silakan baca penjelasan tentang IP Address kalau belum paham.

Sekali lagi, kalau belum paham dasar IP address, gausah lanjut baca materi ini. Kamu ga bakalan paham.

Di materi ini kita akan membahas lagi lebih dalam mengenai porsi network address, dan host address. Diawali dengan mengenal metode CIDR (classless inter-domain routing). Dilanjutkan dengan tahapan-tahapan membuat subnet.

Lalu belajar perhitungan subnetting FLSM (fixed length subnet mask). Setelah itu materi akan dilanjutkan konsep dasar IP routing, dan konfigurasi static routing. Disini kita akan mempraktikan FLSM untuk lab-lab tersebut.

c. Tahapan lanjutan belajar subnetting #advance

Di tahapan lanjutan belajar subnetting, kamu sudah paham bener konsep routing statis dan dinamis, juga switching (termasuk VLAN). Disini biasanya kita harus banyak-banyak latihan dengan lab yang besar.

Lab yang saya rekomendasikan adalah CCNA exploration (di bagian ip routing concepts and protocol). Ada puluhan lab yang keren-keren, kamu akan disuruh ngitung VLSM dan route summarization terus-terusan sampai benar-benar terbiasa.

Intinya disini kemampuan kamu sudah lebih ke penerapan ip addressing yang lebih kompleks. Akan lebih menarik jika networknya memiliki VLAN dan kasus-kasus seperti network summarization, network overlap, dan lain sebagainya.

Baiklah, tahapan belajar subnetting diatas sudah saya singkat karena nyatanya akan lebih panjang. Namun perlu saya sampaikan karena banyak yang belum paham konsep dasar, belum paham subnetting, udah ngelab jauh jauh ke private VLAN, qinq, BGP, MPLS, dsb.

Serius. Jangan seperti ini. Sayang banget waktunya.

Intinya, belajarlah secara sistematis, jangan ikuti ego dan terburu-buru, sayang waktunya jika terbuang percuma. Lebih baik sedikit namun dipahami.

Mari kita mulai materinya.

#2. Konsep Dasar Subnetting

Sekedar mencerahkan ingatan, di materi sebelumnya mengenai IP address, kita sudah tau range IP address berdasarkan kelasnya yakni kelas A, kelas B,dan kelas C.

Ambil range ip address kelas C, yang paling sedikit jumlah hostnya, maka network yang kita buat jadi seperti ini:

Gambar diatas hanya ilustrasi, sebab switch pada umumnya tidak sampai 250-an port. Jadi sebenarnya ada beberapa switch disitu. Tapi tetap saja, masalahnya… ada sebuah broadcast domain di network tersebut!

Satu broadcast domain yang luas sangat buruk untuk performa network. Kalau belum paham tentang broadcast domain dan collision domain, silakan baca dulu penjelasannya disini dan disini.

Karena itu, network tersebut bisa kita pecah lagi menjadi beberapa network, jadi seperti ini. (cara perhitungan subnettingnya akan kita pelajari dibawah).

(Butuh router untuk memecah broadcast domainnya, ya kan?)

Jadi, dari satu network dengan sebuah broadcast domain yang lebar, kita pecah-pecah menjadi (contoh) 4 broadcast domain.

Maka subnetting adalah subdivided network, yaitu (yang sebenarnya) adalah sebuah network, yang dibagi-bagi lagi menjadi beberapa network.

Saya tebali kata ‘sebuah network’, karena pada penerapannya nanti, network yang sudah disubnet tadi, ketika dirouting dari network yang lain, alamatnya tetap ‘network utama’ nya. Bukan subnetnya.

Maksudnya seperti ini.

Network yang tadi (192.168.100.0/24), saat dirouting dari network lain, tetap saja ke /24, bukan /26 yang sudah disubnet. Dalam penggunaanya, network utama ini sering disebut dengan global space address.

Kecuali memang yang ingin dirouting hanya subnetnya saja, jadi saat routing di Router B atau Router C, destination networknya adalah spesifik ke salah satu subnet /26 diatas.

Itu sedikit gambaran saja mengenai route summarization yang akan kita bahas di bab berikutnya.

Balik lagi ke konsep dasar subnetting tadi, mudah-mudahan sudah paham ya. Jangan pusingin dulu mengenai perhitung subnetting, dibawah akan saya jelaskan.

#3. Tahapan Membuat Subnet

Sebelum belajar perhitungan subnetting, kamu perlu tahu tahapan-tahapan apa saja yang perlu dilakukan untuk membuat subnet. Biar engga bingung.

Mungkin.. dari topologi diatas, kamu bertanya-tanya, kenapa topologinya seperti itu? Apa aturan membuat subnet? Alamat networknya ngasal saja apa gapapa mas?

Sekilas memang ketika melihat orang mensubnet networknya, asal saja. Namun sebenarnya, ada tahapannya. Secara garis besar, ada 3, yaitu:

Ketahui jumlah network address (network ID) yang dibutuhkan.

  • Satu untuk setiap subnet LAN
  • Satu untuk setiap subnet WAN

Jumlah ip address (host ID) yang dibutuhkan tiap subnet.

  • Satu untuk setiap TCP/IP host
  • Satu untuk setiap interface router/switch

Tentukan network keseluruhan, subnet, dan range IP tiap subnet.

  • Subnet mask unik untuk network keseluruhan
  • Subnet ID unik untuk setiap segmen fisik
  • Range IP address tiap subnet

Mari kita bahas satu persatu tahapan membuat subnet diatas.

Note: saya akan gunakan contoh yang ‘sedikit kompleks’ bagi pemula. Tujuannya semata-mata hanya untuk memberi gambaran jaringan yang biasa dikerjakan di lab-lab subnetting CCNA RS.

a. Pertama: Menentukan Network ID

Jaringan bisa saja agak kompleks yang memiliki beberapa zona misal internet, extranet, DMZ, intranet, dan lain sebagainya. Tapi sederhananya kita bagi saja atas WAN dan LAN.

Nah ketika membuat subnet, network LAN dan network WAN ini dipisahkan pensubnetannya. Seperti ini:

Lihat link WAN berwarna merah, dan link LAN berwarna ungu. Disamping itu ada juga link menuju ke ISP, tapi ini tidak kita bahas lebih lanjut. Karena prosedurnya beda lagi, kamu harus menyewa IP space ke ISP.

Sedangkan untuk private IP address, pemilihan alamatnya terserah kita sendiri. Patokannya, ukuran IP Address yang sudah kita bahas sebelumnya, ingat 2 hal ini:

  • Kelas IP address apa yang jumlah network addressnya banyak, namun jumlah host addressnya sedikit.
  • Sebaliknya.

Lalu sesuaikan dengan kebutuhan.

Disarankan untuk network LAN dan WAN berbeda kelas IP, namun sama juga tidak apa, asal… jaraknya atau range IP nya tidak berdekatan sehingga kalau ada pengembangan kedepannya tidak menjadi masalah (kita skip sejenak bagian ini).

b. Kedua: Banyaknya IP (Host ID) Setiap Subnet

Langkah kedua membuat subnet adalah mengetahui berapa banyak IP address yang dibutuhkan untuk LAN dan WAN. Nah yang butuh IP address kan perangkat-perangkat host (ex: client, server, dll) lalu perangkat network (switch, router, dll).

Misalnya di perkantoran atau sekolah, harus dihitung berapa banyak komputer, gadget, dan perangkat-perangkat network atau server yang ada.

Setelah jumlahnya diketahui, maka gambarkan lagi topologinya kira-kira seperti ini:

Sekarang topologinya sudah dilengkapi dengan jumlah kebutuhan IP tiap host di jaringan LAN dan WAN, serta saya tambahkan notasi interface router dan switch karena akan dipasangi IP address.

Disini kamu harus sudah paham mengoperasikan Cisco IOS dan sudah memahami tentang interface cisco IOS router dan switch.

Mari kita coba hitung kebutuhan IP address diatas.

  • WAN subnet, total 6 ip address
  • LAN subnet, total 222 ip address
  • Client butuh total 210 ip address
  • Interface router dan switch butuh total 12 ip address

Perhatikan topologinya, saya juga mengalokasikan ip untuk switch (virtual) interface atau SVI atau interface VLAN untuk kebutuhan management. Silakan baca konfigurasi telnet dan SSH switch cisco IOS pada bagian akhir.

Router dan beberapa perangkat juga ada yang menyediakan interface management. Biasanya di jaringan yang komplek, network management disegmentasi lagi, dibuat subnet khusus untuk management.

c. Ketiga: Tentukan Network Keseluruhan, Subnet, dan Range IP Tiap Subnet

Kita sampai pada tahapan terakhir membuat subnet. Dari 2 langkah diatas, kita sudah bedakan jaringan tadi atas LAN dan WAN. Kita juga sudah menghitung berapa total IP address yang dibutuhkan.

Nah dari total IP address yang dibutuhkan tersebut, disinilah kita menentukan alamat network keseluruhan (untuk LAN, dan WAN).

Kira-kira berapa? Tenang saja, dibawah akan kita pelajari cara menghitung subnetting. Ingat 2 hal ini.

  1. Tentukan kelas IP address yang mau digunakan. Ingat materi IP address sebelumnya.
  2. Alokasikan alamat network yang cukup untuk masa mendatang, manakala ada penambahan.

Silakan perhatikan gambar dan alamat IP address yang sudah saya alokasikan.

Gimana? Saya yakin kalau kamu benar-benar baru belajar subnetting, pasti pusing lihatnya. Disini saya tidak bermaksud mempersulit pemikiran kamu, hanya memberi gambaran saja.

Step by step perhitungannya akan kita bahas pelan-pelan. Materi masih panjang. Silakan disruput kopinya.

  • Meski kebutuhan IP address untuk LAN hanya 200 sekian, saya alokasikan sebanyak 512 ip address space (dengan /23).
  • Begitu juga dengan WAN, saya alokasikan sebanyak 16 space ip address (dengan /28).

Itu masih network address untuk network keseluruhan.

Kemudian tiap Headquarter dan Branch memiliki masing-masing 2 segment LAN dengan jumlah host yang berbeda-beda. Paling banyak ada 120 host.

Maka saya alokasikan tiap subnet LAN HQ dan Branch dengan space ip address sebanyak 128 dengan /26. Semuanya saya buat sama besar.

Teknik ini dikenal dengan FLSM (fixed length subnet mask). Di bab berikutnya kita juga akan belajar mengenai VLSM (variable length subnet mask) yang rangenya menyesuaikan kebutuhan host.

Dalam penerapannya, skema ip address diatas dibuat dalam bentuk tabel (sheet) dengan microsoft excel atau librecalc untuk memudahkan pengelolaan.

Okelah. Sampai disini harapan saya kamu sudah memiliki gambaran mengenai tahapan-tahapan membuat membuat subnetting.

Mari kita lanjutkan materinya.

Pertama: kamu harus paham dulu tentang subnet mask.

#4. Penjelasan Tentang Subnet Mask

Ketika packet dikirim, si pengirim akan memeriksa dulu alamat ip tujuan packet, juga subnet masknya. Subnet mask dibutuhkan untuk mengetahui alamat tersebut termasuk ke subnet yang mana.

Alasan lainnya, ada situasi dimana alamat IP sama, namun networknya berbeda, karena subnet masknya berbeda. Maka di kasus ini kita harus menyertakan subnet mask di pengaturan ip address.

Jika subnet mask tidak disertakan, maka alamat tersebut diasumsikan menggunakan default subnet mask, atau kita kenal dengan kaidah classful address.

Kelas IPFormatSubnet Mask DefaultAnetwork.node.node.node255.0.0.0Bnetwork.network.node.node255.255.0.0Cnetwork.network.network.node255.255.255.0

Contoh: jika subnet mask tidak dispesifikasikan.

Dari subnet mask kita bisa mengetahui berapa lebar network tersebut, berapa banyak host yang berada di network tersebut. Dibawah kita akan hitung-hitungan.

Sekarang.. ini yang perlu kamu pahami baik-baik.

Sederhananya, subnet mask adalah banyaknya jumlah bit yang bernilai 1 di porsi network.

Contoh subnet mask 255.255.255.0 (kelas C) berarti ada 24 network bit yang bernilai 1 (on), di oktet pertama, kedua dan ketiga. Sedangkan 8 bit sisanya, di oktet keempat, bernilai 0 (off), untuk host address.

Jika kita konversikan menjadi bilangan biner, jadinya seperti ini: 11111111.11111111.11111111.00000000. Silakan dihitung berapa jumlah bit yang bernilai 1 atau “on”.

Ada 24, ya kan? Maka ini juga disebut dengan /24 (notasi cidr), kita bahas dibawah. Dengan bilangan desimal maka tertulis subnet masknya adalah 255.255.255.0.

Silakan kamu konversikan subnet mask kelas B dan kelas C diatas menjadi nilai biner.

Di awal belajar subnetting, kamu perlu membiasakan mengkonversi subnet mask menjadi bilangan biner, lalu hitung nilai bitnya dengan metode perpangkatan.

So, kamu harus mengingat nilai perpangkatan 2. Ini akan kamu butuhkan terus menerus untuk mengetahui porsi network dan porsi host dari sebuah alamat IP.

2¹ = 22⁹ = 5122² = 42¹⁰ = 1,0242³ = 82¹¹ = 2,0482⁴ = 162¹² = 4,0962⁵ = 322¹³ = 8,1922⁶ = 642¹⁴ = 16,3842⁷ = 1282¹⁵ = 32,7682⁸ = 256..dst

Misal tadi 192.168.100.0 subnet mask 255.255.255.0, ada 8 bit porsi host yang tersedia, berarti 2⁸. Maka lebar hostnya adalah 256. Ini juga kadang disebut dengan block size.

Saya yakin ini tidak sulit dipahami, kamu cuma perlu ingat kelipatan 2 saja. Misalnya kamu sudah ingat kalau 2⁸ adalah 256, tentunya kamu tahu kalau 2⁹ adalah 512 atau 2⁷ adalah 128.

Tinggal kali 2, atau bagi 2, seterusnya seperti itu.

Nilai bit host dan bit network ini selalu saling berkaitan, jika ada 24 bit network, pasti ada 8 bit host. Jika ada 27 network bit, maka 5 bit sisanya adalah bit host. Gitu terus. Karena lebar totalnya adalah 32 bit.

Biar makin nyambung perhitungannya, mari kita bahas CIDR.

#5. Memahami Metode CIDR (Classless Inter-Domain Routing)

Jika dulu, semua pengalamatan IP berdasarkan kaidah classful (kelas A, kelas B, dan kelas C), sekarang tidak lagi.

Tahun 1992, IETF mengganti metode alokasi ip address diatas dengan Classless Inter-Domain Routing (CIDR), bisa kamu lihat di RFC 1338 dan RF 1519.

CIDR dalam penerapannya diawali dengan case ISP dalam mengalokasikan IP public ke pelanggan mereka. Nah karena jika semuanya bersifat classful, tentu ip address akan cepat habisnya. (Bisa digunakan untuk ip private).

Dengan CIDR, alamat network tidak lagi harus classful, bisa menggunakan subnet mask manapun (ada ketentuannya dibawah). Kemudian di CIDR kita mengenal notasi slash (/).

Contohnya 192.168.100.0/24, artinya ada 24 bit porsi network. Jika 192.168.100.0/29 berarti ada 29 bit porsi network, dan seterusnya.

Berikut tabel CIDR beserta jumlah host di setiap nilai subnet-mask / cidr nya.

Tabel tersebut kita sebut juga dengan “Classless IPv4 Address Allocation”. Ingat yang sudah saya jelaskan diatas, CIDR tidak lagi mengikuti kaidah classfull address.

Tapi, ada ketentuannya. Berikut ketentuan penggunaan CIDR.

  • /8 sampai dengan /15 hanya bisa digunakan oleh kelas A
  • /16 sampai dengan /23 hanya bisa digunakan oleh kelas A dan kelas B
  • /24 sampai /30 bisa digunakan oleh kelas A, kelas B, dan kelas C

Perusahaan-perusahaan besar lebih memilih menggunakan ip address kelas A. Karena dengan kelas A, semua subnet mask bisa digunakan. Network yang bisa dibuat juga lebih banyak.

Di cisco IOS, umumnya kita tidak bisa mengkonfigurasi IP address dengan notasi slash (/), jadi harus menggunakan subnet mask. Tidak masalah, toh sama saja kan, yang penting kamu paham /sekian subnet mask nya berapa.

Sampai disini, sudah paham kan mengenai penjelasan tentang subnet mask? Agar lebih matang lagi, mari kita lanjut ke hitung-hitungan.

#6. Perhitungan Subnetting

Akhirnya.. setelah panjang membahas konsep subnetting, subnet mask, dan CIDR, sekarang mari kita belajar cara menghitung subnetting.

Menghitung subnetting adalah kemampuan dalam menentukan kelas IP dan subnet mask yang dibutuhkan.

Ingat lagi tahapan diatas. Intinya kan, kita harus tahu dulu network yang ingin dibangun seperti apa. Totalnya ada berapa perangkat dan berapa user yang butuh ip address.

Jika kebutuhan network sudah diketahui, maka kita tinggal menentukan subnet mask nya. Selesai. Nah jika network tersebut ingin disubnet atau dibagi-bagi lagi, 5 hal berikut perlu kamu pahami:

  1. Berapa subnet yang bisa disediakan dari subnet mask tersebut?
  2. Berapa host yang valid dari setiap subnet?
  3. Berapa block size tiap subnet?
  4. Apa alamat broadcast dari setiap subnet?
  5. Berapa range host yang valid dari setiap subnet?

“Materi perhitungan subnetting berikut sebagian besar bersumber dari buku ‘Todd Lammle — CCNA Routing Switching Complete Study Guide’ karena menurut saya paling lengkap dan simpel”.

# Rumus Dasar Menghitung Subnetting

Oh ya, cara menghitung subnetting setiap orang bisa saja berbeda. Tapi dasarnya adalah 5 diatas, nanti ketika sudah lancar, kamu bahkan lupa sendiri rumusnya. Sudah luar kepala.

Ada berapa subnet? » 2^x
x adalah jumlah bit 1 di subnet mask. Misalnya 1100000, yang bernilai 1 ada 2, berarti 2² = ada 4 subnet yang bisa dibentuk.

Berapa host per subnet? » 2^y — 2
y adalah jumlah bit 0 di subnet mask. Misal 11000000, yang bernilai 0 ada 6, berarti 2⁶ — 2 = ada 62 host setiap subnet. Dikurang 2 untuk alamat subnet (network) dan alamat broadcast.

Block size tiap subnet? » Subnet mask — 256
Misal subnet masknya 255.255.255.192 maka 192–256 = besarnya block size tiap subnet adalah 64. Kita sebut juga increment size, atau besar intervalnya adalah 64, menjadi 0, 64, 128, 192.

Alamat broadcast tiap subnet?
Gampang ini mah. Kan sudah tahu tadi alamat subnet-subnetnya 0, 64, 128, 192. Alamat broadcast subnet 0, adalah 64–1= 63. Tinggal dikurang 1 dari alamat subnet berikutnya. Gitu juga subnet 64, alamat broadcastnya adalah 127, dan seterusnya dan seterusnya.

Range host yang valid tiap subnet?
Alamat valid yang bisa digunakan di tiap subnet. Misal, jika 64 adalah subnet address (network address)nya, 127 adalah broadcast addressnya. Maka range host addressnya yang valid adalah dari 61 (first host/lower address) sampai dengan 63 (last host/highest address).

Dah.. kalau kamu masih terbata-bata disini, tidak perlu khawatir. Seperti saya katakan diawal, belajar subneting butuh dedikasi waktu. Harus sering-sering latihan menghitung subnetting juga.

Mari kita lanjut dengan menghitung subnetting kelas C, kelas B, dan kelas A sampai terbiasa.

a. Menghitung Subnetting Kelas C

Bit subnet kita hitung dari kiri ke kanan. Di kelas C, hanya ada 8 bit porsi host, diambil dari oktet ke 4. Seperti berikut.

BinerDesimalCIDR00000000255.255.255.0/2410000000255.255.255.128/2511000000255.255.255.192/2611100000255.255.255.224/2711110000255.255.255.240/2811111000255.255.255.248/2911111100255.255.255.252/30

Kita tidak bisa menggunakan /31 dan /32, karena setidaknya kita membutuhkan minimal 2 untuk host, 1 untuk alamat network dan 1 untuk alamat broadcast.

Berdasarkan RFC 3021, /31 bisa digunakan untuk p2p, tapi ini diluar scope bahasan kita kali ini.

Ingat ya, class C memiliki lebar 256 bit host. Bisa kita pakai 254 ip address untuk dialokasikan, 2 diantaranya digunakan untuk alamat network dan alamat broadcast.

Itu.. dengan catatan 1 network. Nah kalau mau dipecah-pecah lagi menjadi beberapa network, mari kita hitung subnet yang bisa kita buat.

#1C: Subnetting 255.255.255.128 (/25)

Contoh alamat networknya adalah 192.168.100.0/25 atau dengan subnet mask 255.255.255.128. Lihat oktet terakhir (128), jika diubah menjadi binari maka hasilnya adalah 1000000.

Mari kita hitung sesuai rumus menghitung subnetting diatas:

  • Berapa subnet yang bisa dibentuk? 2^X(nilai bit yang on), dari 1000000, hanya 1 yang on. Berarti 2¹ = 2 subnet (ingat angka ini baik-baik).
  • Jumlah host tiap subnet? 2^Y(nilai bit yang off)-2. Dari 1000000 ada 7 bit yang off, berarti 2⁷-2 = 126 host setiap subnetnya.
  • Block size atau alamat-alamat subnet dibentuk = 256–128(subnet-mask), hasilnya adalah 128. Ingat ya, subnet pertama dimulai dari 0, maka subnet kedua adalah 128. Cuma itu, 0 dan 128. Totalnya 2 subnet, ya kan?
  • Alamat broadcastnya: subnet 0 adalah 127, dan alamat broadcast subnet 128 adalah 255. Inget lagi rumus diatas 🙂
  • Host yang valid: subnet 0 adalah dari 1 sampai 127, dan host yang valid subnet 128 adalah dari 129 sampai 254.

Selesai, hanya ada 2 subnet. (Kalau diteruskan dari alamat broadcast subnet 128, maka jadi network selanjutnya, yaitu 192.168.101.0). Biasanya yang baru belajar akan bingung dimana angka 256.

Ingat ya, nilai 256 tidak ada di ip address v4. Menghitungnya dari 0, sampai 255. Jika sampai 256, maka dia akan menambahkan nilai di subnet sebelah kirinya.

Agar lebih terbayang, kira-kira seperti ini topologi subnet yang barusan kita hitung. Ada 2 subnet yang bisa dibuat dari total /24, menggunakan /25.

Nice! Dari kelas C (total 256 porsi host) tadi, kita sudah bisa membaginya menjadi 2 subnet, dengan menggunakan /25. Mari, dilanjut.

#2C: Subnetting 255.255.255.192 (/26)

Sekarang, mari kita hitung subnetting dengan alamat network 192.168.100.0 subnet mask 255.255.255.192 atau /26. Binarinya adalah 110000.

  • Jumlah subnet: 2² = 4 subnet yang bisa dibentuk. Ada 2 bit yang on, dari 11000000.
  • Jumlah host tiap subnet: 2^y-2 = 62 host. Ada 6 bit yang off dari 11000000 maka 2⁶ = 64–2 (untuk network dan broadcast), berarti 62.
  • Block size dan alamat-alamat subnet yaitu 256–192 = 64. Kelipatan 64. Berarti 0, 64, 128, 192. Total ada 4 subnet.
  • Alamat broadcast masing-masing subnet: 63, 127, 191, dan 255.
  • Host subnet yang valid: 1–62, 65–126, 129–190, dan 193–254.

Perhatikan pola alamatnya. Tinggal kurang 1 atau tambah 1 dari subnet selanjutnya atau dari broadcast, terserahh… yang mana kamu suka. Gampang kan? Gampang kok!

Kalau kita buat topologi networknya, kira-kira jadi seperti ini.

Misal, kamu hanya butuh 3 network, karena memang cuma ada 3 departement. Maka penggunaan /26 sudah cocok. Karena pakai /25 akan kurang.

Masih lebih 1 subnet kan? Tidak masalah sebab ketika melakukan subneting disarankan memang ada spare/cadangan network yang kosong.

#3C: Subnetting 255.255.255.224 (/27)

Selanjutnya alamat network 192.168.100.0 dengan subnet mask 255.255.255.224 atau /27. Binari porsi hostnya adalah 11100000.

  • Jumlah subnet: 2³ = 8 subnet. Ada 3 bit yang bernilai 1 atau on: 11100000.
  • Jumlah host tiap subnet: 2⁵-2= 30 host. Ada 5 bit yang bernilai 0 atau off: 11100000.
  • Block size, atau interval tiap subnet: 256–224=32. Berarti subnet-subnetnya adalah 0, 32, 64, 96, 128, 160, 192, 224. Total ada 8 subnet.

!!Challenge
Sekarang giliran kamu, coba silakan gambarkan topologi yang bisa dibentuk dengan tabel subnet diatas. Jumlah router, switch, terserah.

Begitu juga jumlah subnetnya, terserah (asal tidak kurang). Hasilnya bisa submit di komentar bawah.

#4C: Subnetting 255.255.255.240 (/28)

Alamat 192.168.100.0 dengan subnet mask 255.255.255.240 atau /28. Dengan nilai biner porsi hostnya 11110000.

  • Jumlah subnet: 2⁴ = 64 subnet.
  • Host tiap subnet: 2⁴-2 = 14 host.
  • Block size/ interval/ nilai kelipatan subnet: 256–240 = 16.

Biasanya orang jarang berurusan dengan subnet 112, 144, dllnya (cari sendiri), karena itu, jarang yang terbiasa. Silakan kamu buat tabel subnettingnya di sheet app (excel, calc, etc), minimal 1 atau 2x.

#5C: Subnetting 255.255.255.248 (/29)

Banyak yaah. Kita bahas satu persatu. Sekarang network 192.168.100.0 dengan subnet mask 255.255.255.248 atau /29. Binari porsi hostnya adalah 11111000.

  • Jumlah subnet: 2⁵ = 32 subnet
  • Host tiap subnet: 2³-2 = 6 host.
  • Block size: 256–248 = kelipatan 8. Dari subnet 0, 8, 16, 24, 32, 40, dst.

Jangan bingung menghitung binari hostnya. Ingat, kalau /29, kan ada 29 bit yang on. Tapi karena kita bermain di class C, sampai oktet ketiga sudah on. Berarti sudah ada 24 binari.

Agar sampai ke 29, tinggal on-kan 5 binari di oktet ke empat. Oh ya, silakan buat subneting tabel dan topologi yang bisa dibentuk.

#6C: Subnetting 255.255.255.252 (/30)

Terakhir, alamat 192.168.100.0 dengan subnet mask 255.255.255.252 atau /30. Binari di porsi hostnya: 11111100.

  • Jumlah host tiap subnet: 2⁶ = 64 subnet
  • Host tiap subnet: 2²-2 = (hanya) 2 host.
  • Interval subnet: 256–252 = kelipatan 4. Subnet 0, 4, 8, …, 240, 248, dan 252.

Sekarang muncul pertanyaan.

Siapa pula yang mau mensubnet network kelas C dengan /30. Ada banyak network (subnet) hingga 64, sementara hostnya cuma ada 2. Ya kan?

Jawabannya, ada. Tapi tidak untuk koneksi LAN, melainkan WAN, yang biasanya digunakan ISP untuk memberi koneksi point-to-point ke client mereka.

Ingat yah, kamu harus terbiasa dengan CIDR yang barusan kita hitung diatas. Sangat sering digunakan untuk lab-lab CCNA dan network small to medium di lapangan.

b. Menghitung Subnetting Kelas B

Dengan kelas B, subnet yang bisa dibuat lebih banyak dibanding kelas C. Kita bisa menggunakan sebanyak 14 bit untuk subneting di kelas B.

… atau 14 buah cidr, seperti berikut.

Subnet MaskCIDRSubnet MaskCIDR255.255.0.0(/16)255.255.255.0(/24)255.255.128.0(/17)255.255.255.128(/25)255.255.192.0(/18)255.255.255.192(/26)255.255.224.0(/19)255.255.255.224(/27)255.255.240.0(/20)255.255.255.240(/28)255.255.248.0(/21)255.255.255.248(/29)255.255.252.0(/22)255.255.255.252(/30)255.255.254.0(/23)

Kita bisa pakai cidr dari /16 sampai dengan /30, ada 14, ya kan? Dari /16 ke /23, adanya di oktet ke tiga. Dari /24 sampai /30, adanya di oktet ke 4 (seperti kelas C sebelumnya).

Oh iya, saat kita mensubnet kelas B, artinya kita memiliki space address /16, lalu dipecah (disubnet). Bukan masing-masing networknya /16.

Sama seperti kelas C diatas, berarti kita punya space address /24, totalnya. Mau dibuat menjadi 2 subnet, berarti pakai /25. Mau dibuat 4 subnet, berarti pakai /26. Gitu seterusnya.

… bingung? Di konsep subneting awal sudah saya jelaskan dengan topologi.

Ayo kita mulai latihan hitung subnetting kelas B.

#1B: Subnetting 255.255.128.0 (/17)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.128.0. Nilai binari (dari oktet ke 3 sampai dengan oktet ke 4): 1000000.000000.

  • Jumlah subnet: 2¹ = 2 subnet. (Sama seperti /25 di kelas C).
  • Host tiap subnet: 2¹⁵-2 = 32,776 host. (7 bit di oktet 3, 8 bit di oktet 4).
  • Interval subnet: 256–128 = 128. Subnet 0.0 dan subnet 128.0. Total ada 2 subnet, ya kan? Lihat tabelnya.

Subnet0.0128.0First host0.1128.1Last host127.254255.254Broadcast127.255255.255

Contoh kali ini agak berbeda. Seperti saya katakan diatas, jika sudah sampai 256, maka dia akan pindah ke oktet sebelah kiri.

Perhatikan nilai 127.255 broadcast. Jika diteruskan kan maka jadi subnet selanjutnya yaitu 128.0 (ingat, bukan 127.256). Mirip sih dengan /25. Cuma karena pindah oktet saja.

Biasanya orang terbiasa dari hitungan /24 sampai /30. Jika sudah dibawah itu, kita bingung

Tips:
Gunakan cara mengingat dengan penambahan nilai 8. Misal, /17 kelipatannya mirip dengan /25. (Ingat: 17+8). Cuma pindah oktet.

#2B: Subnetting 255.255.192.0 (/18)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.192.0 atau /18. Binarinya 11000000.000000.

  • Jumlah subnet: 2² = 4 subnet.
  • Host tiap subnet: 2¹⁴-2 = 16,382 host tiap subnet.
  • Interval subnet: 256–192 = kelipatan 64, di oktet ke 3.

Subnet0.064.0128.0192.0First host0.164.1128.1192.1Last host63.254127.254191.254255.254Broadcast63.255127.255191.255255.255

Ingat, interval /18 sama dengan interval /26, yaitu 64. Hanya beda di posisi oktetnya saja.

#3B: Subnetting 255.255.224.0 (/19)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.224.0 atau /19. Binarinya 11100000.00000000.

  • Jumlah subnet: 2³ = 8 subnet.
  • Host tiap subnet: 2¹³ -2 = 8,190 host tiap subnet.
  • Interval subnet: 256–224 = kelipatan 32, di oktet ke 3.

#4B: Subnetting 255.255.240.0 (/20)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.240.0 atau /20. Binarinya 11110000.00000000.

  • Jumlah subnet: 2⁴ = 16 subnet.
  • Host tiap subnet: 2¹³-2 = 4094 host tiap subnet.
  • Interval subnet: 256–240 = kelipatan 16.

Silakan kamu buat tabel versi lengkapnya.

#5B: Subnetting 255.255.255.248.0 (/21)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.24080 atau /21. Binarinya 11111000.00000000.

  • Jumlah subnet: 2⁵ = 32 subnet.
  • Host tiap subnet: 2¹¹-2 = 2046 host.
  • Interval subnet: 256–248 = kelipatan 8, dari 0, 8, 16, … sampai dengan 248.

#6B: Subnetting 255.255.255.252.0 (/22)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.252.0 atau /22. Binarinya 11111100.00000000.

  • Jumlah subnet: 2⁶ = 64 subnet.
  • Host tiap subnet: 2¹⁰-2 = 1022 host.
  • Interval subnet: 256–252 = kelipatan 4. Dari 0, 4, 8, 16, 20, … sampai dengan 252.

#7B: Subnetting 255.255.255.254.0 (/23)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.254.0 atau /23. Binarinya 11111110.00000000.

  • Jumlah subnet: 2⁷ = 128 subnet.
  • Host tiap subnet: 2⁹-2 = 510 host.
  • Interval Subnet: 256–254 = kelipatan 2. Dari 0, 2, 4, 6, 8, 10, hingga 254.

#8B: Subnetting 255.255.255.0 (/24)

Alamat network: 172.16.0.0, subnet mask: 255.255.240.0 atau /24. Binarinya 11111111.00000000.

  • Jumlah subnet: 2⁸ = 256 subnet.
  • Host tiap subnet: 2⁸-2 = 254 host.
  • Interval subnet: 256–255 = block sizenya 1. Dari subnet 0, 1, dan seterusnya hingga 255.

Ya, kamu bisa subnet network kelas B hingga sampai /30. Diatas sudah kita bahas ketentuannya. Kelas B bisa menggunakan cidr dari /30 hingga /16.

Sampai sini, dengan /24 di kelas B, kamu bisa punya 256 network subnet yang bisa dibentuk. Masing-masing subnetnya bisa diisi sebanyak 254 host.

Mari kita lanjut ke perhitungan subnetting ip address kelas A.

c. Menghitung Subnetting Kelas A

Dari contoh-contoh subnetting kelas B dan kelas C diatas, tidak jauh berbeda dengan subnetting di kelas A. Hanya saja perhitungan subnetting kelas A bisa sampai oktet ke 2.

Karena dengan kelas A, kita bisa menggunakan cidr /15 hingga /8.

Kalau kamu mau mensubnet kelas A di oktet ke 3, gunakan cidr /16 sampai /23. Kalau mau mensubnet di oktet ke 4, gunakan cidr /24 sampai dengan /30. Ini yang sering digunakan di jaringan medium to high.

Saya juga tidak akan menjabarkan perhitungan subnetting di cidr /8 hingga /16. Nanti panjang banget, lagian kan, sama saja.

Jumlah subnet, dan intervalnya sama. Secara pattern. Namun jumlah hostnya berbeda.

Contoh: alamat 10.0.0.0 dengan subnet mask 255.192.0.0 atau /10. Berarti binarinya adalah 11000000.00000000.00000000. Jumlah subnet dan interval atau block sizenya sama dengan /18 atau /25. Hanya saja dia di oktet kedua. Paham kan sampai disini?

Kemudian perhitungan hostnya juga berbeda, sebab nilai bit yang off, lebih panjang, yaitu 22 bit. Berarti 2²²-2 = 4,194,304 host setiap subnetnya.

#7. Tips Mudah Menghitung Subnetting

Cara-cara perhitungan subnetting yang sudah saya jelaskan diatas adalah cara umum yang biasa digunakan orang ketika beru belajar subnetting. Setelah itu, caranya bisa saja berubah.

Biasanya.. tiap masing-masing orang memiliki teknik sendiri dalam menghitung subnetting. Saya pribadi, menggunakan ‘tabel sakti subnetting’. Seperti ini:

Kalau kamu perhatikan, ada kesamaan block size dan subnet mask di tabel tersebut. Hanya beda peletakan oktetnya saja. (Ingat hukum + dan — angka 8 yang diatas saya singgung).

Tabel diatas, suka saya sebut dengan tabel sakti, atau tabel malas, atau tabel bodoh-bodoh. Tapi.. ampuh kok. Mendinglah daripada pake ip calculator!

Kamu hanya perlu terbiasa dengan /24 hingga /30. Dibawah itu, tinggal kurangkan dengan angka 8. Block size dan masknya akan sama.

Tips: saat ujian CCNA
Karena CCNA cukup sulit bagi mayoritas orang, saat memasuki ruang ujian, kamu boleh membuat tabel subneting sendiri. Biar nanti tidak lagi repot menghitung ulang.

--

--