Pohon Jagung dan Pelajaran Hidupnya

Havid Gangsal A.
3 min readMar 9, 2018

--

Pohon jagung ini (gambar) saya unduh dari http://www.siduta.com/

Masih ingat lagu ini? “Cangkul..cangkul ..cangkul yang dalam, menanam jagung di kebun kita..”

Itu adalah Secuil lirik lagu menanam jagung yang mungkin bagi orang lain terkesan biasa saja, namun memberi arti mendalam buat saya. Dulu waktu saya masih seumuran bocah, masih imut-imutnya, (kalo sekarang juga masih imut agak amit-amit hehee..) saya sering membantu Bapak menanam jagung di sawah. Ini biasanya sering terjadi saat liburan sekolah tiba. Itulah kenapa akhir-akhir ini baru saya sadari ternyata yang membuat saya kudet soal tempat rekreasi mungkin karena hal ini, karena dulu pas liburan sekolah gak kemana-mana, cukup menghabiskan waktu di sawah, hikss..

Tapi itu tidak problem, ternyata banyak pelajaran hidup yang saya dapat dari sana. Menanam jagung itu gampang-gampang susah. Disinilah ada sebuah pelajaran hidup yang selalu terngiang-ngiang di otak saya. Ketika saya membantu Bapak menanam jagung, Prakteknya, Beliau yang membuat lubangnya di tanah dan saya yang menaruh benih jagungnya, kami sering sambil ngobrol ngalor ngidul, Beliau berkata:

” le, wene jagung iku urukono lemah ben iso cukul, ben gak di cucuk pitik” ( Nak, biji jagung itu timbunlah dengan tanah agar bisa tumbuh, agar tidak dimakan ayam).

” urip iku koyo wene jagung sing kudu nyonggo beban lemah urukan ben iso cukul, urip yo ngunu kudu iso nyonggo abote masalah ben iso dadi wong” (hidup itu seperti biji jagung yang harus menahan beban tanah agar bisa tumbuh, hidup juga begitu harus bisa menahan beratnya masalah agar bisa tumbuh menjadi manusia).

Maksutnya apa?

Setiap orang pasti pernah mengalami hal-hal berat dalam hidupnya, pernah berada pada titik terjenuh, bingung, galau berat pake banget, baper sampe laper dan sejenisnya. Semua itu adalah hal yang harus ditanggung dan dihadapi. karena memang sejatinya manusia butuh semua itu agar bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Proses tumbuh pun juga tak mudah, seperti benih jagung agar bisa tumbuh subur dan menghasilkan jagung dengan kualitas super, prosesnya tidaklah mudah. Kita harus menyiraminya rutin tiap hari pagi dan sore, memberinya pupuk kandang yang baunya tak sedap apalagi rasanya, sampai pupuk kimia yang juga aneh rasanya (pernah nyincipi ya mas? ya sedikit dan itupun tanpa disengaja), juga ada pestisida yang harus disemprotkan untuk membunuh hama perusak. Semua itu proses yang butuh waktu cukup lama dan tak mudah.

Begitu pula dengan hidup kita. Menyirami diri dengan keimanan setiap hari itu harus, telat satu hari akibatnya diri akan layu, cara nyiraminya? bacalah Kalam Ilahi, Alquran. Perbanyak doa-doa serta selalu mendekat pada Alloh SWT.

Begitu pula nanti ketika kita sudah tumbuh mungkin akan ada orang-orang atau teman yang tidak menyukai kita, menjauhi kita, memusuhi kita, mengejek dan mencemooh kita. Itu sungguh tidak enak bahkan kadang menyakitkan, perih dan menusuk hati (maaf lebay). Anggaplah itu layaknya pupuk kandang buat kita, yang nantinya justru membuat kita tumbuh semakin subur tanpa awalan kata eyang tentunya.

Akhirnya, ya begitulah menanam jagung itu menjadi hal yang menyenangkan buat saya. Banyak pelajaran hidup yang bisa saya ambil dari sebuah hal sederhana. Cukup Sekian, karena ini bukan iklan mie burung dara yang enaknya nyambung terus jadi mungkin di sambung lain waktu ajaah, hehee…

semoga bermanfaat dan barokah

~hga

--

--

Havid Gangsal A.

Amateur blogger | Profesional electrical | Sejenis manusia biasa dengan segala keterbatasannya | mikul dhuwur - mendhem jero