Pertama, kita harus mengerti asal asam urat. Sel hewan (termasuk sel manusia) memiliki struktur yang disebut DNA, yang berada di dalam nukleus sel. DNA ini dipecah menjadi konstituennya, disebut asam amino, saat sel mati melalui aksi sistem kekebalan tubuh. Beberapa asam amino ini disebut purin, yang pada gilirannya diubah menjadi bahan kimia lainnya. Tubuh kita mendaur ulang beberapa bahan kimia ini dengan yang tersisa untuk menjadi asam urat, yang dalam beberapa hal merupakan produk limbah yang kemudian diekskresikan oleh ginjal kita ke dalam urin.
Ini adalah proses yang sangat rumit namun dengan konsep ini, Anda mungkin mengerti mengapa penyakit tertentu dikaitkan dengan kadar asam urat yang tinggi. Misalnya, jika seseorang memiliki beban sel mati yang tinggi, seperti yang terjadi pada kanker tertentu atau pada mereka yang menjalani kemoterapi untuk pengobatan kanker, maka lebih banyak DNA dipecah menjadi purin, menghasilkan produksi asam urat berlebih.
Sebaliknya, bila asam urat tidak bisa diekskresikan secara efisien, seperti halnya banyak penyakit ginjal atau karena banyak obat yang mengganggu proses ekskresi ini. Hal ini terutama menjadi perhatian penderita diuretik, yang menghilangkan air dari tubuh kita dengan mengorbankan produk lain seperti asam urat. Jarang, seseorang dilahirkan dengan langkah yang salah dalam metabolisme asam urat, dimana asam urat berkembang pada usia muda, terkadang dikaitkan dengan riwayat keluarga asam gout awal dan agresif yang sangat kuat.
Bila kadar asam urat tinggi dalam sirkulasi maka disebut Hyperuricaemia. Situasi ini juga sangat terkait dengan obesitas. Dipercaya bahwa jaringan lemak meningkatkan produksi asam urat. Hyperuricaemia adalah bagian dari ‘sindrom metabolik’, yang dikaitkan dengan peningkatan risiko serangan jantung dan stroke.
Kita juga mendapatkan asam amino purin dari makanan kita. Diperkirakan 10–15% dari beban purin kita berasal dari makanan. Makanan yang tinggi purin termasuk jeroan, makanan laut (khususnya krustasea), daging merah, dan alkohol.
