Aurora Borealis — Gunvin

Part 1

gomu
7 min readOct 5, 2023

Kedua Kerajaan

Kerajaan Denne

Istana Denne

Istana Denne merupakan bangunan megah dihiasi bebatuan kristal berwarna biru yang terpahat indah disekitarnya, yang menunjukan betapa makmurnya kerajaan Denne. Jalanan dan pepohonan yang selalu berselimut salju berwarna putih menunjukan dimana ia berdiri, di pegunungan Alaska.

Istana yang masih berdiri kokoh tersebut di pimpin oleh Raja dan Ratu yang memiliki dua orang putra, yang berusia lima belas dan tujuh belas tahun. Kedua pangeran yang sudah tumbuh menjadi remaja tersebut memiliki postur tegap yang gagah, dan kecerdasan yang mumpuni.

“Pangeran Gunwook. Ayahanda memanggil.” ucap seorang tangan kanan pangeran yang usianya tidak jauh beda dengannya, dia berusia dua puluh tahun. Sesuai tradisi, seorang tangan kanan pangeran wajib bersama pangeran sejak usia lima tahun dan mengikuti semua ajaran diistana, dan biasanya orang yang ditunjuk merupakan anak dari tangan kanan raja. Benar-benar memuakan ucap Gunwook dalam hati. Semua tentang tradisi lanjutnya sebari melangkah keluar kamarnya dan bertemu tangan kananya Jiwoong.

“Kenapa formal sekali. Kan tidak ada yang lain.” Ucap Gunwook sambil berjalan diantara lorong menuju ketempat ayahnya.

“Ada. Ada penjaga kalau kamu tidak lihat.” Jawab Jiwoong yang hanya di balas helaan nafas dari Gunwook.

Ruang Singgasana

“Pangeran Gunwook datang.” Ucap Jiwoong sebelum keduanya masuk keruangan singgasana. Senyum terukir di bibir Ayah dan Ibu Gunwook saat melihat putra pertama mereka datang.

Gunwook. Kau sudah bersiapkan untuk berjunjung ke Istana Chivas?”

“Sudah ayahanda.”

“Jangan terlalu formal begitu anak-ku.”

“Kalau begitu jangan memanggilku diruangan ini.”

Perkataan Gunwook membuat Ayah dan Ibu nya tertawa. Tidak terasa anak yang dulunya bermain seenaknya disinggasana, mulai mengerti tempat sakral ini.

“Ayah, ibu. Jujur saja aku bosan harus berkunjung kesana. Usia lima, usia delapan, usia sebelas, ku pikir aku sudah tidak usah kesana, karena biasanya tiap tiga tahun sekali. Tapi sekarang diusia tujuh belas kalian memintaku untuk disana selama lima bulan, biasanya aku hanya satu minggu disana.” Gunwook mulai berceloteh dengan santainya seakan lupa ucapan sebelumnya.

Ayah dan Ibu nya hanya saling melempar senyum. Ibu nya bangkit dari duduknya lalu menghampiri anak sulungnya dipeluknya ia, dan dielus nya surai hitam milik anaknya.

“Anakku, kau pasti sudah sangat tahu kan tradisi kedua kerjaan kita dan bukan kan kah kau dengan Pangeran Gyuvin berteman akrab?”

“Tidak bu, aku tidak akrab dengan anak cengeng itu.”

“Benarkah? Bukannya tiap kalian bertemu kalian selalu asik bercengkrama?”

Gunwook melepaskan pelukan ibunya dan mengusap wajahnya kasar.

“Bu, itu berdebat bukan bercengkrama. Lagi pula itu saat kami usia sebelas. Kami tidak pernah bertemu kembali, karena si cengeng itu tidak pernah mengikuti ayahnya saat penjamuan ke kerajaan lain.”

“Dan kau merindukan si cengeng itu kan?” Jawab ibunya sambil mencolek hidung anaknya. Dan mendapatkan wajah tidak terima dari anak sulungnya itu. Seakan berkata apa-apaan pernyataan itu. Baru saja akan membantah ucapan ibunya. Ayahnya lebih dahulu berucap.

“Tapi kamu sudah paham betul kan Gunwook. Kalian akan menikah mau bagaimanapun.”

“Tapi yah, kami berdua laki-laki. Memangnya bisa menghasilkan keturunan yang ayah maksud?”

“Kamu ternyata belum paham betul tentang suku Chivas. Tak apa. Nanti juga kamu mengerti anakku.” Jawab ayahnya yang ikut berdiri dan menghampiri si sulung. Lalu menepuk bahunya dan melanjutkan perkatannya.

“Sekarang bersiaplah. Ayah, Ibu dan adikmu akan disana juga selama tiga hari.”

“Baiklah. Aku pamit dahulu ayah ibu.” Ucap Gunwook sambil berjalan meninggalkan ruangan itu.

Ruang pribadi pangeran Gunwook

Seusai pembicaraan dengan Ayah dan Ibunya. Gunwook duduk bersantai diruangannya. Toh bersiap pun, sudah disiapkan oleh orang-orang diistana. Matanya melirik ke arah tangan kanannya yang sedang duduk bersebrangan dengannya.

“Ji, menurutmu kenapa anak itu tak pernah ikut penjamuan ke kerajaan lain? Dia bahkan tidak pernah ke istana ini. Hanya aku yang kesana?”

“Entahlah mungkin itu tradisi, lagi pula saat kalian bertemu diusia sebelas tahun, dia pernah berkata padamu kalau dia tidak boleh pergi keluar lingkungan istananya sejak usia sepuluh tahun.”

Gunwook hanya diam dan mencoba mengingat kejadian tersebut. Lalu akhirnya memilih untuk membaca salah satu buku tentang suku Chivas.

Tidak terlalu banyak informasi yang ditulis dibuku tersebut, itu hanya seperti perkenalan awal yang biasa dipelajari dikelas. Semuanya sudah ia baca berulang. Tapi saat ia membuka halaman bergambar bunga tersebut, lalu menyentuhnya, bunganya memantulkan cahaya, lalu munculah selembar kata yang tertulis dibagian kiri buku, dan menjelaskan tentang seorang dari keturunan Chivas yang mau tidak mau saat usia sepuluh tahun harus diisolasi demi menjaga diri dari dunia luar sampai akhirnya diberi tanda oleh keturunan Denne sebagai simbol ikatan pernikahan yang akan diadakan saat usia keduanya dua puluh tahun. Gila. Gunwook bahkan baru mengetahui fakta dia akan menikah tiga tahun lagi. Dia kira dia bisa menikah kapanpun asal dengan keturunan Chivas. Ia pun lanjut membaca tentang keturunan murni Chivas yang diberi keistimewaan untuk bisa melahirkan asal dibuahi langsung oleh keturunan murni Denne. Saat membaca kata tersebut kepala Gunwook rasanya pusing, dasar tradisi gila, Dia bahkan tidak tahu bagaimana cara membuahi laki-laki.

“Tenang saja, kamu akan diajarkan disana, makannya waktu berkunjungmu jadi lebih lama dari biasanya.” Ucap Jiwoong seakan mengerti isi kepala Pangerannya itu. Dan Gunwook rasa Jiwoong juga ikut gila bersama mereka semua.

Sementara itu di sisi sebrang dari Kerjaan Denne ada Kerajaan Chivash. Jarak kedua pulau-nya bener-benar hanya terpisah laut.

Kerajaan Chivash

Istana Chivash

Istana Chivash merupakan kebanggaan yang dimiliki oleh Kerjaan Chivash. Bangunan megah kokoh yang berhiaskan atap kristal, menunjukan betapa makmurnya keadaan disana. Jangan lupa bangunan tersebut dikelilingi pepohonan yang rindang, dan perairan yang menunjukan bahwa letak istana Chivash tidak jauh dari laut.

Kerjaan Chivash dipimpin oleh Raja dan Raja, yang memiliki dua putra, berusia dua puluh dan tujuh belas. Kedua pangeran yang memiliki sikap dan sifat yang berbeda itu tumbuh begitu menawan, dan sangat dicintai semua warganya.

Tuk tuk tuk tuk. Bunyi ketukan kaki mengisi ruang megah singgasana istana Chavish

Ruang Singgasana

“Pangeran Gyuvin diam. Kaki-mu berisik.”

“Kau yang diam aku sedang gugup.”

“Pangeran Gyuvin. Bicara yang benar kepada kakak-mu.”

“Maaf ayah, habis kakak menyebalkan! Dia tidak tau aku sedang super gugup!”

“Pangeran Gyuvin.”

“Huft menyebalkan sekali berbicara diruang singgasana. Semua harus formal. Kalian mengerti kan aku sedang gugup. Pengeran Gunwook akan datang dan aku tidak tahu harus bagaimana? Apakah dia akan menyukai ku atau tidak? Pertemuan kami selalu berakhir buruk dan kita sudah tidak bertemu selama enam tahun! Itu sangat lama kakak, ayah, ayah. Rasan — .” Akhirnya mulut dari orang yang paling muda ditempat itu dibungkam oleh tangan kakaknya, Pangeran Hanbin. Dan dihadiahi jempol oleh kedua Ayahnya.

Ruang pribadi Pangeran Gyuvin

Gyuvin duduk disalah satu sofa lalu ia menempelkan punggungnya kesofa tersebut dan menghela nafas dengan berat. Kepalanya melihat keatas keatap yang sengaja dia minta untuk transparan. Lalu terpejam. Hampir saja ia tertidur. Sampai tiba-tiba ada langkah kaki yang mendekatinya. Tanpa membuka matapun dia sudah tau itu siapa. Matthew. Anak dari tangan kanan ayahnya yang ditugaskan menjadi tangan kanannya. Seorang yang seumuran dengan kakaknya. Dan sudah bersama dirinya sejak berusia lima tahun. Peraturan yang sama seperti Kerjaan Denne. Hahhh….Kerajaan Denne Ujar Gyuvin dalam hati.

“Ada apa? Bukan kah Pangeran selalu penasaran bagaimana rupa Pangeran Gunwook sekarang, dan Pangeran pun selalu bilang merindukan Pangeran Yujin.”

“Bisa berhenti tidak memanggilku Pangeran? Kita hanya berdua disini Mattu!”

“Baiklah, maafkan aku. Jadi bagaimana? Mau berceria” jawab Matthew sambil duduk disebelah Gyuvin yang sudah membuka matanya. Gyuvin pun menaruh kepalanya di bahu Matthew.

“Padahal ku kira aku akan menikah dengan Pangeran Yujin. Dia sangat imut dan lucu! Tidak seperti Pangeran Gunwook menyeramkan!” Ujarnya mengingat kejadian-kejadian yang lalu.

“Pangeran Gunwook tidak menyeramkan, kamu saja yang merasa terintimidasi, lagi pula kamu selalu mengganggunya dulu. Walaupun begitu dia selalu saja mau saat kamu menariknya pergi kemana pun kan?”

“Aku tidak terintimidasi! Dia menyeramkan titik! Lagi pula dia mau ikut denganku karena perintah orang tua kami. Huft kenapa aku yang menikah dengannya sih. Menyebalkan. Aku masih muda!”

Matthew yang mendengar perkataan Pangeran muda itu hanya tersenyum dan menggeleng, benar-benar keras kepala, itu adalah salah satu perbedaan antara dia dan kakaknya. Lalu Matthew menjawab.

“Baiklah. Pangeran Gunwook tidak mengintimidasimu. Dan kamu juga sudah sangat tahu kan, alasan kenapa kamu yang menikah. Jadi… bisa kah kita akhiri sesi malas-malas ini dan masuk ke kelasmu?”

“Aku ingin bolos.”

“Maaf pangeran muda. Aku tidak menerima alasan apapun lagi. Ayo!”

Pangeran Gyuvin adalah putra kedua. Alasan mengapa dia yang menikah karena Kerjaan Chivash juga tetap membutuhkan seorang pemimpin yang nantinya akan menggantikan pemimpin sebelumnya. Maka dari itu selalu keturunan kedua yang ditugaskan untuk menjalankan kepercayaan turun temurun suku mereka. Keturunan pertama tetap menikah dengan keturunan Denne, tetapi tidak ada batas kapan dan bagaimananya.

Seperti awal prolog. Dongeng ini dimulai dari turun temurunnya mitologi dua suku yang memiliki kepercayaan yang sama.

Yang menjadi awal mula dari kisah dua pangeran dari dua kerjaan berbeda.

--

--