Aurora Borealis — Gunvin AU

gomu
7 min readDec 14, 2023

--

Part 31

Suara langkah riang memenuhi lorong luar istana chivash, dan pelaku nya adalah kedua pangeran bungsu yang entah mengapa sangat ceria hari ini. Lalu langkah kedua nya terhenti saat melihat satu orang yang memang dicari kedua nya.

“Kak Gunwook!” yujin memanggil kakaknya dengan riang.

“Kak Gunwook!” diikuti gyuvin dengan panggilan yang sama.

Membuat gunwook terdiam di tempat dan tidak melanjutkan langkahnya.

“Kaaaaaaak ayo kita pergi keluar istana, kak gyuvin bilang kita bisa pergi kalau kakak ikut.” Bujuk yujin pada kakaknya, namun kakaknya malah melihat ke arah tunangannya meminta penjelasan kenapa tadi gyuvin memanggilnya kak.

“Kak gunwook! Itu adik nya lagi bicara didenger dong!” Sahut gyuvin dan mendapat pelototan dari gunwook.

“Baiklah, ayo pergi sore hari saat yujin sudah selesai dengan kelasnya.” Ucap gunwook dan direspon dengan pelukan kedua pangeran bungsu di depannya. Iya dia tidak di ajak.

“Yujinie sebaiknya kamu cepat masuk kelas lalu selesai dengan cepat sebelum pukul tiga!” Ucap gyuvin setelah melepaskan pelukannya lalu menangkup pipi adik nya itu.

“Oke! Kakak juga semangat ya belajar nya! Daaaan terimakasih kak gunwook, aku pamit duluuu.” Ucap yujin dengan riang dan berlari ke ruang belajar di ikuti oleh tangan kanannya.

Gunwook hanya menatap aneh adik semata wayangnya itu, aneh sekali melihat adiknya itu sangat ceria melebihi gyuvin-nya. Ah gyuvin-nya.

“Jadi kenapa memanggil ku kakak?” Tanya gunwook pada kekasihnya yang sekarang ia peluk.

“Penasaran saja! Memangnya tidak boleh?” Tanya gyuvin yang berusaha melepaskan pelukan.

“Diam. Kenapa berontak?”

“Gerah gunwook! Lepas!” protes gyuvin yang memang sedang merasa panas.

“Baiklah.” Gunwook pun melepaskan pelukan, lalu menggandeng tangan gyuvin dan berjalan ke dalam istana yang sejuk.

“Kamu ada kelas kan hari ini?” Tanya gunwook saat berpapasan dengan matthew yang kini mengekori kedua nya.

“Iya dengan guru bin. Bukan nya gunwook juga ikut?” Gyuvin berhenti untuk memetik bunga mawar cantik berwarna putih yang kini ia sisipkan ke daun telinga gunwook, lalu tertawa riang.

“Cocok sekali dengan pakaian mu!” Katanya.

“Terimakasih sayang. Tapi bunganya terlalu besar untuk ditaruh di telinga.” Ucap gunwook sambil membawa bunga kebesaran itu dan menaruh nya di saku depan jas nya di dadanya.

“Wow! Itu brilian!” Puji gyuvin “Kamu tidak berganti pakaian dulu?” Tanya gyuvin saat kedua nya kembali berjalan ke arah ruang belajar khusus pelajaran guru bin.

“Tidak usah, malas.” Jawab gunwook yang memang malas mengganti setelan formal nya. Tadi pagi ia ditugaskan untuk menghadiri pertemuan resmi, dan membuat kedua nya tidak bisa makan siang bersama.

Ruang belajar dua

“Ini tidak seperti ruang belajar.” ujar gunwook saat memasuki area serba biru.

“Iyaaaa guru bin berkata aku butuh tempat nyaman untuk pelajaran ini.” Jawab gyuvin lalu duduk di salah satu kursi yang berhadapan.

“Gunwook berat!” Oceh nya saat gunwook membaringkan badan nya menyender pada badan gyuvin.

“Aku lelah sayang.” Keluh putra mahkota yang semakin hari semakin sibuk, rasanya ia ingin kembali ke masa dimana ia hanya sibuk belajar, bukan praktek langsung.

“Bayiku lelah….” Ucap gyuvin dengan nada sedih sambil memeluk gunwook yang masih menyenderkan badan nya pada nya.

“Iya mah, papah lelah.” Jawab gunwook dan mendapat pukulan di bahu nya dari gyuvin, kemudian kedua nya terkikik geli.

Tolong ingatkan kedua nya, kalau diruangan ini masih ada matthew yang memantau dan siap memisahkan keduanya jika melebihi batas. Namun nama nya orang kasmaran mana sempat berpikir.

“Nanti gunwook mau dipanggil papah? Kalau punya adik bayi?” Tanya gyuvin sambil meniup rambut yang sedang bersandar padanya.

“Hmmm boleh, sebenarnya ayah juga tak masalah. Tapi papah lebih terdengar hangat. Aku tidak mau ada jarak dengan anak anak ku nanti.” Ucap gunwook sambil memejamkan matanya, namun terbuka lagi saat ucapannya itu tidak mendapat respon dari gyuvin-nya “Sayang.” panggilnya tanpa menoleh.

“Hiks…gunwook…” ternyata gyuvin sedang menahan isakannya sedari tadi makannya dia tidak merespon, gunwook pun duduk dan berbalik lalu memeluk gyuvin sambil mengusap punggungnya menenagkan.

“Hei kenapa?” tanyanya saat gyuvin sudah tidak menangis.

“Tidak… hanya… terharu….dan juga sedih…Gunwook pasti sangat khawatir tentang adik bayi, karena saat menjadi raja nanti gunwook akan sangat sibuk.” Ucap gyuvin sambil menangkup wajah kasihnya lalu mengecup bibir tebal itu “Aku janji sesibuk apapun gunwook, aku akan membawa adik bayi untuk bisa berkumpul bertiga atau berempat! Jadi gunwook tidak usah khawatir soal kedekatan kalian. Tentu saja gunwook akan dekat dengan anak kita nanti!” lanjutnya sambil memeluk gunwook yang kini sedang tersenyum.

Entah kenapa gunwook merasa memang gyuvin-nya ini, jadi lebih dewasa dari biasanya. Dia masih tetap seperti dulu, hanya saja sifatnya itu bertambah satu, dan tentu saja ini penambahan yang positif.

“Terimakasih sayang. Tapi aku mau adik bayinya empat atau lima. Jadi kita berenam atau bertujuh saat bersama.” jawab gunwook sambil memeluk balik gyuvin yang kini sedang terkejut.

Dan tentu saja matthew juga sama terkejutnya, ditambah guru bin yang juga terkejut padahal ia baru saja datang.

“Untuk bisa mendapatkan lima butuh usaha yang besar. Kalian pasti tahu itu.” Ucap guru bin, membuat sepasang kekasih itu mengakhiri sesi pelukannya.

Dan pelajaran pun dimulai.

Ruang baca di sayap kiri istana

“Hao-ya?”

“Iya ada apa pangeran?”

“Kita tunggu dikereta saja ayo!” ajak yujin yang sedang sangat bersemangat, karena akhirnya ia bisa pergi ke perkotaan chivash.

“Tidak bisa pangeran, masih ada satu jam lagi.”

“Haaaaah lama sekali sih pelajaran kak gyuvin. Apa karna ada kakak ku juga jadi lama?” tanya yujin sambil merebahkan kembali diri nya ke sofa panjang.

“Mungkin? Nanti juga kamu tahu saat mendapat kelas yang sama.” Jawab tangan kanannya dengan sabar.

“Ish jodoh saja tidak punya, bagaimana bisa belajar dengan guru bin!” Yujin bergerutu dengan sebal, membuat hao yang melihatnya jadi tersenyum karena saat sedang begini, pangeran bungsu nya ini terlihat seperti seusia nya. Lucu dan manis.

“Nanti juga ada kan pangeran, jangan terlalu terburu — buru begitu.” Ucap hao menenangkan.

Dan obrolan tentang jodoh dan cinta pertama pun dimulai sampai akhirnya waktu menunjukan pukul tiga.

“Kakak!” Ucap yujin sebari memeluk gyuvin lalu pelukan pun terlepas karena badan gyuvin di tarik oleh gunwook.

“Jangan peluk — peluk. Gyuvin punya kakak.” Ucap gunwook yang sekarang sedang memeluk tunangannya. Posesif.

Yujin hanya membalas kakak nya dengan tatapan jengah namun sambil ikut masuk ke pelukan itu, membuat gyuvin berada di tengah kedua pangeran denne, dan gyuvin pun tertawa karena tidak tahan melihat tingkah kekanakan kedua kakak beradik ini.

“Ehem” itu suara matthew yang membuat ketiga pangeran menoleh kearahnya, ia pun berkata tentang bukankah mereka harus segera berangkat agar tidak pulang kemalaman?

Dan karena hal itu kini mereka berlima berada di sebuah cafe yang ingin sekali gyuvin kunjungi. Gyuvin tidak bisa berkunjung sebelum nya karena dia selalu pergi diam — diam selama ini.

“Wow indah sekali!” Ujar yujin “Seperti kak gyuvin.” Lanjut nya dan mendapat hadiah kecupan di pipi dari yang di puji. Kedua nya pun terkikik lalu masuk meninggalkan pangeran sulung denne mematung di luar.

“Pangeran ayo.” Sampai akhirnya tangan kanan yujin mengajak pangeran sendirian itu masuk ke dalam juga.

Suasana hangat ditambah dekorasi pohon membuat tubuh gyuvin benar — benar rileks, ia merasa seperti masih berada dilingkungan istanannya. Kaki nya kini mengayun riang sambil menatap keseluruhan cafe dengan takjub, membuat gunwook lupa akan marah nya tadi dan memandangi kasih nya dengan tatapan hangat yang memabukan.

Membuat yujin merasa sendirian disini.

“Katanya jika terlalu lama menatap dan tidak berkedip nanti mata kalian akan memerah dan tidak bisa putih kembali.” Ucap yujin pada kedua kakaknya yang akhirnya memerhatikannya.

Seusai makan makanan manis sambil berbincang, mereka pun kembali berjalan menelusuri jalan yang gyuvin pimpin. Tentu saja dengan bantuan matthew, walaupun diiringi dengan omelan tentang mereka yang sudah pergi terlau jauh.

Namun tangan kanan gyuvin bisa apa selain menurut pada pangerannya yang siap mengadu kapan pun pada pengeran sulung denne saat permintaannya tidak terkabul.

“LIHAAAAT itu istana chivas!” Ucap gyuvin dengan riang karena mereka benar — benar pergi cukup jauh.

“WOW! Kita ada dibalik gunung.” Balas yujin tak kalah riangnya. Sebenarnya maksud kepergian mereka adalah untuk mencari siapa kah cinta pertama dari pangeran bungsu denne, namun hasilnya nilih. Tapi tak apa. Yujin masih bisa bersenang senang kok!

“Kemari.” Gunwook meminta gyuvin untuk mendekat ke arah nya, lalu ia genggam tangan tunangannya itu “Jangan terlalu jauh, satu tempat lagi lalu kita pulang.” Ucap gunwook dan mendapatkan tatapan sedih disertai bibir yang melengkung dari gyuvin dan yujin “Tidak ada protes lagi.” Lanjut gunwook dengan tegas.

“Baiklaaaaaah pangeranku. Ayo!” Ucap gyuvin sambil menarik gunwook untuk segera berjalan.

Mereka pun sampai disebuah restoran di tepi tebing.

“Ayooo kita makan di tempat duduk luar!” Ajak gyuvin.

“Dingin.”

“Diluar dingin pangeran.”

Itu suara gunwook dan matthew. Namun tentu saja gyuvin memilih untuk melepaskan genggaman tangan gunwook lalu menggandeng yujin dan berjalan ke arah meja bagian luar.

“Kak….ini…..”

“Bagimana???” Tanya gyuvin dengan semangat.

“Aku…. Sepertinya jatuh cinta.” Lanjut yujin sambil mengagumi pemandangan di depannya.

Hari ini masih diisi dengan cerita tentang perjalanan cinta yujin, dan hari ini ia belajar bahwa cinta itu bisa mencangkup banyak hal. Contohnya saat ia terpesona dengan pemandangan indah di depannya ini. Hari ini ia jatuh cinta pada alam.

--

--