Aurora Borealis — Gunvin AU

gomu
8 min readDec 16, 2023

--

Part 32

Setelah lelah berkelana mereka kembali ke istana chivash, denga ketiga pangeran yang terlelap pulas saat perjalan pulang hingga akhirnya sampai.

“Aku akan membawa pangeran yujin. Terimakasih untuk hari ini Matthew.” Ucap hao lalu membawa yujin dibantu oleh pengawal.

Kini tinggal matthew dengan sepasang kekasih yang sedang tertidur saling melingkarkan tangan.

“Hei. Maaf tidak bisa ikut berkeliling.” Itu suara jiwoong.

“Tak apa. Kaki mu kan belum sembuh sepenuhnya. Lagi pula ini chivash. Aku lebih paham.” Jawab matthew, membuat gunwook terbangun “Ah.. ternyata sudah sampai.” ucapnya, lalu…

“Maaf pangeran tapi tidak. Biarkan aku membawa pangeran gyuvin agar ia bisa tidur dikamar nya sendiri.” matthew mendahului gunwook saat ia akan berbicara, seolah tau apa yang akan pangeran denne itu katakan.

“Baiklah, hati — hati.” Jawab gunwook sambil membawa gyuvin keluar dari kereta, kemudian di bawa oleh matthew dan beberapa pengawal.

Kini tinggal tersisa gunwook dan jiwoong.

“Aku dari awal memang sudah curiga.” Ucap jiwoong membuka pembicaraan mereka.

“Curiga dengan matthew? Soal apa?” Tanya pangeran yang ikut terpancing ke dalam obrolan yang mirip gosip itu.

Kedua nya pun berjalan memasuki lorong istana chivash, sambil lanjut berbincang.

“Matthew selalu tahu isi pikiran ku. Itu agak menakutkan.” Keluh jiwoong membuat gunwook agak terpaku, karena ia jadi ingat tiap ia dan gyuvin melakukan hal diluar batas matthew selalu datang entah darimana.

“Dia juga selalu datang tiba — tiba saat aku sedang bersama gyuvin dan….ya begitu.”

“Mungkin dia punya sixth sens — ” ucapan jiwoong terhenti saat melihat matthew sedang berada di lorong pojok belokan dan sedang melihat ke arah mereka berdua.

Jiwoong dan gunwook hanya saling melirik dengan ekor mata, dan diam ditempat karena matthew kini berjalan ke arah mereka berdua.

“Maaf mengganggu perbincangan seru kalian. Pangeran gyuvin terbangun dan dia merajuk — tunggu pangeran — ” ucapan matthew terputus putus karena gunwook langsung pergi berlalu ke arah kamar gyuvin, dan matthew tidak bisa menyusul karena lengannya dicengkram oleh jiwoong yang tadi diperintahkan untuk menahannya.

“Maaf matthew, ini perintah.”

“Iya aku tahu. Sudah lepas. Ayo.” ajak matthew.

“Tida — ”

“Tenang saja, bukan ke kamar pangeran, ayo.” Sela matthew lalu berjalan ke arah berlawanan dengan kamar gyuvin.

Ruang baca pegawai

“Masuklah.” ajak matthew pada jiwoong yang tadi masih terbengong di pintu.

“Ini ruanganmu?” tanya nya sambil duduk dikursi hijau.

“Bukan. Ini ruang baca pegawai. Namun hanya beroperasi sampai sore.” matthew menjelaskan sambil membawa satu buku, lalu duduk di sofa coklat.

“Lalu kenapa kamu bisa masuk?”

“Tentu saja bisa, kunci nya kan ada padaku.”

Lalu hening.

Jiwoong hanya merebahkan dirinya di sofa dan sesekali melihat matthew yang sangat fokus pada satu buku. Ia jadi penasaran.

“Kamu membaca apa?” tanyanya.

“Kisah romansa.” jawaban tak terduga dari matthew membuat jiwoong hanya diam terpaku seolah ia salah mendengar.

“Kenapa?” Tanya matthew sambil menutup bukunya menatap jiwoong yang hanya diam terpaku.

“Tidak..ku kira kamu tidak suka membaca sebuah kisah…”

“Memang, aku membaca untuk belajar.”

“Kamu sedang sedang jatuh cinta?” Tanya jiwoong dengan nada yang sedikit berbeda.

“Kenapa? Kamu cemburu?” bukannya menjawab, matthew malah bertanya balik.

“T-tidak??” Lagi lagi jiwoong terkejut.

“Tahap satu, tidak mengakui.” matthew membalas dengan santai seolah dia adalah seorang pro.

“Apa? Untuk apa aku cemburu?” Sanggah jiwoong.

“Tahap dua, menyanggah.”

“Hah….sedang apa sih kau ini?”

“Tahap tiga, menyerang balik.”

“Hei?!”

“Kamu menyukai ku kan?” Tanya matthew sambil menatap mata jiwoong dengan yakin.

Jiwoong bahkan sudah tidak sanggup untuk berkata lagi. Dia hanya mengedip dengan cepat.

“Kalau tidak. Baguslah. Sangat merepotkan kalau kamu menyukaiku.” Oceh matthew terlihat lega dan tidak setegang tadi.

“Kenapa kamu terlihat lega begitu?” Jiwoong heran.

“Karena kita sama.”

“Hah?”

“Hah?”

Hening kembali.

“Jadi bagaimana perkembangan dua pangeran kita menurutmu?” akhirnya matthew bisa memecah hening.

“Entahlah, karena dari awal pun mereka sama —sama tidak pernah menolak satu sama lain.” Jawab jiwoong.

“Hmm benar juga. Ku pikir pangeranmu akan membuat pangeran ku sering menangis. Ya…. Walaupun sering juga sih.”

“Kapan??” jiwong tidak terima.

“Sejak mereka kecil kalau kamu lupa. Duh memang kamu pikun.”

Tanpa mendengarkan protes dari jiwoong, matthew pun bercerita tentang tangisan pertama gyuvin diusia nya yang ke delapan. Saat itu gunwook entah kenapa sedang merasa kesal, jadi dia tidak mau diganggu, dan mau bagaimana pun gyuvin suka mengganggu. Akhirnya gunwook kecil pun menaikan nada nya kepada gyuvin kecil yang langsung menangis saat itu juga.

“Ah iya juga…..… tapi sepertinya itu terakhir kali pangeranku membentak pangeran mu. Karena ia tidak pernah lagi melakukannya. Padahal usia mereka masih sangat muda.” Potong jiwoong ditengah cerita.

“Tetap saja membuat pengeranku menangis! Karena hal itu ia jadi setengah takut pada pangeranmu.” sela matthew dengan menajamkan matanya.

“Padahal pangeranku tidak pernah protes saat akhirnya ditarik pergi kemanapun untuk menemani pangeranmu!” Bela jiwoong.

“Hmmm iya sih. Aku agak heran. Pangeran gunwook itu memang iya saja atau karena merasa bersalah?” Tanya matthew dengan perubahan mood yang aneh menurut jiwoong, tiba — tiba atmosfer di ruangan ini terasa lebih santai.

“Tidak, Pangeranku itu tegas di usia nya yang masih kecil pun, mungkin karena ia senang dapat teman seumuran? Mau bagaimana pun sangat sulit hidup sebagai putra mahkota.” Ucap jiwoong agak bersedih.

“Kau benar, pasti sulit hidup sebagai putra mahkota dari kerajaan yang sangat besar…. Hidup sebagai anak bungsu di chivash pun sulit, karena pangeranku harus menanggung tanggung jawab besar untuk melanjutkan kepercayaan. Kamu pasti tahu juga kan, pangeranku itu merupakan anak ceria dengan energi yang sangat besar, sampai susah dibendung. Namun sesaat setelah pertungannya selesai dilaksanakan, dia harus hidup didalam istana ini, terkunci. Karena hal itu juga, sesekali ketika dia memohon untuk bisa mencuri waktu keluar istana aku selalu mengalah. Walaupun setelah nya aku dihukum……” lalu helaan nafas berat pun terdegar “…..pangeranku tidak pernah tau tentang hal ini, dia hanya tau aku dimarahi, jadi tolong rahasiakan hal ini.” Lanjutnya sambil menatap mata jiwoong yang sedang mengangguk yakin bahwa ia akan menyimpan rahasia itu.

“Kalau kamu sadar, istana chivash lebih besar dan luas tiap kamu berkunjung kesini. Selalu ada ruang baru yang tercipta.” matthew kembali berucap sambil meminta jawaban dan dijawab iya, selalu ada tempat baru di istana chivash.

“Itu karena pangeranku. Ia selalu meminta ruangan baru entah ruangan bermain, membaca, perpustakaan, atau taman baru, dan kedua orangtua nya tidak bisa menolak, karena anak manis itu juga tidak pernah membangkang sekalipun, walaupun dia terlihat seperti anak jahil yang nakal. Satu — satunya hal nakal yang di lakukan adalah kabur saat ada acara resmi itu juga membawa pangeranmu kan, karena gyuvin merasa dia akan aman jika bersama pangeran gunwook — ah maaf aku sebenarnya selalu memanggil nama ketika hanya berdua.”

“Tak apa aku juga begitu. Gunwook terkadang marah saat dipanggil sangat formal saat sedang santai.” Ujar jiwoong sangat mengerti.

“Kita beruntung memiliki pangeran yang baik.” Puji matthew pada kedua nya.

“Benar sekali, walaupun gunwook terlihat seram dan terkadang dingin, dia adalah anak baik yang hangat, dia juga penuh kasih sayang, makannya aku selalu bilang padamu kan untuk tidak usah khwatir, aku yakin gunwook tahu batasannya.”

“Itu beda lagi kalau sudah melibatkan nafsu. Kamu tidak ingat adegan kolam? Mereka bahkan baru bertemu selama beberapahari saat itu, apaan kecupan bahu itu? Semenjak itu aku jadi agak was — was.” Matthew berucap dengan emosi yang meluap seperti sudah menahan terlalu lama.

“Hahaha” ada tawa kaku dari jiwoong mencoba menenangkan namun malah terlihat kikuk “ehem, sejujurnya aku juga kaget saat itu. Aku juga baru tahu sisi gunwook yang seperti itu.”

“Hmm iya kan? Kamu saja kaget! Dan sejak kejadian bertemu pangeran dari Hunn, mereka jadi semakin dekat. Entah karena apa, karena kita juga tidak tahu apa yang mereka bicarakan di rumah pohon….. Aku sebenarnya lega, karena gyuvin selama ini selalu khawatir tentang ia akan diterima apa ditolak oleh tunangannya, karena saat itu ada jeda lama sampai kalian ke chivash lagi. Dia selalu mengoceh soal pangeran denne yang melupakannya, walaupun tetap saja dia selalu takut saat gunwook ada pada saat berkunjung. Aku terkadang heran.” matthew menatap jiwoong meminta agar lelaki itu juga setuju dengannya.

“Ehem…” jiwoong malah merasa gugup tanpa alasan saat melihat mata berharap itu, lalu ia berucap “Iya aku juga terkadang heran dengan kedua nya. Dan… sejak kembali dari chivash saat usia nya sebelas tahun atau saat mereka bertunangan. Gunwook tidak pernah melirik atau dekat dengan siapapun dalam hal romantis. Sejujurnya aku agak kaget. Gunwook termasuk anak yang kritis dan memprotes banyak hal, dia juga terkadang mengeluh soal perjodohan. Tapi perlakuannya sangat berbeda dengan keluhannya. Selain menolak semua hal romantis, dia juga selalu terlihat tidak tertarik dengan siapapun. Padahal tidak ada larangan untuknya berpacaran dengan yang lain… sebentar jangan memotong dulu. Bahkan saat teman — teman nya mencoba memasangkannya dengan yang lain dia selalu berkata dia sudah bertunangan.” Jiwoong bercerita sambil tersenyum bangga.

“Kamu tahu? Dia selalu bersikap tidak peduli dan sok acuh tentang pangeranmu, tapi saat tahu akan ada pertemuan dia selalu bersemangat tanpa dia sadari kemudian kecewa karena tentu saja pangeran hanbin yang akan bersama raja. Hahaha maaf tapi itu sangat lucu. Dan ketika aku bertanya padanya, dia akan marah tanpa alasan. Katanya aku sok tahu. Ck dasar anak muda.”

“Kau juga masih muda tahu. Tapi hahaha lucu sekali. Jadi kalian tidak tahu soal gyuvin yang di isolasi? Ku pikir kalian tahu.” matthew agak terkejut mengetahui fakta mereka tidak tahu.

“Tidak, tidak ada yang memberi tahu, dan sudah ku bilang kan gunwook selalu bersikap sok acuh tentang pangeran gyuvin sebelumnya. Jadi saat itu kami tidak tahu, maaf tidak berkirim surat.” Ucap jiwoong ambil membungkukan badannya.

“Eh? Tak apa…. Ya walaupun aku sedikit sebal saat itu. Tapi kan itu dulu. Syukurlah mereka berdua bisa saling menerima satu sama lain. Ah… aku jadi teringat saat ditokyo.” Matthew menyenderkan tubuh nya ke sofa sambil memeluk bantal “Saat itu kita sangat panik saat tahu mereka sudah meninggalkan tempat pesta sejam sebelumnya. Dan gila. Mereka berendam bersama. Jantung ku saat itu seperti akan berhenti.” lanjutnya sambil menepuk dadanya.

“Wajah mu juga semerah tomat saat itu, dan wow aku terkejut saat melihatmu langsung membuka pintu dan berlari ke tempat berendam.” jiwoong merasa itu hal menyenangkan saat ia pikirkan kembali.

“Tentu saja aku khawatir, sebelum nya kan gyuvin menangis beberapa kali tanpa aku tahu kenapa nya. Dan kenapa saat itu kamu membalikkan badanmu?” matthew merasa heran.

“Aku malas terkena ocehan pangeran denne setelahnya, padahal dia hanya cemburu. Jadi aku memilih untuk tidak melihat. Kan ada kamu juga”

“Benar juga. Tidak ku sangka pangeranmu itu sangat pecemburu. Menyebalkan.” keluh matthew.

“Hahahaha iya terkadang dia sangat menyebalkan saat seperti itu. Makannya kamu jangan aneh — aneh.” ucap jiwoong mencoba membujuk.

“Tidak bisa, sebelum mereka menikah aku tidak akan membiarkannya.” dan jiwoong gagal membujuk.

“Waktu di denne saat setelah upacara anugerah, kamu dan pangeranmu bekerja sama agar aku dan gyuvin terpisah kan?” Tanya matthew penuh curiga.

“Iya” jawab jiwoong enteng.

“Sial. Pantas saja mereka berdua tiba — tiba ada di kamar saat aku mencari, dan wajah gyuvin sangat memerah saat aku datang. Hhhhh untung saja aku datang.” Matthew merasa lega.

“Dasar kamu ini. Tenang saj — ”

“Sudah ku bilang aku tidak bisa tenang!”

“Oke baiklah….jangan marah marah padaku.” Ujar jiwoong mencoba menenangkan lagi.

“Hmmm maaf jiwoon….Habisnya aku tidak bisa mengomeli pangeran mu. Jadi padamu saja.” Matthew meminta maaf dan dijawab dengan gelak tawa dar jiwoong.

“Santai sajaaaaa. Kamu lucu sekali.”

“Memang.”

Lalu hening kembali. Kedua nya sibuk dengan pikiran masing — masing entah berapa lama, sampai…

“Matt — ah dia tertidur. Pasti lelah habis marah — marah.” Jiwoong bangkit dari duduknya lalu menghampiri matthew untuk mengendong nya, baru saja tangannya akan memegang, tapi tangannya itu sudah dicengkram erat oleh orang yang tadi sedang terlelap.

“Oh.. maaf jiwoong. Membuat ku kaget saja. Mau apa kau?” tanya matthew sambil mengerjapkan matanya.

“Wah….iya juga kamu kan tangan kanan pangeran. Refleks yang bagus.”

“Apasih. Sana.” Ujar matthew mengusir jiwoong agar pergi dari hadapannya.

“Padahal aku mau membantu mu agar bisa tidur diruangan mu tapi malah diusir.” Jiwoong berkata dengan nada yang ia buat sesedih mungkin.

“Kamu lebih berbakat dalam berperan sedih daripada gyuvin.” Ucap matthew sambil berdiri “Tapi terimakasih, aku bisa sendiri, ayo keluar. Aku akan mengunci pintu.”

Mereka pun kembali ke ruangannya masing — masing, sambil berpikir tentang kenapa setiap ada kesempatan berbincang berdua, topik nya selalu tentang pengeran mereka? Padahal itu adalah waktu yang tepat untuk saling mengenal lebih dalam. Agar semakin akrab. Mungkin?

--

--