Aurora Borealis — Gunvin AU

gomu
3 min readOct 25, 2023

--

Part 16

Chivash

Gerbang sudah di tutup. Upacara pun sudah usai. Keluarga Chivash meminta waktu untuk mereka bisa berkumpul terlebih dahulu dan mereka pun diantar ke ruangannya.

Wajah Pangeran bungsu Chivash terus tersenyum sejak upacara usai, dada nya masih berdebar, dia masih tidak menyangka dengan apapun yang terjadi tadi. Lalu ada sebuah tangan yang mengelus tangannya, itu tangan kakaknya, mereka pun saling mengenggam dan tersenyum lalu berjalan mengikuti kedua orang tua mereka. Sebelum berbelok, kepala si bungsu menoleh ke arah si sulung Denne yang sedang tersenyum dan berkata tanpa suara sampai jumpa nanti, dan dibalas si bungsu dengan anggukan disertai senyuman.

Tempat keluarga Chivash di istana Denne

Mereka pun masuk ke tempat menginap, senyuman si bungsu makin tercetak lebar kala melihat banyak bunga disekitar, rasanya seperti dirumah.

Seusai masuk, sang ayah langsung memeluk putra bungsu nya, di elus nya helaian rambut anak kedua nya itu, lalu di kecup pelan dahinya, pipinya ia tangkup dan berucap “Anakku, kamu mempunyai tanggung jawab lain sekarang, ayah yakin kamu bisa menjaga dirimu, dan tak usah terlalu khawatir karena kami juga akan selalu menjagamu, dan…. Terimakasih sudah selalu mengerti.” tutupnya lalu mengecup kedua pipi dan dahi dari Putra Bungsunya.

Sang putra hanya bisa menahan tangis, anak cengeng itu merasa tidak sanggup lagi menahan tangisnya. Akhirnya bulir air mata nya mulai berjatuhan membahasi pipinya yang gembil, entah lah…perasaannya terasa campur aduk.

Lalu usapan halus di pipi nya membuat nya menoleh kearah depan itu papanya yang sedang menghapus air mata nya, papanya tersenyum sangat manis.

“Kan, jadi menangis. Nanti riasan mu luntur loh sayang. Sudah jangan menangis, sini papa peluk.” Dia pun memeluk erat papa nya, dan ia pun menyadari satu hal, ia merindukan pelukan hangat ini. Usapan papanya di surai nya membuat kedua matanya menutup, menikmati, lalu papanya berucap.

“Sayang, kamu masih bersama kami dua tahun lagi, walaupun tidak sepenuhnya… tapi kamu harus ingat kami selalu ada untuk mu. Jangan takut, semua orang sangat menyayangimu. Lihat bahkan kakakmu menangis dipelukan ayah sekarang hahaha yaampun kalian ini hobi sekali menangis.” Papanya berucap seperti itu tapi ia juga menangis, ia akan kehilangan salah satu buah hati nya, memang bukan kehilangan seperti itu, namun sama saja kan akan jauh…

Setelah perbincangan antara keluarga inti Chivash. Mereka pun berpencar untuk melakukan tugasnya. Ayah dan papa nya yang pergi ke ruang rapat di ekori oleh kakaknya, dan sekarang hanya ada si bungsu dan tangan kanannya. Kedua nya terdiam.

“Panger — ”

Gyuvin.”

Tangan kanannya tersenyum. Dia jadi teringat masa dimana ia di haruskan menjadi teman dari putra bungsu raja, dulu mereka bilang dia harus menemani, namun tentu saja dia sangat menyadari ini bukan hanya menemani tapi menjaga. Matthew sudah berada disisi si bungsu sejak usianya lima tahun, ia yang berusia delapan tahun itu pun harus ikut menyaksikan betapa kerepotannya bibi Rin menjaga Pangeran kecil itu. Kakinya yang sangat aktif, tangan yang tidak mau diam, mulut yang tidak berhenti mengoceh, binar mata yang selalu terang, dan itu berlangsung sampai saat ini. Namun kini didepannya bukan lah Pangeran kecil lagi, Pengerannya sudah menjadi kupu kupu yang indah. Entah apa yang akan terjadi nanti, dia hanya berdoa agar bisa selalu menjaga dan bisa melihat semua babak kehidupan Pangerannya. Tak terasa air mata nya mulai menggenang di pelupuk matanya.

“Kenapa kamu diam mattu?”

Mulut yang selalu mengoceh itu pun kembali tertutup saat melihat tangan kanannya akan menangis. Dia pun berdiri lalu memeluk orang yang selalu setia berada di sisi nya dalam keadaan apapun, sungguh rasanya… kalau tidak ada Matthew dia pasti akan sangat kesepian. Dia yang berusia lima tahun menatap penuh harap saat pertemuan pertama mereka, dan kini dia yang berusia delapan belas tahun berdoa penuh harap bahwa mereka akan selalu bersama. Ikatan mereka bukan hanya sekedar Pangeran dan Tangan kanannya. Tapi si bungsu sudah merasa bahwa Matthew adalah keluarga yang jadi bagian inti di hidupnya, lalu pelukan pun terasa semakin erat.

`

--

--