Hari ketiga merupakan hari terakhir keluarga Denne di istana Chivash, membuat Gyuvin yang sejak makan siang usai menempel terus pada Yujin. Yujin yang sedang mengantuk menempel pada Gunwook, yang membuat Gunwook kesal bukan main. Apa-apaan dua orang ini.
Ketiganya duduk saling berjejer, dengan Yujin yang tertidur di bahu Gunwook, dan Gyuvin yang memeluk Yujin dari samping sambil tertidur juga. Gunwook hanya bisa menghela nafasnya. Lalu melihat ke arah Jiwoong dan sedang senyum-senyum melihat kearahnya. Gunwook bertanya kenapa dia tersenyum begitu, dan dijawab Jiwoong dia hanya merasa lucu saja karena mereka bertiga seperti keluarga kecil yang harmonis. Mendengar jawaban Jiwoong, membuat Gunwook ingin melemparkan bantal disebelahnya, tapi ia urungkan nanti kedua manusia disebelahnya terusik, yang membuat Jiwoong tersenyum makin lebar.
“Jiwoong.”
“Ya pangeran?”
“Gendong Yujin bawa ke kamarnya, aku akan membawa Gyuvin.”
“Ke kamarmu?”
“Iya.”
“Tidak boleh pangeran.”
Jawaban itu membuat Gunwook merasa terusik.
“Tenang saja aku masih tidak tertarik dengan laki-laki ini. Sudah lah cepat, nanti badan mereka pegal-pegal.”
Jiwoong pun akhirnya mengalah, dan membawa Yujin ke kamar, Hao yang baru datang pun membantu Jiwoong.
Lalu Gunwook yang baru saja akan melangkahkan kakinya ke kamarnya di hadang oleh Matthew yang berkata tidak boleh, sebaiknya Pangeran Gyuvin dibawa ke kamarnya saja. Gunwook pun malas berdebat jadi dia merubah gendongannya menjadi koala, lalu berjalan ke luar ruangan ke arah kamar Gyuvin. Matthew yang melihat pun bingung, padahal tangannya sudah siap untuk menggangkat Gyuvin. Dia pun bertatapan dengan Jiwoong yang memberinya sinyal untuk ikuti saja, dan membalasnya dengan anggukan.
Gunwook membaringkan Gyuvin dikasurnya, lalu membuka kancing baju Gyuvin yang terlihat sesak untuk tidur membuat Matthew agak panik dan berkata biar dia saja. Gunwook pun hanya diam dan tidak mengubris perkataan Matthew. Setelah selesai. Gunwook melihat sekitar kamar. Gunwook kira kamar nya akan bernuansa antariksa seperti ruang belajarnya, namun ternyata tidak.
“Bukan kah kasur ini terlalu kecil?” Gunwook bertanya Matthew yang kebingungan apa maksudnya terlalu kecil.
“Kalau untuk kalian berdua tentu saja akan kekecilan, atau akan sangat pas.” Mendapat jawaban seperti itu membuat Gunwoon agak terkejut karena dia juga baru menyadari untuk apa dia bertanya seperti itu. Gunwook hanya berdehem lalu pergi kearah pintu dan menuju ke arah kamarnya.
Malam pun menyambut. Setelah makan malam usai. Ada acara yang di adakan sebagai bentuk perpisahan keluarga Denne yang akan kembali ke kerajaannya.
Tempat pesta istana Chivash sangat indah mengingatkan Gunwook dengan istananya. Nuansa biru hijau emas ini membuatnya jadi ingin pulang juga.
“Pangeran Gunwook, apakabar?” ucapan dari seseorang itu membuatnya menoleh. Oh..itu Pangeran Taerae dari Kerajaan Hunn. Letak Kerajaan itu sebenarnya cukup jauh dari Kerajaan Chivash, tetapi memang kedua Kerajaan ini memiliki kerja sama di bidang tekstil, Kerajaan Hunn juga bekerjasama dengan Kerajaan Denne di bidang perhiasan, membuat Gunwook tidak asing dengan Taerae karena pernah bertemu beberapa kali.
“Tentu saja baik, bagaimana kabarmu Pangeran Taerae?” Ucap Gunwook sambil memegang tangan Taerae dan mengecup punggung tangan itu, yang membuat Pangeran bungsu Chivash cukup terkejut disebrang sana.
“Hahaha tidak usah begitu Gunwook! Nanti orang-orang salah paham.” Gunwook hanya mengangkat bahunya tidak peduli. Sebenarnya itu sapaan normal yang biasa Kerajaan Denne lakukan, hanya saja Gunwook yang ingin melakukannya pada Gyuvin saat pertemuan lalu jadi terhalang karna anak itu menyerobot terlebih dahulu.
Taerae dan Gunwook pun berbincang dengan asik. Mereka membahas banyak hal, tentu saja topik utamanya adalah bebatuan ruby yang sangat indah berwarna merah di hamparan birunya Alaska.
“Jadi apa kamu sudah memberikan gelang itu untuk Gyuvin?”
Gunwook yang mendapat pertanyaan itupun heran.
“Bukan kah kamu bilang akan diberikan ke orang yang spesial untukmu?”
Baru saja akan menjawab, Pangeran Hanbin datang dan ikut berbincang dengan mereka. Ketiga sulung itu meninggalkan dua bungsu di meja sebelahnya.
“Kak Gyuvin.” Yujin berbicara sedikit berbisik.
“Iya?”
“Gelang itu pasti sangat cocok ketika dipakai kakak” Lanjut Yujin sambil terkekeh. Kedua pangeran bungsu ini mendengar sedikit percakapan pangeran Gunwook dan pangeran Taerae saat berjalan kearah meja. Gyuvin hanya menjawabnya dengan tersenyum karena acara nya akan segera dimulai.
Acara sudah usai, dan mereka pun bebas pergi kemanapun sebelum akhirnya tidur. Gyuvin berjalan kearah taman belakang disebelah kanan istana, Matthew agak heran kenapa pangerannya itu pergi kemari tapi ia mengurungkan pertanyannya karena sepertinya Pangerannya itu dalam suasana hati yang tidak baik.
Langkah Gyuvin pun terhenti ketika melihat Gunwook dan Taerae sedang duduk didalam taman pepohonan yang akan dia duduki. Dan adegan selanjutnya yang ia lihat membuat Gyuvin memutar arah kaki nya pergi ke kamarnya. Matthew pun hanya diam sambil mengekor.
“Tidak jadi ke kamarmu?”
“Tidak.”
Matthew menghela nafasnya. Ini bukan Gyuvin yang biasanya. Dia mendekat kearah Pangerannya ikut duduk lalu mengusap punggungnya berharap agar suasana hati Pangerannya membaik. Yang diusap hanya diam. Dan akhirnya menoleh. Lalu bertanya kenapa Pangeran Gunwook memberikan gelang itu ke Pangeran Taerae, tentu saja Matthew menjawab mungkin karena ingin, ia menjawab seperti itu tanpa tau percakapan diruang pesta. Yang membuat Pangeran Gyuvin menekuk mukanya. Gyuvin membawa bantal kepangkuannya lalu menaruh wajahnya disana, dia kesal, sakit hati, marah, kecewa, rasanya benar-benar campur aduk, bukan kah mereka akan menikah? Lalu kenapa orang spesial untuk Gunwook adalah orang lain? Apakah Gunwook akan mengikari janji yang terikat setelah sekian lama ini? Lalu kenapa dia bisa se sesak ini padahal dia yakin dia belum ada rasa apapun pada Gunwook.
Sejuta pertanyaan dikepala Gyuvin membuatnya terlelap dibantal dan menutup harinya dengan risau.