Aurora Borealis — Gunvin AU

gomu
6 min readDec 31, 2023

--

Part 35

Hari ini adalah hari terakhir kedua pangeran denne di chivash. Membuat pagi yang biasanya sibuk semakin sibuk.

Bahkan sejak pagi hari sampai siang ini semua nya sibuk mengurus keperluan kepulangan keduanya, ah tidak. Para pekerja juga sibuk mengurus keperluan pangeran bungsu mereka untuk nanti di denne.

“Sayang, biasanya aurora muncul awal bulan apa bagaimana?” tanya gyuvin saat mereka berjalan kedalam kapal pesiar.

“Tidak tentu, karena itu rasanya menebarkan, sebab… entah kapan ia datang menghampiri.” Jawab gunwook yang terlihat sangat semangat karena akhirnya diizinkan untuk membawa gyuvin melihat aurora di bulan maret bulan depan.

“Aku jadi tidak sabar jugaaaa.” Balas gyuvin dengan tawa riang yang disambut tawa juga oleh gunwook. Membuat kedua tangan kanan dibelakang mereka ikut tersenyum.

Perjalanan ke denne hanya membutuh kan waktu beberapa jam, karena pulau mereka bersebrangan dan hanya di batasi laut. Membuat rombongan dari chivash sudah sampai ke denne saat hari belum gelap.

“Gunwook kapan kita menginap di kota? Dulu kamu bilang mau mengajak ku?” Gyuvin bertanya saat kereta kuda mereka melewati salah satu perkotaan di denne.

“Nanti ya sayang. Ketika mendapatkan izin.” Jawab gunwook sambil mengelus surai tunangannya yang duduk disebelahnya.

“Aku ikut boleh tidak?” Ini suara yujin yang tiba — tiba saja ingin satu kereta kuda dengan kedua kakaknya.

“Bol — ”

“Tidak.” Ucapan gyuvin terhenti karena diserobot oleh gunwook yang berkata tidak.

“Gunwook?!”

“Yujin harus pergi ke polish bulan depan, iya kan?” Tanya sang kakak pada sang adik yang menjawab iya.

“Ah iya! Yujinnie kamu harus sering — sering pergi ke luar saat dipolish disana banyak wanita cantik dan lelaki tampan juga menawan! Siapa tahu kamu menemukan cinta mu disana.” Oceh gyuvin yang di beri reaksi berbeda.

Yujin bereaksi dengan bersemangat sambil ikut berceloteh, tapi kakaknya bereaksi tidak terima karena tunangannya itu menyebut yujinie, wanita cantik, dan lelaki tampan yang menawan. Memang si pecemburu nomor satu.

Setelah sampai di istana denne, ketiganya disambut oleh raja dan ratu, lalu gyuvin dibawa oleh sang ratu pergi entah kemana.

“Mana gyuvin?” Tanya gunwook pada jiwoong, karena tadi dia di sabotase oleh ayahnya jadi tidak sempat melihat gyuvin diboyong kemana oleh ibundanya.

“Seperti nya di ajak berkeliling.” Jawab jiwoong yang tidak tahu pasti juga kemana mereka.

“Hmmm, baiklah. Aku akan kekamar dulu tidak usah ikut, nanti aku keluar saat makan malam.” Gunwook pun berjalan ke arah kamar nya meninggalkan jiwoong yang sekarang pergi ke area pegawai.

“Gunwook bilang gyuvinie juga suka tema seperti ini, jadi ibu merombak kamar mu. Tapi kalau gyuvinie tidak nyaman kita bisa merombaknya lagi.” Ucap ibunda pada gyuvin yang kini sedang berseri. Tentu saja gyuvin suka!

“Aku suka bu! Terimakasih.” Jawabnya sambil memeluk ibundanya, dan dibalas dengan pelukan gemas.

“Kalau begitu, ayo ikut ibu lagi, masih ada satu hadiah lagi.” Kata ibunda sambil membawa gyuvin dengan cara menggandengnya.

Kedua nya berjalan cukup jauh dari tempat awal, dan melupakan waktu makan malam yang sudah tiba.

Matthew ingin mengingatkan, namun di tahan oleh pegawai ibunda ratu dan berkata biarkan saja dulu.

Mereka pun sampai ke tempat khusus dimana bunga — bunga bisa tumbuh di tengah dinginnya cuaca denne.

“Gunwook bilang kamu sangat suka bunga dan kebun, jadi ibu membuat ruang khusus untukmu, disana ada tempat membaca juga, dan — sayang kenapa menangis?” Ibunda ratu memeluk kembali gyuvin yang terisak, lalu mengelus punggung itu.

“Terimakasih bu, aku terharu sekali sampai menangis.” Ucap gyuvin yang melepaskan pelukan sambil menghapus air matanya.

“Sama — sama sayang, semoga kamu bisa nyaman tinggal lama di istana denne.” Ucap ibudan sambil mengecup kening gyuvin “Ayo kita makan dulu. Kamu bisa berkunjung nanti untuk melihat dalamnya.” Ajak ibunda dan diiyakan oleh gyuvin.

Saat akan memasuki lorong ke ruang makan, mereka bertemu dengan gunwook yang juga akan pergi kesana.

Gunwook berhenti berjalan karena gyuvin lari menghampirinya lalu memeluknya dan kembali terisak.

“Hei kenapa?” Tanya gunwook sambil memeluk tubuh kekasihnya itu dan menenangkannya.

Gunwook menatap matthew dan ibu nya yang hanya tersenyum.

“Ibu?? Jangan membuat gyuvin menangis.” Kata si sulung pada ibundanya. Namun malah dijawab oleh si bungsu dari kerajaan chivash.

“Gunwook tidak bo..hiks..boleh begitu pada ibu! Ini adalah tangisan haru!” Ucap gyuvin sambil melepaskan pelukan dan menghapus air mata nya “ibu memberiku dua hadiah kejutan, jadi aku terharu.” Lanjutnya kemudian memeluk lagi tubuh gunwook yang kini menatap ibu nya dengan pandangan malas, karena ibu nya melihatnya dengan senyum yang menurut gunwook adalah senyuman jahil.

Seusai makan malam, gunwook mengajak gyuvin untuk pergi keluar mengecek sesuatu, keduanya pun pergi dengan kereta kuda kearah utara.

Disepanjang perjalanan hanya ada hamparan salju putih menumpuk yang terlihat, sampai akhirnya ada sebuah bangunan — bangunan cantik disekitarnya.

“Ini apa?” Tanya gyuvin yang kini sedang bergandengan tangan dengan gunwook yang memimpin jalan.

“Ini tempat menginap untuk melihat aurora. Yahh… tidak tempat menginap juga sih.” Jawab gunwook sambil masuk kesalah satu bangunan, lalu menyuruh kedua tangan kanan mereka untuk tidak mengekori keduanya.

Jiwoong pun akhirnya mengajak matthew untuk pergi keluar ruang tunggu, dan berkata bahwa langit utara denne sangat cantik saat malam karena bintang akan terlihat jelas.

Kedua nya pun kini asik melihat hamparan bintang di langit, sampai akhirnya sekumpulan langit penuh bintang itu sedikit tersamarkan dan berganti dengan aurora borealis yang indah, kedua nya ikut terhanyut dalam syahdu dan saling menggenggam.

Sama seperti kedua tangan kanannya, kedua pangeran yang kini berada di dalam kamar pun ikut hanyut dalam keindahan aurora borealis yang terlihat jelas dari dalam ruangan beratapkan kaca.

Keduanya duduk diujung ranjang bersebelahan, dan tetap hanyut dalam pertunjukan langit yang terus memamerkan indahnya, sampai keduanya tidak sadar saat tubuh mereka semakin dekat satu sama lain, sampai kedua lengan itu bertubrukan, dan membuat keduanya kini saling bertatapan.

Dengan jarak sedekat ini, keduanya kini asik saling bercumbu dengan tangan kiri pengeran denne yang kini berada ditekuk belakang pengeran chivash. Tetap saling melumat menyampaikan asa, juga saling mengelus menghantarkan sengatan yang membuat kedua nya semakin bersemangat untuk melakukan lebih.

“Jiwoon, apa biasanya aurora berwarna hijau?” Tanya matthew yang masih terpana menatap langit.

“Tidak, terkadang it — hei matthew kemana???” Jiwoong agak berteriak saat melihat matthew berlari mejauh ke arah ruangan kedua pangeran mereka.

Oh?

Sial.

Kini jiwoong pun ikut berlari kearah ruangan dengan agak panik, dan langkahnya pun terhenti saat mathhew sudah berhasil membuka ruangan yang untung nya tidak terkunci, tapi kini tangan kanan pangeran chivash itu hanya diam mematung didepan pintu. Membuat jantung jiwoong berdetak semakin cepat.

Saat sudah sampai, ia pun kini melihat yang dilihat oleh matthew.

Kedua pangerannya kini sedang duduk di sofa dengan jarak yang cukup jauh. Canggung. Sama seperti kedua tangan kanannya yang kini sedang berdiri dengan canggung didepan pintu.

“Masuklah.” Ucap gunwook berusaha memecah canggung, lalu ia bergeser agar duduk tepat disebelah gyuvin yang kini menatapnya.

Atmosfir ruangan yang berisi empat orang ini kini benar — benar tidak nyaman dan membuat siapapun yang masuk pasti ingin langsung keluar.

Keempat nya sibuk dengan pikirannya masing — masing, namun tak ada satu kata pun yang terucap agar suasananya jadi membaik kembali, atau setidaknya dapat menjawab beberapa pertanyaan dari salah satu pikiran mereka.

Jadi ada apa?

--

--