Aurora Borealis — Gunvin AU

Part 42

gomu
4 min readMar 26, 2024

Keduanya sudah berada didalam perahu chivash, gyuvin terus memeluk gunwook yang hanya bisa mengelus surai dan punggung milik sicantik yabg sedang menangis.

Gyuvin terkejut saat tahu ia akan pulang hari ini, ia kira masih banyak waktu yang bisa habiskan di denne. Namun, ternyata tidak bisa.

Tertua itu berkata gyuvin harus segera dipersiapkan untuk menjadi ratu, karena mau bagaimana pun gunwook sudah diputuskan akan menjadi raja setelah memasuki usia pas dan menikah.

“Jadi kamu memutuskan untuk menjadi ratu?”

“Huum, tak apa kan? Walaupun aku laki-laki?”

“Aku sebenarnya tidak suka.”

Pelukan pun gyuvin lepas, agar keduanya bertatap mata.

“Harusnya hanya aku yang boleh memanggilmu ratu, atau princess. Ehem saat diranjang nanti?”

Pukulan dikepala pun didapatkan gunwook atas ucapan tak senonohnya.

Namun putra mahkota itu malah tertawa sambil kembali memeluk tunangannya yang memerah.

“Dasar mesum!”

“Hahaha maaf sayang.”

“Ishhh!”

Keduanya pun larut dalam canda, sampai lupa kehadiran dua tangan kanan mereka yang juga ikut terkejut dengan perkataan putra mahkota denne.

Akhirnya kereta kuda yang mereka naiki sampai di bangunan dekat gerbang kerajaan chivas, gyuvin semakin mengeratkan genggaman tangan mereka. Karena berpisah selama dua tahun terdengar sangat menyebalkan. Juga…. Sangat menyesekkan untuk keduanya yang menghabiskan sisa tahunnya dengan bersama terus.

“Sayang” itu suara dari papanya. Gyuvin berlari kepelukkan kedua orangtuanya, juga memeluk kakaknya putra mahkota Chivash alias kak hanbin.

“Kakak juga ada disini?” Tanya nya dengan nada yang manja.

“Iya, aku merindukan adikku yang manis ini.” Jawab hanbin sambil mengecupi area pipi dari wajah adiknya.

Ah….iya juga, keluarganya dichivash pasti merindukannya, gyuvin jadi merasa egois karena terlalu terlena dengan cinta.

Setelah sesi temu kangen, sesi selanjutnya adalah makan bersama.

Semuanya tampak hangat dan menyenangkan bagi gunwook. Karena, tidak ada bahasan tentang pembatalan penobatan raja disini. Chivash selalu hangat. Itu adalah kata-kata dari ibunya dan beliau memang benar.

“Gunwook, kamu pulang besok apa malam ini?” Bahkan ia hanya dipanggil dengan nama saja, rasanya sudah seperti berada dirumah sendiri.

“Malam aku sudah pulang ayahanda.” Jawab gunwook dengan sebutan sopan.

“Cepat sekali?? Aku pikir kamu akan menginap.” Kali ini suara pangeran bungsu terdengar.

“Aku pikir juga akan menginap, namun besok ada pertemuan dengan para peri.”

“Gunwook, kamu bisa melakukan apapun. Yakinlah pada dirimu, jangan pernah meragukan dirimu.” Kali ini sebuah ucapan berharga kembali gunwook dapatkan dari raja chivash, dan putra mahkota itu pun berujar tentang dirinya yang siap menghadapi apapun. Obrolan pun berlanjut sampai akhirnya gunwook harus kembali ke denne.

“Jangan cemberut begitu.”

“Aku mau antar sampai perahu!”

“Tidak. Ini sudah malam.”

“Gunwoook ini kan chivash tidak akan ada apa-apa, aku tau sekali soal kerajaanku.”

“Iya aku tahu. Tapi jangan ya? Aku ingin memastikan kamu ada ditempatmu tanpa aku harus khawatir.”

Gyuvin hanya diam, ia mengerti maksud gunwook. Tapi tetap saja ia ingin antar. Sebuah pelukkan pun didapatkannya. Ia juga dapat kecupan di dahi dan bibir.

“Jangan murung, masa kamu mau murungmu jadi bingkai akhir diotakku sebelum harus menyelesaikan pekerjaan menum — ” ucapan gunwook terhenti saat kedua bibir mereka menyatu, disatukan oleh gyuvin.

Sebuah ciuman pengantar rindu itu berdurasi cukup lama, sampai akhirnya sesi ciuman pun berakhir dengab keduanya yang saling menatap dalam senyum yang merekah.

“Baiklah! Aku tidak akan merajuk lagi.”

“Terimakasih ciumannya cantik.”

“Ihhh jangan bahas yang itu nya!”

Keduanya lagi — lagi tertawa dengan pelukkan yang hangat.

Namun, bunyi perahu yang sudah dinyalakan mesinnya itu membuat sesi pelukan keduanya berakhir.

“Jangan lupa mengirimi ku surat!”

“Iya sayang, kamu juga ya. Kalau butuh aku bilang saja aku akan datang.”

“Jangan begitu. Bisa-bisa aku meminta mu datant besok sesaat kakimu itu baru saja menapak di lantai kamarmu.”

“Hahaha kamu ini.”

“Apa?!? Oh iya! Jangan terlalu khawatir pada aku. Kerjakanlah semua urusanmu dengan tenang. Aku juga akan bekerja dengan rajin disini!”

“Terimakasih sayang. Aku mencintaimu.”

“Aku mencintamu.”

Keduaya lagi-lagi berciuman namun itu hanya sebuah kecupan, karena suara dehaman dari matthew masuk kepedengaran keduanya.

Gyuvin menoleh dengan kesal, namun matthew hanya membalas dengan menujuk jam yang melingkar di tangannya.

“Aku pulang ya sayang.” Gyuvin megangguk lalu berucap hati-hati.

“Tentu saja, dan matthew aku titip gyuvin.”

“Tentu saja pangeran, itu sudah tanggung jawabku.”

“Terimakasih.”

Keduanya heran saat melihat gyuvin pergi ke sebelah jiwoong lalu berbisik ketelinya.

Jiwoong pun memberikan jempol dan anggukan saat bisikan itu usai.

“Kalian berbicara apa?” Tanya gunwook.

“Rahasia.”

“Wah…..”

Lagi-lagi bunyi perahu mengingatkan tentang jadwal yang harus ditaati.

“Baiklah, aku pulang dulu. Dadah sayang.” Ucap gunwook dengan sebuah pelukan.

“Hati-hati okaaay.” Jawab gyuvin sambil membalas pelukan itu.

Gunwook pun melepaskan pelukkan lalu berjalan sebari membalas lambaian tangan dari gyuvin.

Hari ini keduanya harus terpisah jarak dan waktu seperti dahulu, sebelum akhirnya kembali bersatu dalam utuh.

--

--