Aurora Borealis — Gunvin AU

gomu
6 min readNov 4, 2023

--

Part 19

Hari baru pun menyambut pasangan muda kita. Keduanya kini sedang berada di kasur yang sama. Tentu saja tanpa diketahui oleh kedua orang tua Gunwook. Malam panjang yang sebelumya mereka lewati sambil melihat pemandangan Denne membuat Gyuvin tertidur di kereta. Karena itu lah kini mereka ada di kamar Gunwook, dan tentu saja dengan kedua tangan mereka.

Tenang saja tak ada yang terjadi kok tadi malam, rasa lelah setelah perjalanan usai membuat keempat nya beristirahat, untung saja Gunwook punya space tidur lain dikamar nya, jadi kedua tangan kanan mereka juga bisa berisirahat. Lagi pula, saat di pinta kembali ke ruangannya, mereka malah tidak mau. Mata Gunwook melirik tunangannya yang masih terlelap, lalu melirik Matthew yang terlihat diruang bukunya. Dia bersyukur karena Gyuvin-nya benar-benar disayangi oleh tangan kanannya itu dan sangat dijaga, ya….walaupun dia tetap tidak bisa menahan api cemburunya yang selalu datang tiba-tiba saat melihat keduanya.

Ia pun bangkit dari kasurnya, lalu merapihkan selimut disekitar si bungsu Chivash, dan berjalan keluar, ke balkon nya.

Balkon kamar Gunwook

Gunwook menghembuskan nafasnya dengan berat, pikiran teringat dengan perkataan ayah nya tentang sebuah tanggung jawab besar yang nanti akan dia pikul saat ayah nya sudah tiada.

Ia pun membaringkan tubuhnya dikursi panjang, lalu berbaring pada sandarannya.

“Kemari, duduk.” Ucapnya.

Matthew yang mendengar pun agak kaget, kenapa pangeran Denne itu bisa tahu dia mengintip, akhirnya ia pun duduk di kursi sebelah, baru saja mulut nya akan berucap.

“Beberapa hari lagi aku harus pergi jauh.” Setelah ucapannya itu mata Gunwook terbuka melihat lurus ke arah tangan kanan tunangannya itu, lalu ia melanjut kan ucapannya. “Aku tidak bisa mengajak Gyuvin diperjalan yang ini, karena cukup berbahaya. Tenang saja aku akan ikut mengantarnya ke Chivash, baru berangkat.”

Hening.

Matthew tidak tahu harus bereaksi apa, dia bingung apa maksud Pangeran Denne tersebut. Ke arah mana pembicaraan ini berjalan? Dan akhirnya ia hanya menjawab baik Pangeran.

Gunwook pun diam, menghembuskan nafasnya kembali.

“Jadi jaga dia dengan baik.”

“Pangeran tenang saja, selain saya yang akan menjaga, Pangeran Gyuvin juga kuat. Dia bahkan bisa memanah dengan hebat, tentu saja tembakannya juga tak kalah mengagumkan.”

Gunwook tersenyum mendengarnya, walaupun sebenarnya dia juga sudah tahu faktanya, karena dia sendiri menyaksikan saat Gyuvin melakukan pelatihan memanah dan menembak, tentu saja menyaksikan secara diam-diam.

Namun maksudnya bukan itu. Dia hanya khawatir. Tidak dia sangat khawatir. Bukannya ini wajar?

Ah….. Sepertinya Pangeran Denne kita sudah jauh cinta sangat dalam pada Pangeran kita yang masih terlelap dan asik bercengkrama dengan mimpinya.

Balkon Ruang Santai

Kedua nya kini sedang duduk bersama disebuah kursi panjang yang tentu saja terasa sempit karena diisi oleh dua orang.

Setelah makan pagi, dan melakukan kegiatannya masing-masing sampai tak sempat bertemu saat siang, kedua nya bisa kembali bertemu saat hari menunjukan pukul satu siang.

Gyuvin yang terus menempel tentu saja tidak mendapatkan protes dari yang ditempelinya. Matanya sangat berbinar melihat pemandangan didepannya.

“Untung sedang tidak hujan salju.”

“Jadiiiiiii, ayo kita jalan-jalan lagi!! Iya kan?”

“Tidak bisa, aku harus datang ke camp pelatihan untuk memberikan pidato. Sebentar lagi Jiwoong datang.” Jawab Gunwook.

“Aku ikut. Boleh kan? Tentu saja boleh sayang!” Tanya Gyuvin dan dijawab juga oleh dirinya. Membuat Gunwook tertawa lalu mengecupi pipi gembil itu karen gemas.

Sampai akhirnya suara Jiwoong yang meminta izin untuk masuk menghentikan gurauan keduanya. Lalu mereka pun bergegas untuk pergi ke camp.

Camp pelatihan di Denne

Gyuvin mengenggam erat tangan Gunwook saat kereta yang mereka kendarai masuk ke satu perasatu gerbang camp. Gunwook pun bertanya ada apa, dan hanya di jawab tak apa dia hanya merasa sangat bersemangat!

Gyuvin pun melihat semuanya dari sebuah ruangan, melihat Pangeran-nya sedang membuka acara, senyum nya terus mengembang. Pengeran-nya tampak sangat tampan saat seperti itu, dia juga sangat berwibawa, duh rasanya dia ingin melompat dan di gendong oleh Gunwook sekarang juga.

“Matthew ayo kebawah kita ke Gunwook.”

Matthew yang mendengar hal itu pun menangkap sinyal-sinyal bahaya. Pangerannya ini pasti memikirkan hal gila. Otak nya berpikir keras untuk menolak beserta alasannya.

“Tidak bisa Pangeran. Lagi pula acara sudah hampir usai. Bukan kah kamu ingin mengunjungi tempat makan cantik tadi? Jadi kita tunggu saja disini.”

Gyuvin yang tadinya akan protes jadi bungkam saat mengingat tempat makan cantik yang mereka lewat tadi. Jadi dia hanya mengangguk setuju dan kembali melihat Gunwook-nya dari ruangan. Tentu saja sambil tersenyum senang, seperti orang yang sedang jatuh cinta lagi.

“Gunwooook!” Ucapnya saat melihat Gunwook masuk ke ruangan tempat dia menunggu, dan tanpa aba-aba dia pun benar-benar langsung melompat untuk di gendong. Untung saja refleks Pangeran Denne itu bagus.

“Ayo makan kue! Ditempat yang tadi kita lewati.”

“Baiklah. Ayo turun dulu.”

“Tidak!”

“Tidak?”

“Kenapa harus turun!”

“Kenaoa harus turun?”

“Ish kenapa kamu mengikuti ku seperti ppero?”

“Siapa ppero?”

“Burung beo ku.”

“Oke……” Gunwook pun melirik ke arah Matthew yang memberi sinyal untuk turuti saja.

“Baiklah, ayo kita ke kereta!”

“YESSSS.” Jawab si bungsu Chivash sambil mengeratkan pelukannya di leher si sulung Denne.

moon-cake

Tentu saja kehadiran Putra mahkota dan tunangannya itu mengejutkan pemilik tempat ini. Moon-cake. Nama yang cantik. Membuat Pangeran Chivash kita mengoceh sepanjang perjalanan karena penasaran. Kedua nya pun memilih duduk di dekat jendela.

“Gunwook, kamu pernah kesini?”

“Belum.”

Gyuvin mengerutkan keninganya. “Kenapa belum?”

“Sibuk.” Jawab Gunwook yang membuat orang disebelahnya ini cemberut. “Kenapa?” Tanya nya sambil mengelus surai kecoklatan itu.

“Nanti kamu akan terus sibuk juga? Lalu aku bagaimana?” tanya nya sambil terus murung.

“Kamu…hmm….bisa bermain dengan boneka salju? Atau perpergian mencari rusa kut — ” ucapan Gunwook terhenti karena mulut nya di cubit oleh Gyuvin, dia pun melepaskan tangan itu lalu tertawa, dan tentu saja langsung diberi tatapan setajam silet dari mata bulat bambi itu. Lucu sekali pikirnya. Karena tak tahan dia pun menangkup wajah itu lalu menciumi wajah menggemaskan itu.

“Udahhhh.” kata Gyuvin sambil melepaskan diri. Gunwookpun mengalah dan lalu kembali duduk dengan benar.

Senyum Gyuvin tak bisa dihentikan saat dia melihat semua makanan manis di depannya. Ia pun mulai melahap, tak lupa menyuapi Gunwook. Makanan cantik ini, membuatnya lupa obrolan mereka sebelumnya. Jadi ia memilih topik baru.

“Gunwook, bukannya Kak Taerae dan Jeong bertemu di camp?”

“Tidak, mereka bertemu saat kami istirahat diluar, disebuah resto. Nanti ku ajak kesana.”

Gyuvin pun mengangguk, lalu ia penasaran lagi, dan meminta Gunwook untuk bercerita lebih lanjut, lagi pula kue mereka masih sangat banyak!

Mereka pun asik berbincang sampai lupa bahwa hari semakin larut. Namun tidak apa. Selagi masih bisa berbincang bersama… apa salahnya bukan?

--

--