Terseok-seok, apa itu passion? — lyfe

Afra Izzati Kamili
2 min readApr 21, 2024

--

dalam banyak sekali momen dan aspek kehidupan. Kalau musti ngikut aliran hidup yang mengikuti passion mungkin hidup gua akan ter-pause sejak masa SMA. Belasan tahun dari SD-SMP berlalu dengan hari-hari yang diisi aktivitas penuh minat dan keseruan. Sejak SMA perlahan porsi mengerjakan sesuatu yang diminati itu berkurang hingga akhirnya menjelang pendaftaran kuliah tidak tahu harus memilih kampus mana, jurusan apa. Bahkan gak masalah kalau sekiranya pun gak perlu kuliah.

Sejak saat itu semua berjalan dengan “yaudah jalanin weh gak suka juga”. Selama 2,5 tahun di ITB semuanya berjalan begitu datar. Tidak paham buat apa mengambil jurusan Planologi yang mempelajari segala hal, belum lagi harus melalui TPB yang sebagian besar membuat heran karena hampir tidak berhubungan dengan perkuliahan tingkat dua dan seterusnya. Ngapain ya kuliah.

Semester 6 baru lah terpapar urgensi dari apa yang selama ini dipelajari dan potensi pengembangannya ke depan. Tapi sekuat apa pun daya tarik eksplorasinya tetap saja tidak bisa membuat gua passionate mengerjakan segala hal berkaitan dengan proses panjangnya.

“Ah bohong, Anda kan ambis, buktinya pengen ngerjain segala hal”. Perlu diketahui bahwa ambisi itu bersumber bukan dari passion pekerjaan. Sampai sekarang, sulit sekali rasanya untuk terus mengerjakan apa yang seharusnya bisa dikerjakan karena teramat banyak “ketidaksukaan” yang menarik dengan sangat kuat menuju procastination dalam menjalankan segala prosesnya. Bersyukur banyak tarikan eksternal yang memaksa gua untuk tetap ngetik walau sambil menangos dalam hati.

Tarikan eksternal ini adalah titipan terbaik yang pernah gua terima yang disampaikan melalui 23 tahun perjalanan hidup seorang utusan-Nya, shollu ‘ala Muhammad. Walau terseok-seok, gua belajar kalau hidup gak melulu harus ngikutin passion.

--

--