Iri

Koo Chika
4 min readMar 14, 2024

--

Pagi keesokan harinya. Keluarga Pijika membuat jamuan makan sederhana yang hanya diisi keluarga kecil mereka. Pijika jarang berada di rumah, tapi di saat momen seperti ini, ibu dari tiga anak itu akan berjuang keras. Dia memasak banyak makanan hari ini, dibantu Fourth anak bungsunya, setidaknya ada tujuh jenis hidangan di atas meja.

“Wah harum banget.” puji Mix begitu dia dan suaminya tiba di meja makan.

Pijika menghela napas, “Kebanyakan dimasak adek sih, Mama cuma bikin supnya aja.”

Dunk melirik Fourth yang baru saja melepaskan celemeknya, melirik Gemini yang sedang sibuk memandangi kekasihnya, dia tidak bisa menahan diri untuk menggoda pemuda itu, “Beruntung banget sih orang yang bisa dapetin adek. Udah cakep, manis, baik, jago masak, pinter. Kurang apa lagi?”

Mendengar itu, Gemini seketika membusungkan dadanya dengan bangga, “Cowok gue nih bos.”

Joong menuang air di gelas, bibirnya menyeringai, “Adek gue emang terlalu baik sih buat lu. Dari segi kualitas aja udah kebanting banget.”

Gemini, “……”

Ketika keluarga itu akan menyantap makanan di atas meja. Suara bel pintu mengalihkan atensi semua orang. “Adek aja yang bukain.” Fourth yang sedang menuangkan susu untuk semua orang di meja langsung buru-buru berlari ke pintu depan.

Ketika dia membuka pintu, sepasang mata Fourth melebar, pria paruh baya berwajah seperti bukan orang Thailand berdiri di depan pintu, melempar senyum ramah. Di pelukannya ada kotak hadiah besar.

“Wah Fourth, lama gak ketemu. Udah makin tinggi ya kamu.”

Fourth tersenyum, “Om Aydin.”

Pria asing itu mengintip ke dalam rumah, “Archennya ada?”

“Ada om.” Fourth mengangguk, dia berbalik lalu berteriak, “Kak Joong, ada Om Aydin datang!” Dia kembali menatap si pria asing, “Ayo masuk om.”

“Gak usah.” Aydin menggeleng, “Kalian lagi ngumpul, kan? Gak enak ah.”

“Loh. Om kan keluarga kami juga.” balas Fourth.

“Om tunggu di sini aja ya Fourth. Lagian om kebetulan ada kerjaan di Bangkok jadi sekalian mampir.. Oh itu dia!” Aydin tersenyum lebar ketika melihat puteranya muncul di balik pintu, “Archen, duh lama banget Papa gak ketemu kamu.”

Joong juga bahagia, dia memeluk ayahnya erat. “Papa kok gak ngabarin mau dateng.”

Aydin tersenyum, menepuk-nepuk punggung lebar puteranya, “Papa juga kebetulan ada urusan mendadak, Nak. Gimana kabar kamu? Sehat? Mama kamu gimana? Sehat juga?”

Joong mengangguk, “Sehat pah, Mama juga sehat. Ini…” Tatapan Joong jatuh pada kotak besar di samping ayahnya, dia tidak bisa menahan tawa, “Papa ini kebiasaan pasti kalo ngasih kado itu harus besar. Apa nih isinya?”

Aydin tertawa, “Iya dong. Jarang-jarang papa nemuin kamu. Masa gak effort.”

Dua meter dari mereka, Fourth memandang keduanya dari samping daun pintu. Melihat keduanya mengobrol dengan hangat, saling bertukar peluk kemudian saling bercanda dan tertawa. Sudut bibir Fourth terangkat, dia juga tersenyum tapi jauh di dalam hatinya ada perasaan tidak nyaman.

Iri, mungkin?

Fourth menghela napas, memaksakan senyum lalu berjalan pergi menemui Ibunya yang sedang makan bersama. Dia membisiki wanita itu.

“Ma, ada om Aydin datang.”

Pijika terkejut, “Hah?” dia bangkit dari kursi lalu buru-buru berjalan menuju teras. Fourth tidak mengikuti sang ibu, dia kembali ke kursinya, duduk di samping Gemini.

“Ayang, makan deh.” Gemini menuang sup ke dalam mangkok milik Fourth, “Masakan tante enak hari ini. Biasanya keasinan.”

Mix memukul lengan Gemini, “Ssst! Hati-hati kalau ngomong, nanti dimarahin Mama mampus lo Gem!”

Gemini langsung membekap mulutnya. Dia memperhatikan Fourth yang tampak diam dan hanya mengaduk supnya tanpa menyuap. “Babe.”

Fourth menoleh, “Hm?”

“You okay?” tanya Gemini, “Kok gak di makan?”

“Oh.” Fourth memaksakan senyum, lalu menuang nasi ke dalam sup di mangkuknya, “Maaf aku ngelamun.”

“Siapa tadi yang datang?”

Tangan Fourth yang mengaduk sup terhenti sejenak, dia menjawab, “Papanya kak Joong.” lalu menyuap perlahan.

“Oh. Yang orang Turki itu?”

Fourth mengangguk.

Gemini meliriknya, memperhatikan jejak sendu di wajahnya. Tangan Gemini di bawah meja terulur, membungkus tangan kiri Fourth. Dia berbisik, “Keingetan Ayah, ya?”

Fourth mengulas senyum dan mengangguk. “Tiba-tiba kangen.”

Gemini bertanya, “Mau ke makam?”

“Nanti aja.” ucap Fourth, menghembuskan nafas, “Kalau udah gak sibuk syuting, kita ke rumah Ayah. Kalau sekarang.. aku agak malu.”

“Kenapa?” Gemini tidak mengerti.

“You know…” Fourth menyuap supnya, “Kafe lagi gak baik-baik aja, jadi aku malu nemuin Ayah sekarang. Tunggu semuanya beres dan aku berhasil nyelesain masalahnya baru kita kesana.”

Gemini selalu menuruti kemauan kekasihnya, jadi dia mengangguk. Menaruh daging ayam di mangkuk Fourth, “Oke kalau gitu, sekarang makan yang banyak.”

“Aku gak boleh makan banyak-banyak Gem.” Fourth tidak bisa menahan tawa, “Kamu lupa kak Aof minta aku diet sampai harus nurunin berat badan minimal tiga kilo.”

“Kamu udah kurus sayang.” seru Gemini sedih, “Kalau kamu diet yang ada jadi layangan nanti.”

Earth yang tanpa sengaja mendengar percakapan mereka juga ikut berkomentar, “Gak perlu ah diet-diet, nanti kamu sakit lagi. Udah tau punya gerd malah disuruh diet. Masalah kalau mau dibikin kurus kan bisa pake make up!”

“Betul!” Gemini mengangguk.

Fourth menatap keduanya dengan ekspresi datar, “Kalian ini beneran aktor profesional gak sih? Kok meragukan.”

Gemini dan Earth, “…….”

--

--