Is Okay To Not Be Okay!

Maria_FPS
3 min readMay 9, 2019

--

Hidup seringkali memberikan kejutan. Saat semua yang kita rencanakan seakan berjalan dengan mulus namun … dalam sekejap bisa menjadi ‘berantakan’. Hal yang tidak diharapkan justru malah terjadi dan membuat kita menjadi sedih, kecewa bahkan putus asa. Rasanya lari dari masalah atau menutupi masalah menjadi hal yang terbaik.

Kita ga mau terlihat lemah, apalagi di dunia maya. Kita hanya sibuk memperlihatkan hidup kita baik-baik saja dan menutupi yang sebenarnya.

Zaman sekarang, dunia maya seolah merenggut sebagian besar kehidupan kita dan seakan berlomba untuk menampilkan hal yang indah bahkan sempurna. Padahal? Kita lupa, bahwa kita itu manusia bukan robot. Kita puya perasaan. Kita butuh teman baij disaat suka maupun duka.

It’s okay to be not okay, because you know will be okay soon.

Kalau saat ini kondisimu sedang ga okay, ya ga usah berusaha menutupinya karena itu sama sekali tidak membantu malah justru bisa membuatmu depresi.

Eitsss….tapi tunggu dulu, ini bukan berarti trus kamu jadi curhat masalahmu di medsos ya. No…no…no!!! Bukan itu poinnya!!! Kalau kamu curhat di media sosial / melampiaskan emosi yang dirasakan baik sedih, marah, kecewa hingga bahagia di media sosial justru dapat menambah beban stres kalau kata Bu Endang Mariani Rahayu (Psikolog UI). Kenapa? Karena saat melampiaskan emosi di media sosial tentu akan muncul yang namanya komentar. Iya kakau komentarya positif, kalau negatif malah dapat menambah stres dan tidak menyelesaikan masalah.

Poinnya adalah berusahalah jujur pada diri sendiri kalau saat ini ya kamu memang sedang tidak baik-baik saja. Karena itu kamu butuh pertolongan. Apa salahnya sih , jujur dengan diri sendiri kalau memang kondisinya memang lagi ga baik hari ini? But, you will be okay soon.

The first, ya tentu kamu harus cari Tuhan dulu bukan cari pembenaran. Tuhan ga pernah kan bilang, kalau kita mau doa itu harus dengan kalimat bagus nan puitis?

Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya. (Mazmur 34:18)

Lalu, setelah itu carilah orang yang tepat (bukan share di medsos ya). Tuhan ciptain kita sebagai makhluk sosial bukan individualis. Dalam Pengkotbah 4:9–10 dikatakan: “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!” Ga perlu merasa malu apalagi minder jika situasimu saat ini ga seindah feed intagram temanmu. Lagian, emank yakin banget apa yang kamu lihat di dunia maya seperti itu kenyataannya? Who knows? Ya jujur deh, kita pasti ingin postingnya yang bagus, keren bukan muka abis nangis kan? #jujur #hehehe

Selanjutnya: Please Don’ Give Up!

Tahukah kamu, dengan jujur pada diri sendiri justru akan membantumu lebih cepet melalui masalahmu dan menghindari depresi. Karena kamu ga perlu berpura-pura. Cukup di sinetron aja akting jangan di kehidupan nyata ya guys #hehehe.

“But we have to learn to be free. We have to, Nell. Doesn’t mean happy all the time, or okay all the time. It’s okay not to be okay. I told you that, but I’m relearning it myself. But not being okay doesn’t mean you stop living.” (Jasinda Wilder)

Para ahli menyarankan, orang yang tertekan karena sedang dilanda masalah untuk bercerita kepada orang lain alias jangan dipendam sendiri. Tujuannya agar ‘beban’ bisa berkurang karena bila dibiarkan lama-lama dapat menimbulkan gangguan kesehatan mental. Dr dr Suzy Yusna Dewi, SpKJ (psikiater anak dan remaja) mengatakan: “Jangan menarik diri jangan mengurung diri di kamar. Justru cari teman sebanyak-banyaknya, tidur yang cukup, baca buku, bicara dengan orang tua atau teman kalau perlu ke dokter atau psikolog.”

It’s okay to be not okay. I know, acceptance is one of the hardest processes for us. But, remember we have God and “we never walk alone except you choose it!”

--

--

Maria_FPS

Spicy food & Ice cream🍨 lover I Traveller I Blogger I “For me, JESUS is enough !”