Royal Guest

Ri는 기여어
6 min readDec 29, 2021

--

Apakah kalau aku tidur malam ini, aku akan kembali terbangun di perpustakaan kampus? Kuharap begitu. namun di satu sisi, di sini lumayan seru juga.

Sebenarnya masih ada banyak pertanyaan terlintas di kepalaku, kenapa mimpi ini terasa realistis banget? Kenapa mimpi ini begitu panjang? Dan memangnya sejak kapan aku tidur?

Aku menatap langit-langit dikamar mewah ini, biasalah jamnya overthinking tengah malam gini. Selain memikirkan apa yang terjadi, aku juga mencoba menangkap maksud dari pangeran Darren tadi. Ia bilang, “Sam bukan lelaki yang baik untukmu, Putri.”

Namun, apa aku bisa mempercayainya saat sosoknya sendiri masih asing bagiku. Lagipula statusnya adalah adik tiriku kan? Kalau melihat di drama atau novel, saudara tiri selalu mendapat peran antagonis. Jadi, aku tidak tau harus bagaimana.
harusnya aku tak usah repot-repot mikirin hal ini sampai pukul 2 dini hari, toh ini juga bukan kehidupan nyata.

“Selamat pagi, Putri. Segeralah mandi, aku akan menyiapkan gaunmu.” suara Lydia yang menggeser tirai di kamar ini seolah menjadi alarmku. Rupanya masih mimpi ini.

“Memangnya ada apa?” tanyaku sambil mengucek-ngucek mata.

“Bukannya biasanya memang seperti ini?” timpal gadis berparas cantik itu lagi.

“Hmm…baiklah”

“Sembari menunggu pelayan menyiapkan air untukmu berendam, makanlah dahulu sarapanmu,” Lydia mempersilahkan. Entah sejak kapan beberapa potong roti gandum dengan selai berry sudah tersedia di nakas sebelah ranjang lengkap dengan segelas susu yang kuyakini adalah susu sapi segar.
“Aku… Makan disini?”

“Mau dimana lagi memangnya?” heran Lydia.
Jujur, aku belum begitu terbiasa dengan kehidupan tuan Putri. Namun tetap, aku harus ikut alur dan memakan semua hidangan itu di sini, kalau aku di rumah sudah gusur mama pakai teflon pasti.

“Putri, kau ingin memakai gaun yang mana?” tanya Lydia memperlihatkan dua gaun yang sama-sama rempong di kedua tangannya. Yang satu berwarna putih dan satunya baby pink

“Terserah” responku seadanya karena aku benar-benar buruk dalam hal mode.

“Putri Agatha bagaimana sih, hari ini kan kita kedatangan tamu besar dari kerajaan Oceania. Penampilan Putri harus benar-benar yang paling bersinar mengingat kau adalah Putri tunggal”

Tiga kata Lyd, i don’t care

Setelah berendam selama 30 menit pada air yang katanya ekstrat bunga mawar asli itu, aku benar-benar merasa segar. beberapa orang pelayan serta Lydia membantuku mengenakan gaun tadi juga menata rambut. Serasa hari pernikahan saja

“Ayo kita turun,” ajak Lydia.

“Memangnya para tamu itu sudah tiba?” tanyaku.

Lydia menggeleng, “belum, mereka masih dalam perjalanan, ayo ke pasar sambil menunggu,” imbuhnya.

Apa perempuan ini sudah gila mengajakku ke pasar dengan dandanan seperti ini?

Balum sempat aku menolak ataupun mengiyakan, Lydia sudah menarik tanganku, agak kesusahan juga nyeimbangin langkah soalnya gaunnya rempong begini di tambah sepatu hak tinggi, ya mana bisa dong. Tapi Lydia dengan gaun yang tidak kalah rempong itu nampak enteng-enteng saja tuh, mungkin ia sudah terbiasa.

Di Ballroom kastil para pelayan sibuk mondar-mandir menyiapkan meja untuk menyambut tamu. Tak lupa mereka semua menundukkan badan kala aku melintasi mereka.

Setiba di halaman istana, beberapa prajurit rupanya sedang berlatih, ada Sam dan pangeran Darren juga, serta seseorang yang nampak tidak asing.

“Loh? Kau kan?!” tegurku pada lelaki yang tengah beradu pedang dengan Sam.

Tanpa menjawab, ia menghentikan sejenak permainan pedangnya kemudian memberi hormat, disusul oleh prajurit yang lain termasuk Sam.

“Kita istirahat sejenak,” pinta Sam kemudian menghampiriku bersama lelaki tadi.

“Kau nampak cantik pagi ini, Putri” puji Sam seraya tersenyum.

“Tuan ini bagaimana sih, maksudmu Putri hanya cantik pagi ini saja?” timpal Lydia.

“Bukan begitu, maksudku Putri semakin cantik setiap harinya”

Abaikan semua lontaran pujian itu, fokusku hanya pada lelaki yang dari tadi berdiri di belakang Sam
“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” tanyaku kemudian.

Lydia langsung menyenggolku pelan “Putri ini bicara apa, tuan Calvin kan memang berada di istana setiap hari.” oh, jadi namanya Calvin.

“Bukan begitu maksudku… Apa kau tidak ingat? Kita bertemu terakhir kali di perpustakaan? Waktu itu kau mengenakan pakaian sutra merah dan jubah hitam,” Cercahku.

Calvin tersenyum “terakhir kali aku bertemu Putri saat di hutan tempo hari. Itu pun Putri sudah dalam keadaan pingsan,” timpalnya.

Ini aneh, aku yakin itu dia! Aku tidak mungkin salah orang.

“Tidak! Aku yakin pernah bertemu denganmu di perpustakaan kampus, bukan di kerajaan ini! Itu… Di kampusku, era modern,” semua orang memasang raut bingung karena penuturanku barusan.

Namun malah Sam tertawa renyah setelahnya “Jangan bergurau, Calvin ini bahkan tidak pernah menyentuh buku selama hidupnya, lantas apa yang ia lakukan di perpustakaan kerajaan. Sejak kecil ia dididik bermain pedang bukan berkutat dengan buku.”

“Tuan Sam, Calvin. Tolong maklumi kalau Putri kadang mengucapkan kalimat yang membingungkan, sepertinya ini efek samping obat,” sela Lydia.

Aku masih memandang pria bernama Calvin dengan raut curiga, aku yakin sekali kalau lelaki aneh yang kutemui di perpus itu dia!
“lupakan! Lydia kukira kau mau ke pasar?” potongku, tidak ingin memperpanjang permasalahan sekarang.

“Ah iya tentu, ayo Putri, waktu kita tidak banyak,” pungkasnya.

Sebelum mengikuti langkah gadis itu, aku menoleh sejenak kearah Calvin
“Kita masih harus bicara!”

Calvin mengangguk patuh “tentu yang mulia, kapanpun”

“Putri coba liat ini! Bagus sekali” Keliatannya si Lydia ini semangat nian ke pasar, tapi memang sih banyak banget barang unik nan antik di sini. Andai saja ini kenyataan, aku ingin mengajak mama sama papa ke tempat ini. Apalagi mama memang hobi mengoleksi barang vintae gitu.

Semua orang yang ada disini selalu hormat tatkala melihatku, jadi merasa tidak enak.

“Putri!” aku menoleh untuk mencari sumber suara itu, agaknya aku mulai terbiasa dengan panggilan Putri ini.

“Ya, ada apa?” aku berjongkok untuk mensejajarkan tinggiku dengan anak kecil yang tadi memanggil.

“Ini untukmu, Putri.” anak tersebut memberikanku sebuah flower crown dari rangkaian bunga baby breath kombinasi putih dan ungu.

“terima kasih, kau baik sekali” aku membelai pipi gembul anak perempuan tersebut.

“Putri, aku mencarimu kemana-mana ternyata kau disini.” itu Lydia yang tiba-tiba hadir di tengah-tengah kami.

“Habis kau bersemangat sekali sampai meninggalkanku.”

Lydia tertawa canggung sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal “Hehe ada banyak barang bagus, tapi sayangnya kita harus kembali ke istana sekarang.”

“Apa para tamu itu sudah tiba?” aku bangkit berdiri.

Lydia mengangguk “kabarnya rombongan mereka sudah memasuki wilayah Lyodra.”

“Kalau begitu ayo!” ajakku kemudian mengalihkan pandang lagi kepada anak tadi
“Terimakasih bunganya. Akan kupakai,” ucapku kemudian mengenakan flower crown tadi di kepalaku.

“Terima kasih, Putri. kau cantik sekali” ucapnya

Tuk!

belum genap satu menit flower crown itu bertengger di kepalaku, Segerombolan berkuda melintas melewati kami, salah seorang yang menunggangi kuda putih paling belakang tidak sengaja sedikit menyenggol, aku hampir terjatuh, kalau saja Lydia tidak menahan sebelah tanganku, gaun yang tadinya putih bersih ini bakal dihiasi noda lumpur “Putri tidak apa-apa kan?” tanyanya panik.

Aku menggeleng, aku sih tidak apa-apa tapi flower crown pemberian anak tadi terjatuh pada genangan lumpur, hal tersebut lantas membuat anak itu murung. Aku boleh marah kan? Soalnya aku paling gak tegaan kalau sama anak-anak

“HEY KAMU! YANG MENUNGGANGI KUDA PUTIH PALING BELAKANG, BERHENTI DISANA!” Merasa terpanggil, pria berkuda tersebut berhenti tidak terlalu jauh hingga ia ditinggalkan oleh rombongannya

“Kau bicara padaku?” tanyanya tanpa berbalik.

“Memangnya siapa lagi?! Cepat minta maaf pada anak ini!” Pintaku. Oke, untuk saat ini aku akan menggunakan statusku sebagai seorang Putri yang baik.

Ia sedikit menoleh kamudian berdecih “cih… Memangnya kau siapa memerintahku?”
Hal tersebut sontak menjadi tontonan menarik bagi para warga disini.

“Aku Putri kerajaan Lyodra, Agatha Catharine de Lyodra,” tegasku. widiiih keren juga.

Kini pria itu benar-benar menoleh menampakkan wajahnya
“Aku pangeran Arino dari kerajaan Oceania, senang bertemu denganmu, putri”

 by the author.

--

--

Ri는 기여어

ᴵᶠ ᵗʰᵉʳᵉ'ˢ ᵃ ˢʰᵃᵈᵒʷ ⁱᵗ ᵐᵘˢᵗ ᵇᵉ ᵃ ˡⁱᵍʰᵗ ✨ ˢᵀᴬʸ ᴱᶜᵒⁿᵒᵐⁱᶜ ᵈᵉᵛᵉˡᵒᵖᵐᵉⁿᵗ ˢᵗᵘᵈᵉⁿᵗ ⁰²ᴸ ˢʰᵉ/ᴴᵉʳ