Kesempatan Terakhir Anthony Martial

The Spectator
2 min readJan 25, 2022

--

Anthony Elanga (kiri) dan Anthony Martial (kanan). Foto: @Manchester United

Anthony Martial telah tiba di Sevilla pada Selasa (25/01/21) untuk merampungkan tes medisnya. Sembari berjalan ke arah jurnalis, ia melepas masker yang ia kenakan seraya mengangkat kedua jempolnya. Sedikit senyuman ke arah kamera mungkin adalah senyuman yang dirindukan bagi fans Manchester United. Mungkin.

Manchester United sepakat untuk meminjamkan Anthony Martial ke Sevilla di bursa transfer musim dingin 2021/2022 ini. Menurut jurnalis Spanyol, Juanma Castano, Sevilla membayar mahar sebesar 5 juta Euro untuk kepindahan Martial. Harga tersebut termasuk dengan gaji sampai sisa musim ini.

Martial memang sudah diisukan untuk hengkang musim ini. Ia jarang mendapatkan jatah bermain reguler dan sering kali menjadi penghangat bangku cadangan ‘The Red Devil’ sejak awal musim.

Beberapa pekan sebelum kepindahannya, terdapat rumor bahwa Martial berseteru dengan sang pelatih Ralf Rangnick yang membuat keadaannya di United semakin kusut. Patut diakui, Martial memang tidak bisa dijadikan pilihan utama bagi Rangnick.

Musim ini saja ia baru bermain 11 kali dan hanya mampu mencetak 1 gol, catatan buruk tersebut yang membuat Rangnick sungkan untuk memainkannya, apalagi dengan kondisi United yang sedang kehilangan stabilitas.

Selain memang ia harus memperebutkan posisinya dengan pemain sekelas Cristiano Ronaldo dan Edinson Cavani, ia juga harus berkompetisi dengan Anthony lainnya, yaitu Anthony Elanga.

Elanga merupakan talenta muda didikan akademi Manchester United yang beberapa kali diberikan kesempatan bermain oleh Rangnick. Memiliki persamanaan nama ‘Anthony’ dan posisi bermain yang hampir sama, nyatanya ada perbedaan antara Martial dan Elanga.

Anthony Martial adalah pemain yang memiliki kemampuan berbeda, ia dapat mencari celah diantara rapatnya pertahanan lawan dan memiliki kecepatan untuk menyerang. Sering kali kita melihat bagaimana Martial lihai mencari ruang kosong dan mencetak gol dari sudut yang sempit.

Namun, dibawah asuhan Rangnick, para pemain United tidak hanya dituntut memiliki skill yang mumpuni, tetapi juga kekuatan dan daya tahan lebih untuk melakukan pressing tinggi. Aspek tersebut yang belum bisa ditunjukkan oleh Martial.

Sebaliknya, Elanga acap kali menjadi angin segar dikala United mengalami kebuntuan. Pada laga terakhirnya melawan Brentford, ia sukses menjaring 1 gol dan membawa United menang.

“Jika saya bekerja keras, saya akan mendapatkan hadiah dalam permainan dan itulah yang ingin saya coba dan lakukan setiap hari; mencoba bekerja keras dan berlatih seperti yang saya inginkan.” Jelas Elanga, dikutip dari manutd.com

Elanga memang belum menunjukkan bahwa ia sudah pantas bermain reguler bersama tim senior, namun di usianya yang baru menginjak 19 tahun, ia punya pergerakan yang bagus serta etos kerja yang tinggi.

Pada usia yang sama; 19 tahun, Martial kala itu sudah menjadi sorakan bahagia fans Manchester United atas gol ciamik di laga debutnya melawan musuh bebuyutan, Liverpool pada musim 2015/2016 lalu. Banyak harapan serta ekspektasi melambung tinggi padanya.

Namun dunia seakan tak berpihak kepadanya. Pada akhirnya Martial harus melangkah jauh ke La Liga, ia harus membuktikan bahwa dirinya masih bisa bersaing dan menjadi ujung tombak yang ganas bagi timnya. Sevilla bisa dibilang kesempatan terakhir Martial menunjukkan bahwa ia masih pantas dipertimbangkan.

The Spectator

--

--