KISS??

lean
4 min readJan 6, 2024

Hari ini Heksa sedang menemani Romiel yang berada dirumah sendirian, katanya pemuda itu sedang sakit makanya meminta Heksa untuk datang.

Ternyata Romiel tidak berbohong, pemuda itu demam tinggi. Entah kenapa bisa sampai seperti itu tapi sebagai teman yang baik Heksa akan mengusahakan yang terbaik untuk merawat Romiel semampunya.

"Bunda kapan pulang emang?"
Heksa sedang memasak bubur untuk makan siang Romiel, sebab pemuda itu mengeluh lapar sedari tadi.

"Besok katanya, makan lo nginep aja disini."
Heksa membalikkan badan agar bisa bertatap dengan Romiel yang duduk di meja makan.

"Jelek banget ide lo, ntar yang ada gua di seret Ayah buat balik."
Romiel tertawa, benar Ayah temennya ini memang terlalu overprotektif terhadap putra semata wayangnya.

"Maklum sih soalnya lo anak satu-satunya."
Setelah itu hanya terdengar suara kompor yang dimatikan, pertanda masakan Heksa sudah matang dan siap disajikan.

"Mau makan disini atau ruang tengah?"
Heksa bertanya pasalnya Romiel masih asik merebahkan kepalanya dalam lipatan lengan yang terlihat diatas meja makan.

"Di ruang tengah tapi pusinggg."
Gemasss, Heksa merasa Romiel jika sedang sakit terlihat lebih manja dari biasanya.

"Yaudah ayo gua bantu."
Akhirnya Heksa memapah Romiel agar bisa berpindah menuju ruang tengah. Meskipun sulit tapi akhirnya mereka berhasil.

"Tunggu disini, gua mau balik ke dapur buat ambil buburnya."
Romiel mengangguk dan kemudian menyalakan televisi.

Sebenarnya yang ingin bubur itu Heksa, Romiel tentu saja menolak. Dirinya yang sakit saja tidak ingin memakan bubur, kenapa ini Heksa yang sehat lebih memilih memakan bubur.

"Nih punya lo"
Heksa mengulurkan satu mangkuk berisi bubur dan beberapa toping diatasnya, terlihat lezat.

"Kenapa harus bubur sih? gua masih bisa nelen nasi loh Sa."
Heksa memutar bola matanya jengah.

"Ya emang kenapa? Orang sehat gak boleh kah makan bubur? Aturan dari mana kalo emang bener?"
Romiel tidak bisa menjawab, dirinya kalah telak.

"Ya tapi kan gua gak suka bubur Saaa."
Heksa memelototka kedua bola matanya, bukannya terlalu galak, dimata Romiel malah terlihat menggemaskan.

"Try it Rom, gua yakin lo bakal suka."
Dan ternyata benar, Romiel bahkan memakan bubur itu dengan lahap.

Karna tidak ada yang bisa Romiel lakukan, akhirnya dirinya hanya memperhatikan Heksa yang sedang makan dengan santai. Lucu sekali kepalanya bergoyang setiap kali sendok akan masuk kedalam mulut.

Jika diperhatikan lebih lamat, Heksa adalah makhluk tuhan yang paling sempurna dimatanya. Cantik dan tampan disaat bersama, tubuh ideal dengan bagian kaki yang lebih dominan sehingga terlihat semampai dan jenjang.

Kalau saja Heksa perempuan dirinya akan mengejar Heksa secara ugal-ugalan. Tapi jika bisa sekarang kenapa harus nanti?

Romiel rasanya ingin mengutarakan perasaan yang sudah dirinya yakinin sebagai perasaan mencintai alih alih rasa sayang terhadap teman.

"Sa."
Panggil Romiel saat Heksa sudah kembali duduk karna menaruh mangkok kotor bekas mereka makan tadi.

"Apaan?"
Jawabnya acuh sambil memilah milih channel mana yang menarik perhatiannya.

"Kalo misalnya gua Bi karna lo gimana?"
gerakan jarinya pada remot terhenti, kepalanya juga langsung refleks menengok pada sisi dimana Romiel berada.

"Kalo ngomong tuh yg serius jangan bercanda!."
Romiel tertawa sebab Heksa malah menganggap dirinya bercanda.

"Gua serius Sa, mana ada masalah hati bisa dibikin bercandaan."
Sekarang Heksa benar benar terdiam, dirinya tidak tau harus heran atau malah senang. Jika Romiel menjadi Bi berarti ada kemungkinan perasaannya akan berbalas, tapi kenapa bisa Romiel yang awalnya straight mending seorang Bi?

"Kok bisa?"
Hanya itu yang mampu keluar dari bibirnya yang tiba-tiba tidak bisa berbicara.

"Gak tau, ngalir gitu aja."
Lengan kanannya terangkat untuk mengusap pucuk kepala heksa, merapihkan anak rambut yang menghalangi mata bulat milik pemuda itu.

"Lo udah yakin?"
Heksa kembali bertanya, suaranya terdengar bergetar karena menahan lonjakan rasa senang akibat afeksi yang Romiel berikan. Degup jantungnya berdebar tak beraturan, sampai sampai Heksa takut jika Romiel akan mendengarnya.

"Belum, makanya gua butuh bantuan lo."
Salah satu alis milik Heksa terangkat, heran memang dirinya bisa membantu apa?

"Bantu apaan ema..."
Belum sempat kalimatnya terucap sepenuhnya, Heksa bisa merasakan ada sebuah benda lunak yang bertemu dengan bibirnya.
Hanya kecupan tidak lebih, karna setelahnya Romiel kembali memberikan jarak diantara mereka berdua.

"Sekarang gua yakin kalo gua Bi gara gara lo."
Karna Heksa hanya diam saja, jadi diambilnya kedua lengan pemuda tersebut untuk digenggamnya. Terasa pas, seperti Tuhan dengan sengaja menyesuaikan ukurannya agar pas dengan miliknya.

"Kayaknya gua beneran jatuh cinta sama lo deh Sa."
Heksa terus terdiam, dirinya takut jika membuka mulut malah akan melakukan hal hal aneh yang bisa membuat Romiel malah menjadi ilfil.

"Gua boleh cium lo lagi?"
Kali ini Romiel meminta izin Heksa terlalu dahulu, dirinya ingin memastikan jika Heksa juga menerima dengan baik.

Dengan ragu Heksa menganggukan kepalanya, tentunya itu membuat Romiel senang bukan kepalang. Sebab baru saja sekali kecupan Romiel sudah merasa candu dengan bibir milik Heksa itu.

Dikikisnya jarak diantara mereka berdua, Romiel menginginkan lebih dari sekedar kecup kecil, dirinya ingin merasakan setiap inchi demi inchinya. Pasti akan membuat dirinya candu.

Sedikit lagi kedua belah bibir itu akan bersatu, sayangnya kegiatan mereka harus ter interupsi oleh suara benda jatuh.

Diambang pintu antara ruang dan ruang tamu berdiri Bunda yang baru saja pulang karena mendengar kabar anak sulungnya sakit.

--

--