Seribu sayang untuk rumah.

Leon Addison
1 min readNov 12, 2023

--

We are both grateful to have met each other.

Denting jarum jam memenuhi ruangan, menunjukan bahwa sampai kapanpun waktu tidak mau memberi jeda tunggu. Sorot mataku terpaku pada sosok cantik yang bergerak menuju arahku. Ia membawa nampan yang terlihat jelas asap panas mengepul keudara. Itu kopi hitam yang kupinta. Berteman dengan biskuit dan teh hangat miliknya.

Di meja makan sore ini, kami hanya saling berhadapan dan tersenyum. Mengagumi satu sama lain, tenggelam pada detik yang bergulir dan menikmati titik temu antara cinta dan kasih.

Aku temukan rumah di dirinya, aku temukan sesuatu yang aku cari pada sorot matanya. Senja seakan memohon pada surya agar menunggu kami, meminta surya agar memperpanjang sore untuk kami saling bergumam diam.

Pada langit-langit ruang makan, kami sisipkan tawa dan tangis yang telah dilewati. Pada dedaunan kering di teras rumah, kami titipkan setiap lara agar ikut terbawa angin lalu menjauh dari bangunan kecil kami. Dan pada langit-langit kamar tidur, kami ceritakan cinta dan kasih serta beribu harap indah untuk waktu akan datang. Mungkin satu atau lima tahun kedepan. Yang terpenting, genggam tangan kami masih seerat sekarang.

--

--