AI dan Masa Depan Kerja

Afif Maulana Huda Asshiddiq
7 min readMay 20, 2024

Isu tentang pekerjaan yang akan digantikan oleh AI telah menjadi perdebatan hangat sejak lama. Seiring dengan perkembangan teknologi machine learning dan AI, kekhawatiran tentang dampaknya terhadap lapangan kerja semakin meningkat. Namun, apakah semua pekerjaan benar-benar terancam atau AI justru membuka peluang baru?

Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana AI berdampak pada dunia kerja. Kami akan membahas pekerjaan yang paling rentan tergantikan oleh AI, serta keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi disrupsi teknologi ini. Selain itu, peran pemerintah dan perusahaan dalam memfasilitasi transisi kerja di era AI juga akan dibahas.

AI dan Perkembangannya di Dunia Kerja

Otomatisasi Pekerjaan Rutin

Salah satu dampak utama perkembangan AI di dunia kerja adalah otomatisasi pekerjaan rutin dan berulang. AI membantu meningkatkan efisiensi tempat kerja dengan menghemat waktu dan mengurangi kesalahan. Ini memungkinkan pekerja untuk menyelesaikan tugas-tugas sederhana dan rutin dengan lebih cepat dan akurat, sehingga mereka memiliki lebih banyak waktu untuk pekerjaan tingkat tinggi yang tidak dapat dilakukan oleh AI, seperti membangun hubungan, kolaborasi, inovasi, dan pemecahan masalah kreatif.

Peningkatan Efisiensi

AI juga sangat baik dalam menganalisis data dan menyajikan informasi dalam format yang mudah dipahami. Ini berarti pekerja dengan pekerjaan yang bergantung pada analisis data dapat mengalihkan fokus mereka ke pekerjaan strategis dan tingkat tinggi, seperti mengidentifikasi peluang pertumbuhan, memahami dinamika dan tren pasar baru, serta menandai masalah dan ancaman.

Kolaborasi Manusia-AI

Meskipun AI dapat mengotomatisasi beberapa tugas, kolaborasi antara manusia dan AI akan menjadi semakin umum. Misalnya, algoritma AI yang dapat membaca pemindaian diagnostik dengan akurasi tinggi akan membantu dokter mendiagnosis kasus pasien dan mengidentifikasi perawatan yang sesuai. Di bidang lain, pekerjaan dengan tugas berulang dapat bergeser ke model mengelola dan memecahkan masalah sistem otomatis.

Penciptaan Pekerjaan Baru

Seperti revolusi teknologi sebelumnya, AI juga berpotensi menciptakan pekerjaan baru yang saat ini belum dapat dibayangkan. Selain itu, AI sendiri secara historis telah menjadi pencipta lapangan kerja bersih. Misalnya, pengenalan komputer pribadi pada tahun 1970-an dan 1980-an menciptakan jutaan pekerjaan, tidak hanya untuk pembuat semikonduktor, tetapi juga untuk pengembang perangkat lunak dan aplikasi, perwakilan layanan pelanggan, dan analis informasi.

Dampak AI terhadap Tenaga Kerja

Ancaman Pengangguran

Perkembangan AI membawa ancaman pengangguran bagi tenaga kerja. Laporan Goldman Sachs tahun 2023 memperkirakan bahwa dua per tiga pekerjaan saat ini terpapar risiko otomatisasi AI, dan AI generatif dapat menggantikan hingga seperempat pekerjaan saat ini secara keseluruhan. Pekerjaan rutin dan berulang, terutama di sektor layanan, sangat rentan tergantikan oleh robot dan sistem AI.

Kebutuhan Keterampilan Baru

Meskipun AI dapat mengotomatiskan banyak tugas, dibutuhkan keterampilan baru untuk memastikan AI bekerja secara optimal. Salah satunya adalah prompt engineering, yaitu kemampuan menggunakan bahasa sedemikian rupa sehingga AI dapat memberikan respons atau konten yang sesuai. Selain itu, keterampilan seperti pengelolaan konten dan penulisan juga akan mengalami redefinisi dengan hadirnya AI generatif.

Perubahan Struktur Pasar Tenaga Kerja

  1. Kesenjangan antara Perusahaan Besar dan Kecil Penggunaan AI dapat memperlebar kesenjangan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil hingga menengah. Perusahaan besar memiliki sumber daya yang lebih besar untuk mengadopsi teknologi AI, sementara perusahaan kecil mungkin kesulitan untuk mengikuti.
  2. Peningkatan Kesulitan bagi Pekerja Tidak Terampil Pekerja tidak terampil akan semakin sulit untuk mendapatkan pekerjaan karena banyak pekerjaan yang dapat diautomatisasi oleh AI. Ini dapat memperlebar kesenjangan pendapatan dan meningkatkan ketimpangan.
  3. Perubahan Kebutuhan Pelatihan Pemerintah perlu menyediakan pelatihan dan pengembangan keterampilan bagi pekerja agar mereka siap menghadapi perubahan pasar tenaga kerja akibat perkembangan AI. Program pelatihan harus disesuaikan dengan kebutuhan keterampilan baru di era AI.

Keterampilan untuk Menghadapi AI

Kemampuan Berpikir Analitis dan Kreatif

Dalam era AI yang terus berkembang, kemampuan berpikir analitis dan kreatif menjadi semakin penting. Laporan World Economic Forum tahun 2023 menyoroti transformasi mendalam dalam keterampilan yang dibutuhkan oleh pasar kerja saat ini dan masa depan. Seiring bisnis terus beradaptasi dengan kemajuan teknologi, permintaan akan keterampilan kognitif meningkat. Keterampilan kognitif mencakup kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah kompleks, dan membuat keputusan berdasarkan data dan analisis.

Laporan WEF juga menegaskan pentingnya pemikiran kreatif yang terus berkembang sedikit lebih cepat dibandingkan pemikiran analitis. Di dunia yang penuh dengan otomatisasi dan algoritma, kreativitas diperlukan untuk dengan cepat mengidentifikasi dan memecahkan masalah kompleks. Pemikir kreatif unggul dalam membayangkan solusi inovatif, menghasilkan ide-ide baru, dan berpikir di luar kotak. Keterampilan ini sangat penting untuk industri seperti pemasaran, desain, penciptaan konten, dan pengembangan produk, di mana inovasi menjadi pendorong keberhasilan.

Penguasaan Teknologi AI dan Big Data

Literasi teknologi menduduki peringkat ketiga dalam daftar keterampilan inti yang terus berkembang. Memahami dan memanfaatkan teknologi sangat penting untuk tetap kompetitif di ekonomi yang digerakkan oleh AI dan data. Kemampuan untuk menavigasi perangkat lunak kompleks, menganalisis data, dan beradaptasi dengan alat digital baru sangat penting di berbagai industri. Menjadi mahir dalam teknologi memungkinkan individu untuk bekerja secara efisien dan berkontribusi pada pengembangan dan implementasi solusi yang didorong oleh teknologi.

Untuk menguasai teknologi AI dan Big Data, keterampilan berikut sangat dibutuhkan:

  1. Pemahaman tentang algoritma Machine Learning (ML), seperti pembelajaran supervised, pembelajaran unsupervised, pembelajaran reinforcement, dan ensemble methods.
  2. Penguasaan Deep Learning, termasuk neural networks, convolutional neural networks (CNN), recurrent neural networks (RNN), dan aplikasinya dalam computer vision, natural language processing (NLP), dan speech recognition.
  3. Kemampuan mengolah data (data wrangling), seperti membersihkan, memproses, dan memanipulasi dataset besar menggunakan tools seperti Pandas, NumPy, dan SQL.
  4. Penguasaan analisis statistik, pengujian hipotesis, dan teori probabilitas untuk mendapatkan wawasan bermakna dari data.
  5. Pemahaman tentang framework komputasi terdistribusi seperti Hadoop dan Spark untuk memproses dataset berskala besar.
  6. Pengetahuan tentang teknologi streaming data seperti Apache Kafka untuk pemrosesan dan analisis data real-time.
  7. Kesadaran tentang bias dalam algoritma AI dan teknik untuk mengurangi bias selama pengembangan model.
  8. Pemahaman tentang regulasi privasi data, pertimbangan etika, dan praktik terbaik untuk implementasi AI yang aman.

Keterampilan Kepemimpinan dan Fleksibilitas

Dengan munculnya AI dan fleksibilitas di tempat kerja, keterampilan kepemimpinan dan fleksibilitas menjadi semakin penting. Pemimpin masa depan harus mampu membuat keputusan yang lebih baik, memimpin secara inklusif, berkolaborasi, dan beradaptasi dengan perubahan.

AI dapat meningkatkan pengembangan kepemimpinan dengan mempersonalisasi program pelatihan berdasarkan data analisis, seperti evaluasi kinerja, survei umpan balik, dan penilaian perilaku. Ini membantu mengidentifikasi kebutuhan pengembangan individu berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman mereka.

Selain itu, AI dapat digunakan untuk membuat kursus, sumber daya, dan aktivitas pengembangan yang unik dan dipersonalisasi untuk pemimpin berdasarkan profil, latar belakang bisnis, prestasi, preferensi, dan gaya belajar mereka. AI juga dapat menawarkan pelatihan virtual dan platform mentoring yang memberikan dukungan on-demand kepada calon pemimpin kapan pun dan di mana pun.

Dengan menggabungkan kecerdasan manusia dan buatan dalam program coaching dan mentoring, pemimpin dapat meningkatkan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. AI dapat menganalisis data besar, mengidentifikasi pola, dan memberikan wawasan berharga, sementara manusia dapat menambahkan empati, pemahaman, dan konteks untuk membimbing dan membantu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah secara efektif.

Integrasi AI dalam pengembangan kepemimpinan tidak hanya mengubah cara mengidentifikasi, melatih, mendukung, dan memotivasi calon pemimpin, tetapi juga memungkinkan organisasi untuk mengatasi tantangan yang khas di era digital. Dampak AI pada masa depan kepemimpinan melibatkan peningkatan pengambilan keputusan, kepemimpinan yang inklusif, kolaborasi, adaptabilitas, dan yang paling penting, pemberdayaan pengembangan karyawan, yang merupakan langkah besar dalam membentuk praktik kepemimpinan yang efektif dan dinamis di dunia kerja modern.

Peranan Pemerintah dan Perusahaan

Reformasi Kebijakan Ketenagakerjaan

Pemerintah memiliki peran penting dalam memfasilitasi transisi angkatan kerja di era AI melalui reformasi kebijakan ketenagakerjaan. Mereka harus menciptakan insentif dan menetapkan kebijakan yang melindungi pekerja dari dampak disruptif AI. Pendekatan yang diambil untuk pekerja yang sudah bekerja dan pengangguran perlu dibedakan.

Untuk mengatasi pengangguran akibat AI, pemerintah harus memimpin program pendidikan ulang besar-besaran karena sektor swasta memiliki sedikit alasan untuk membantu mereka yang berada di luar perusahaan mereka. Pemerintah dapat menyalurkan dana kepada individu melalui penggantian biaya atau skema seperti Pendapatan Dasar Universal (UBI), yang akan memberikan kesempatan untuk memperoleh keterampilan di bidang yang relevan dengan AI.

  1. Untuk pekerja yang sudah bekerja, pemerintah dapat memberikan hibah dan insentif pajak untuk mendorong program pelatihan yang dipimpin oleh pemberi kerja.
  2. Opsi lain adalah membentuk akun pelatihan pribadi, seperti yang dilakukan Prancis. Ini dapat mengatasi kesenjangan keterampilan sejak dini, memungkinkan jam pelatihan dikumpulkan segera setelah individu mencapai usia kerja legal.
  3. Pemerintah harus mencari cara baru seperti ini untuk memberikan jaminan pekerjaan di tengah penurunan peluang kerja yang cepat akibat AI.

Pelatihan dan Pengembangan Keterampilan

Pemerintah dan perusahaan harus bekerja sama dalam menyediakan pelatihan dan pengembangan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi disrupsi AI. Inisiatif ini harus dimulai segera karena teknologi AI berkembang secara eksponensial.

  1. Pemerintah dapat menggunakan analisis prediktif AI untuk mengidentifikasi keterampilan yang akan dibutuhkan di masa depan. Ini memungkinkan mereka merancang program pelatihan yang selaras dengan permintaan mendatang.
  2. AI juga dapat memfasilitasi pembelajaran adaptif yang mempersonalisasi jalur pembelajaran berdasarkan kebutuhan, kekuatan, dan kelemahan individu. Ini meningkatkan efektivitas program pelatihan.
  3. Perusahaan dapat memanfaatkan AI untuk mengidentifikasi kesenjangan keterampilan dan menyediakan konten pembelajaran yang sesuai secara otomatis.
  4. AI juga dapat digunakan untuk memberikan umpan balik dan penilaian kinerja secara instan, memungkinkan perbaikan terus-menerus.

Kolaborasi dalam Mempersiapkan Angkatan Kerja

Pemerintah, perusahaan, dan pekerja harus berkolaborasi untuk memastikan AI digunakan dengan baik dan meningkatkan kesejahteraan pekerja, bukan hanya untuk meningkatkan keuntungan. Konsorsium seperti yang dibentuk oleh Cisco, IBM, Intel, Microsoft, dan SAP dapat memberikan wawasan dan mengidentifikasi peluang baru untuk pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan.

Konsorsium ini berkomitmen untuk mengembangkan jalur pekerja, terutama di sektor pekerjaan yang akan semakin mengintegrasikan teknologi AI. Mereka bertujuan untuk melatih jutaan orang dengan keterampilan digital dan AI dalam beberapa tahun ke depan.

Kolaborasi semacam itu penting untuk memastikan angkatan kerja siap menghadapi transformasi besar yang didorong oleh AI. Dengan bekerja sama, pemerintah dan perusahaan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung transisi lancar menuju ekonomi yang digerakkan oleh AI.

10121006 — Afif Maulana Huda Asshiddiq

Program Studi Teknik Informatika

Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer

Universitas Komputer Indonesia

--

--

Afif Maulana Huda Asshiddiq
0 Followers

Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia