Jurnal Puitik 6/2024: Dua Puluh Sembilan

Pada hari yang fitri dan hari yan—mestinya—berarti

Agoy Tama
3 min readApr 10, 2024
Foto oleh Dok. Pribadi (10 April 2024)

I

“10 April tahun ini sepertinya akan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya,” begitu pikir saya kemarin. Benar saja, semalam saya tertidur pulas setelah lelah berkendara dari rumah Gedangan (Malang Selatan) ke rumah kontrakan di Dau (Malang Kabupaten) dan ke rumah mertua di Gribig (Malang Kota). Kami tempuh perjalanan dari pukul 14.00 sampai sekitar pukul 21.30 WIB. Tentu dikurangi dengan jam rehat shalat dan makan di kontrakan Dau.

Intinya bukan di perjalanannya, tetapi dengan siapa saya menempuhnya. Ya, tahun ini, di umur 29 ini, saya sudah beristri. Tepatnya, dua bulan lalu saya menikah. Entah ada angin apa, beberapa bulan sebelum memutuskan untuk menikah, saya merasa bahwa ini waktu yang tepat untuk segera menikah. Itu saja, tanpa banyak pertimbangan macam-macam. Ya, sekaligus tanpa modal finansial yang tebal—kalau ilmu InsyaAllah juga masih kurang, tetapi dasarnya sudah saya usahakan sejak lama.

Dengan situasi dan kondisi semacam itu, ternyata Allah berikan rezeki yang selama ini dinanti. Khitbah saya kepada seorang perempuan shalihah—insyaAllah—diterima. Perantara dan ayahnya menangis terharu saat saya bertanya dan dia menjawab perihal kesediaannya untuk menjadi pendamping hidup saya. Saya hendak menangis, tetapi bibir saya merekah dan tak terbendung gejolak bahagianya.

II

Singkat cerita, pada hari yang fitri ini, ketika seluruh umat Islam di dunia merayakan momen bahagia, saya berulang tahun. Mestinya ini jadi ulang tahun yang spesial dan tidak akan pernah dilupa. Dua hal istimewa hadir dalam waktu bersamaan. Saya tidak pernah membayangkan hal itu. Namun, hampir tidak ada ucapan “selamat berulang tahun!”, “selamat bertambah umur!”, atau bahkan “selamat berkurang jatah usia di dunia!”. Tidak mengapa, suasana baru Lebaran kali ini cukup untuk menghapus rasa sepi yang kerap menerpa kepala. Saya mensyukuri apa yang sedang ada di genggaman dan yang sempat terlepas dari pelukan. Apa pun itu. Saya terima dengan suka cita!

Melupakan soal ucapan perihal tahun-tahun yang berulang begitu saja, saya lebih menikmati momen kebersamaan dan jabat hangat juga peluk rindu yang langka di hari-hari biasa. Dari rumah ke rumah, orang-orang baru berjabat mesra, dan peluk-peluk rindu lama tak bertemu. Saya hanya bisa menyaksikan itu dengan sedikit kata tanpa banyak laku. Saya juga orang baru di mata mereka. Jadi, saya hanya menjawab seperlunya dan membagikan cerita secukupnya.

III

Dari siang menuju malam, tetap saja. Orang-orang sekitar dan yang terdekat sekalipun tak satu pun mengucapkan selamat. Hanya satu, seorang sepupu dari jauh via WhatsApp dan satu lagi: aplikasi bank yang kerap saya pakai untuk bertransaksi dan berbelanja kebutuhan sehari-hari. Begitu saja, saya cukup senang. Meski pada akhirnya, seluruhnya hanya menjadi kenang. Tidak mengapa. Angka tak mengubah apa pun serta merta. Hanya doa sendiri yang berupaya menaiki tangga-tangga langit berharap esok hari mampu hapus rasa sakit dan lekas lewati keadaan sulit.

10–4–2024

Oh, ya. Jika kamu ingin mendukung kerja kreatif kami, silakan membeli buku-buku dan produk digital original di @kerjarasa (Ada diskon di bulan April 2024). Kami juga mengelola agensi kreatif bernama @perajinkatacom yang siap bantu kamu menyelesaikan segala macam permasalahan penulisan kreatif, sastra, dan media sosial, bahkan identitas jenama (brand identity).

Dapatkan kiat praktis memahami + menulis puisi di @mahirmenyair. Monetisasi puisimu dan tingkatkan pendapatan pasif serta pendapatan aset digitalmu bersama penerbit digital @ruangrasaproject.

Tabik!

AGOY TAMA
Perajinkata™ + Penyair Digital, Founder Ruangrasa Project

--

--

Agoy Tama

Perajinkata™ + Penyair Digital. Hendak memuisikan yang terlalu prosa dan drama. Founder @ruangrasaproject, bantu amatir @MAHIRMENYAIR.