Konsep, Benang Merah, dan Empat Hal Dasar dalam Menulis Puisi

MAHIR MENYAIR 1/2024: Daftar 7 hal yang layak dibagikan minggu ini

Agoy Tama
3 min readApr 23, 2024
Foto: Dok. Pribadi (2024)

Halo, Penyair!

Akhir-akhir ini saya merasa perlu untuk melanjutkan lagi Jurnal Mahir Menyair yang sempat dimulai pada tahun 2023 lalu. Tahun lalu, saya hanya mampu menulis delapan terbitan — dan anggap saja itu jurnal Mahir Menyair musim pertama, ya.

Tahun ini, saya mulai lagi Jurnal Mahir Menyair musim kedua (2024). Semoga musim ini bisa lebih banyak menerbitkan jurnal ini. Harapannya tidak muluk-muluk: semoga saya bisa istikamah menulis dan berbagi tentang proses kreatif dan seluk beluk tentang menulis puisi. Itu saja.

Pekan ini, entah jadwal terbit jurnal ini akan diatur di hari apa, saya juga belum tahu. Mungkin di hari Minggu pukul 17.00 WIB untuk terbitan berikutnya. Semoga kawan-kawan semua selalu diberikan kesehatan. Jangan sungkan untuk memberi masukan, ya.

Selamat menikmati jurnal Mahir Menyair terbitan 1/2024 (musim kedua). Terus berlatih dan berkarya dari hati.

Berikut daftar 7 hal yang menurut saya layak dibagikan minggu ini:

  1. “Karena itu puisi yang hanya menghamparkan pernyatan berisi konsep atau rumusan kering, jargon kaku, slogan-slogan klise bahkan basi tak akan memikat pembaca. Seperti menelan makanan kering yang belum terkunyah dengan baik. Seret.” — Hasan Aspahani
  2. “Empat hal dasar yang diperhatikannya ialah diksi yang kuat, citraan yang hidup, metafora yang segar, serta rima dan irama yang selaras. Selain itu Jokpin juga menimbang keunikan perspektif dan kreativitas dalam mengolah dan memainkan kata-kata.” — Ivan Lanin
  3. “Ketika membahas karya orang lain, Jokpin tampaknya selalu mencari benang merah di antara puisi-puisi dalam antologi itu. Benang merah itu sering dikaitkannya dengan latar belakang si penulis.” — Ivan Lanin
  4. “Adalah menarik bahwa sajak-sajak terkuat Sitor justru sajak-sajak yang digubah dalam bentuk terikat yang ketat, yang bersumber pada pola-pola persajakan lama seperti pantun dan syair.” — Joko Pinurbo, Berguru kepada Puisi, hlm. 18
  5. Puisi Saya: Berikut salah satu puisi yang ditulis sepulang berkemah sekaligus menjernihkan pikiran di Bumi Perkemahan Bedengan, Selorejo. Terinspirasi dari seorang teman yang meminta saya untuk mengabadikan momen sebatnya di tepi sungai. Judulnya, “Tagihan dan Siasat”, 2023.
  6. Buku Puisi: “Tiada yang tersembunyi darimu karena / cinta mesti bebas menari dan bernyanyi / seperti maut. seperti maut. seperti maut.” — Adimas Immanuel, Karena Cinta Kuat Seperti Maut
  7. Nasihat Penyair: “Apabila momen puitis datang, tangkaplah. Caranya dengan mencatat. Ingat, bukan sekadar mengingat, tetapi mencatat.” — Hasta Indriyana

Terima kasih sudah membaca! Buletin ini adalah publikasi buatan tangan dan sepenuhnya didukung oleh pembaca. Kami berusaha agar buletin ini terbit setiap hari Minggu dan gratis buat kamu. Dukung kami dengan membagikan buletin ini kepada kawan, kerabat, atau bahkan cukup dengan mengeklik ikon tepuk (clap) di bawah.

Oh, ya. Jika kamu ingin mendukung kerja kreatif kami, silakan membeli buku-buku dan produk digital original di @kerjarasa (Ada diskon di bulan April 2024). Kami juga mengelola agensi kreatif bernama @perajinkatacom yang siap bantu kamu menyelesaikan segala macam permasalahan penulisan kreatif, sastra, dan media sosial, bahkan identitas jenama (brand identity).

Dapatkan kiat praktis memahami + menulis puisi di @mahirmenyair. Monetisasi puisimu dan tingkatkan pendapatan pasif serta pendapatan aset digitalmu bersama penerbit digital @ruangrasaproject.

Tabik!

AGOY TAMA
Perajinkata™ + Penyair Digital, Founder Ruangrasa Project

--

--

Agoy Tama

Perajinkata™ + Penyair Digital. Hendak memuisikan yang terlalu prosa dan drama. Founder @ruangrasaproject, bantu amatir @MAHIRMENYAIR.