#WarTakjil dan Hal-Hal Lain yang Ganjil

OPINI PUITIK 1/2024 oleh Agoy Tama

Agoy Tama
2 min readApr 20, 2024
Photo by Umar ben on Unsplash

I

Fenomena #WarTakjil bergulir cukup kencang akhir-akhir ini. Ramadan yang identik dengan umat muslim, tahun ini juga diwarnai oleh umat dari agama lain. Mulai dari masyarakat umum, influencer/kreator konten, hingga biarawati.

II

Seperti yang terjadi di Sukabumi kemarin. Viral biarawati jualan takjil. Mereka, para suster itu, berasal dari Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi. Turut turun jalan memeriahkan Ramadan dengan berjualan takjil, seperti kolak pisang, bubur sumsum, hingga es campur agar nampak sungguh terampil dalam interaksi sesama penganut agama yang adil.

III

Toleransi dijunjung tinggi dengan ikut serta perayaan bahkan ritual agama tetangga, begitu yang tersirat di kepala. Apakah umat yang bertakwa sebakda Ramadan akan juga ikut serta dalam paskah, imlek, nyepi, dan perayaan serta ritual agama lainnya? Hemat kami, tidak begitu semestinya. Sebab, “agamamu, agamamu; agamaku, agamaku”. Tak perlu turut serta apalagi ikut campur baur menggadaikan akidah hanya agar dianggap “si paling toleran” di tengah umat yang kian hari kian krisis identitas keimanan. Jadi, toleransi itu penting, tetapi mesti paham batas-batasnya agar tidak melangkahi aturan yang hakikatnya membuat Tuhan tak meridai.

IV

Sederhananya, “war takjil” adalah istilah populer yang muncul dibarengi dengan adanya tren “perang” takjil. Kata “perang” di sini sebenarnya lebih dekat dengan perlombaan adu cepat, siapa yang lebih dulu membeli/memborong makanan untuk berbuka, baik itu dari muslim maupun nonmuslim.

Fenomena inilah yang ramai di tengah masyarakat sedang menunaikan ibadah puasa Ramadan tahun ini. Alih-alih melahirkan kebencian, justru tren #WarTakjil ini kerap menjadi guyonan yang ditanggapi dengan santai. Bahkan, tren ini dianggap menunjukkan toleransi beragama, karena tidak hanya umat Islam, tetapi juga umat dari agama lain yang bisa ikut merasakan suasana Ramadan.

Jadi, apakah tren ini menjadi kebencian atau justru menjadi perantara kebaikan antarumat-beragama di kepalamu?

Jika ingin berkontribusi dalam kebangkitan Islam, sebaiknya mulai dari mana? “Mulai dari membaca!” Bangun kebiasaan membacamu mulai dari buku-buku ini, 100% GRATIS BUAT KAMU!

Berikut daftar bukunya:

1. Buku Hafalan Mentor — Buku karya Qonuun ini dipersembahkan khusus untuk para mentor sebagai upaya kontribusi dan ikut serta dalam kebangkitan Islam.

2. Sambat Februari — Buku karya Greensoul.co.id (Tengku Novenia Yahya, Agoy Tama, Akmal Nurdwiyan). Sebuah narasi lurus untuk cinta yang susah diurus. Dipersembahkan untuk generasi muda agar lebih baik mengenal cinta yang semestinya.

3. Buku Born to be Imam — Buku karya Qonuun dipersembahkan khusus untuk para pemuda/pemudi-muslim/muslimah sebagai upaya kontribusi dan ikut serta dalam kebangkitan Islam.

4. Awaiting The Lit of Gabare — Buku karya Griya Literasi Peradaan. Buku ini akan mengajak kita untuk menengok sejenak ke masa lalu dan menyaksikan, bahwa peradaban-peradaban tersebut sejatinya sedang menanti hadirnya Sang Mercusar Paradaban yang akan membimbing ke arah terang.

DAPATKAN buku-buku tersebut secara GRATIS hanya di sini. Read now, klik link in bio!

Clap, respond, save, and share!⁣⁣
Follow Us: FB/TikTok/X @umatiqra | Instagram @umatiqracom⁣ | medium.com/@umatiqra | Gabung Readers UI

--

--

Agoy Tama

Perajinkata™ + Penyair Digital. Hendak memuisikan yang terlalu prosa dan drama. Founder @ruangrasaproject, bantu amatir @MAHIRMENYAIR.