UX Case Study — Fitur “Jago Last Wish” untuk Bank Jago
Disclaimer :
Proyek ini merupakan bagian dari UI/UX Training Program yang diadakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan Skilvul dan Bank Jago sebagai Challenge Partner. Kami tidak bekerja atau diikat dalam kontrak professional oleh Bank Jago.
Halo, pada tulisan kali ini saya ingin memberikan sedikit pengalaman saya dalam mengerjakan UI/UX design process dari Challenge yang saya kerjakan untuk salah satu fitur dari Bank Jago yaitu “Jago Last Wish”.
Dalam mengerjakan challenge ini saya berkolaborasi dengan R. M. Kahfie Nuriakusumah, Aka Shakthi Avri Afika, dan Fajar Alma Kadri
Peran Saya: UI/UX Designer
Ruang Lingkup: wireframe & Mockup
Timeline: +/- 4 Minggu
Alat: Figma & Figjam, Google Docs, Google Slides, Google Spreadsheet
Sekilas Tentang
Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai design process hingga testing dari fitur baru “Jago Last Wish” yang akan saya buat, kita kenalan terlebih dahulu yuk dengan Bank Jago…
Bank Jago adalah bank digital yang menawarkan solusi finansial yang berfokus pada kehidupan. Aplikasi Bank Jago diluncurkan di tahun 2021 dengan harapan dapat memudahkan pengguna dalam mengelola keuangan, secara kolaboratif dan inovatif, sehingga pengguna dapat fokus menjalani kehidupan yang bermakna bersama keluarga dan sahabat.
Bank Jago melalui Skilvul membuat sebuah virtual intership challenge bagi peserta Digital Talent Scholarship untuk membuat fitur baru dalam aplikasinya yaitu “Jago Last Wish”. Fitur tersebut berkaitan dengan asuransi jiwa, namun tidak hanya dalam bentuk produk asuransi. “Jago Last Wish” juga dapat dibuat dalam bentuk wasiat yang isinya bisa berupa apapun yang diinginkan, dengan pendanaan tetap dijamin oleh produk asuransi dibelakangnya.
Tidak hanya memberikan challenge, Bank Jago juga merekomendasikan beberapa kelengkapan fitur yang dapat ditambahkan dalam “Jago Last Wish”, diantaranya :
- Langkah pembuatan wasiat yang mudah
- Cara mudah untuk menghitung pembayaran yang diperlukan atas bentuk wasiat yang diinginkan
- Pengelolaan terhadap komitmen yang dibuat dan edit surat wasiat
- Gamifikasi atau cara kreatif terkait gaya hidup sehat dan tingkat kebugaran yang bisa menurunkan biaya komitmen bulanan tadi
Dengan target profil pengguna seperti berikut :
Design Process
Setelah mengetahui detil challenge dan ekspektasi dari Bank Jago, maka kami mulai tahap pertama dari rangkaian proses UI/UX Design yaitu design process
Dalam melakukan case study ini, diperlukan adanya Design Process yang merupakan sebuah proses iterasi untuk dapat meningkatkan usability dan interface design yang lebih optimal. Tentunya, terdapat beberapa metode yang bisa digunakan dalam sebuah Design Process. Untuk case study ini, proses pendesainan dilakukan dengan menerapkan metode Design Thinking yang sudah dikenal oleh banyak orang. Metode ini kami pilih karena selain mudah untuk dilakukan, metode ini juga bersifat human-centered approach yang nantinya mampu menghasilkan inovasi-inovasi baru. Kami sangat terbantu oleh metode ini, mulai dari mencari apa yang sebenarnya dipermasalahkan sampai bagaimana merealisasikan ide-ide yang menjadi solusi terhadap permasalahan tersebut.
Dalam metode ini, kami melakukan proses pendesainan melalui 5 tahapan, yang terdiri dari Emphatize, Define, Ideate, Prototyping, dan Testing. Tentunya semua tahapan tersebut, memiliki perannya masing-masing yang dapat membantu kami untuk dengan mudah menyelesaikan case study ini.
Untuk menggarap inovasi dari fitur baru tersebut, kami perlu berorientasi pada manusia (human-centered) sebagai pengguna dan berempati dengan sudut pandang mereka, mencari dan merumuskan permasalahan yang ada, hingga menjadi solusi yang dapat memenuhi kebutuhan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka proses desain yang sesuai ialah design thinking.
-Emphatize
Dalam tahap empathize, hal pertama yang saya lakukan ialah memposisikan dan merefleksikan diri di mana saya, seorang karyawan bank di usia 20-an yang belum menikah dan memiliki tanggungan orangtua, ditawarkan produk asuransi jiwa. Apa yang membuat saya enggan menerima tawaran tersebut?
- Kebanyakan penawaran hanya fokus memasarkan produk dibandingkan manfaat yang dapat membantu pengguna
- Dikaitkan dengan kematian dan hal-hal yang tidak diinginkan
- Belum mendesak untuk dilakukan — “masih muda, masih bisa nanti”
Temuan yang menarik dari hasil diskusi lebih lanjut dengan Tim adalah kami kurang lebih memiliki kesan yang serupa terhadap asuransi jiwa..
- Define
Setelah mendapatkan berbagai perspektif dari tahap Emphatize, maka kami bisa mendefinisikan permasalahan yang dialami oleh user. Pendefinisiannya ini dituangkan ke dalam bentuk list pain points yang dapat dilihat berikut ini
Setelah mengetahui masalah-masalah yang ada, maka akan dilanjutkan dengan How-Might We yang berisi pencetusan aspek mana saja yang dapat dikembangkan dan dijadikan sebagai gagasan secara umum untuk mengatasi permasalahan yang ada. Berikut merupakan list How-Might We yang telah kami buat :
- Ideate
Setelah mendapatkan hasil How-Might We, maka tahap Ideate pun dapat dilakukan. Tahap ini merupakan tahapan yang berisi brainstorming ide solusi yang bisa diberikan terkait dengan How-Might We yang kami miliki. Pada tahap ideate, kami menyusun ide-ide solusi yang dapat mewujudkan konsep abstrak tersebut dalam fitur-fitur yang realistis. Ide-ide solusi tersebut antara lain sebagai berikut.
Oleh karena ide solusi yang terkumpul akan sangat beragam, maka diperlukan pemilahan kembali yang membutuhkan kesepakatan bersama. Hasil ide tersebut juga akan dikelompokkan berdasarkan fungsinya ke dalam bentuk Affinity Diagram. Hingga ide-ide tersebut kami kelompokan dalam 6 kategori yaitu : Promotion, Education, Sharing Feature, Customer Service, Security, dan Costumized Feature.
Dari ke-enam kategori tersebut, kami menyusunnya kembali ke dalam matriks skala prioritas (Prioritization Idea) untuk menentukan fitur-fitur yang harus kami dahulukan atau kami pentingkan dalam pengerjaannya dengan mempertimbangkan effort untuk membuatkan dan manfaatnya bagi pengguna. Berikut hasil diskusi kami :
Dalam pengembangan ide ini, diperlukan pembuatan gambaran kasar berupa wireframe dengan menggunakan Crazy-8’s. Gambaran ini akan berbentuk sebuah layout yang masih bersifat Low Fidelity (Lo-Fi) guna memberikan informasi dan outline struktur interface yang akan dibuat
Prototyping
Tahap ini merupakan tahapan yang sangat penting untuk mengetahui bagaimana bentuk visual akhir dari pengimplementasian ide yang telah diberikan. Pada tahap ini kami bagi menjadi 4 section yaitu User Flow, Wireframe, UI Design, dan Prototype yang berguna agar mempermudah kami dalam pengerjaan proses prototyping
- User Flow
Kami membuat User Flow berdasarkan fitur-fitur yang ingin dihadirkan dalam proses ini. User Flow ini akan sangat berguna dalam mendalami bagaimana alur penggunaan yang akan dilakukan oleh user dalam menggunakan UI tersebut. User Flow yang telah kami bentuk adalah sebagai berikut.
- Wireframe
Pada tahap ini wireframe langsung dibuat secara digital, kami diberikan waktu untuk eksplorasi untuk membuat wireframe dari user flow yang sudah kami buat sebelumnya. Pada tahap ini saya mengeksplorasi desain dari aplikasi sejenis dan mengeksplorasi desain dari Bank Jago
Wireframe yang kami buat ini sangat membantu untuk mengembangkan serta menerapkan ide-ide dari tahap-tahap yang telah kami diskusikan sebelumnya, dan tentu saja wireframe tersebut dapat kami gunakan semua, sebagian atau tidak digunakan sama sekali sesuai dengan kesepakan dengan tim.
- UI Design (High-Fidelity)
Dari bentuk wireframe di atas, kami mencoba melakukan desain dalam bentuk high-fidelity. Masing masing dari kami membuat user interface sesuai dengan wireframe yang sudah kami buat sebelumnya.
- Prototype
Setelah tahap pembuatan user interface, selanjutnya adalah membuat prototype. Prototype adalah proses dimana user interface diberikan sentuhan animasi dan dibuat seakan-akan aplikasi itu sudah berjalan atau sudah dapat berinteraksi.
Gimana pendapatmu tentang prototyping tim kami? mungkin masih jauh sedikit banyak kurangnya, itulah mengapa pada tahapan selanjutnya adalah kami menguji secara keseluruhan fitur yang kami buat pada “Jago Last Wish”.
Testing
Untuk memvalidasi desain yang telah kami buat, kami mengadakan usability testing dengan metode In-depth Interview yang bertujuan mendapatkan insight dan feedback terhadap desain yang diujikan. Sebelumnya, kami membuat sebuah stimulus research yang berisikan objektif research, kriteria user, daftar pertanyaan dan skenario yang akan diujikan saat usability testing.
Pada saat pengujian kami memberikan tiga skenario kepada user yaitu :
- Skenario 1: User melakukan pendaftaran asuransi
- Skenario 2: User melakukan pembayaran premi awal
- Skenario 3: User melakukan personalisasi terhadap asuransi yang dimiliki
- User Feedback
Dari pengujian yang dilakukan, user dapat menjalankan fitur dengan mudah namun user juga menemukan beberapa kendala, yaitu:
Adanya kebingungan untuk kegunaan pilihan ‘Pria’ dan ‘Wanita’ dengan pilihan lainnya dalam halaman pemilihan pembuatan profile
User tidak menemukan pilihan produk asuransi yang diinginkan dan berharap untuk dapat kostumisasi pilihan produk asuransi yang sesuai dengan kemampuan yang semula pilihan produk asuransi dipilihkan secara otomatis.
Pada saat mengisi ahli waris, user merasa perlu adanya autentikasi dalam mengisi nama ahli waris.
Dari pengujian dengan user kami menemukan bahwa perlu adanya perbaikan, dengan itu berikut yang dapat dilakukan:
- Membuat pilihan pembuatan profile yang tepat dan lebih umum
- Membuat kostumisasi pilihan asuransi untuk produk asuransi yang sesuai
- Memasukan fungsi verifikasi untuk memasukan data ahli waris
Kesimpulan
Fitur “Jago Last Wish” adalah salah satu fitur yang sangat menarik untuk dikembangkan karena asuransi adalah hal yang perlu dipersiapkan saat menginjak dewasa but well, banyaknya informasi, proses yang rumit dan kaku, serta stereotype lainya membuat produk ini kurang diminati. Dengan adanya fitur “Jago Last Wish” yang diakomodasi dalam aplikasi Bank Jago, tentu akan memberikan wajah baru terhadap asuransi dan wasiat.
Berdasarkan hasil testing dapat dikatakan bahwa fitur yang kami buat sudah cukup jelas, meskipun tetap dibutuhkan pengembangan fitur dan informasi tambahan untuk membantu pengguna memahami asuransi dan wasiat.
Temuan yang unik dari proses UI/UX research fitur “Jago Last Wish” adalah meskipun pengguna menginginkan tampilan yang simple dan proses yang tidak berbelit-belit dalam pembuatan asuransi dan wasiat, tetapi pengguna tetap memerlukan informasi yang lengkap dan rinci. Temuan ini dapat menjadi dasar pengembangan fitur kedepannya.
Penutup
Terima Kasih telah membaca UX Case Study saya mengenai fitur “Jago Last Wist” untuk Bank Jago, jika ada feedback dari teman-teman silahkan tulis komentar dibawah yaaa...
Jika berkenan teman-teman bisa berkunjung ke Linkedin saya, sekali lagi terima kasih!!!