You Will Be Shine

Aizah Kharisma
3 min readMay 19, 2023

--

Cr. Picture from Pinterest

Sudah setengah hari aku mengelilingi kampus untuk mencari tuan pemilik nama Gusti. Biasanya sih tempat sepi di kampus ini yang bisa membuat lelaki itu bertengger berjam-jam ya di ruangan musik yang kebetulan satu gedung dengan perpustakaan di lantai dua, sedangkan pusat keramaian adalah salah satu hal yang teramat dia hindari.

Namun siapa sangka, susah payah aku mencari sosok lelaki itu ternyata dia berada di antara keramaian itu. Hal yang membuatku menggaruk tengkukku sendiri lalu menarik kursi kosong di hadapannya. “Tumbeng banget bang,” sapaku.

Suaraku mendadak mengalihkan atensinya dari buku tebal di hadapannya. Matanya yang terlindung lensa kacamata menemukanku yang kini sudah duduk di hadapannya dengan segelas es kopi. Lelaki yang seperti biasanya dipenuhi kedamaian dan ketenangan itu hanya mengangguk dan kembali memusatkan kedua manik matanya pada buku tebal itu.

“Bang,” panggilku. Tapi lelaki itu hanya berdeham sambil membuka lembar halaman selanjutnya dari bukunya.

“Bang Gustiiiiii…” panggilku dengan nada panjang pada huruf “i” dinamanya.

Lelaki itu menghela napas sebelum menjawabku. “Saya.”

“Bang,”

“Kenapa?”

“Bang Gusti, selain suka baca buku begini kadang-kadang suka apalagi si?” Tanyaku. Lelaki itu merasa terinterupsi dengan pertanyaanku barusan. Kedua alisnya naik dan sebelum menjawabku, lelaki itu membenarkan posisi duduknya.

Seperti biasanya, ketenangan dan kedamaian akan selalu menjadi sesuatu yang lelaki itu terapkan. Termasuk ketika menjawab tanyaku, “Kamu kayak gak tahu saya aja.”

“Tinggal jawab aja bang” tandasku.

Lelaki itu kembali menghela napas. Kali ini dia menutup seluruh bukunya.

“Kan kamu tahu, kadang-kadang saya suka membaca, kadang-kadang saya suka menulis, kadang-kadang saya suka main piano sambil nyanyi, kadang-kadang saya suka ngobrol, kadang-kadang…”

“Kadang-kadang suka sama aku?” Aku memotong bicaranya lelaki itu. Dan barusan yang keluar dari bibirku membuat lelaki itu kini kehilangan cara untuk menggapai dua hal penting untuk diterapkan yaitu kedamaian dan ketenangan. Gelagatnya seperti pencuri yang tertangkap basah tidak bisa lagi disembunyikannya. Pada akhirnya lelaki itu hanya terdiam tanpa berani membalas tatapanku.

“Bang Gusti,” panggilku.

“Bestari,” panggilnya.

“Kalau faktanya saya gak cuma kadang-kadang suka kamu bagaimana?”

Aku tersenyum. Kutelusuri wajahnya. Sungguh kalau boleh diibaratkan selembar kertas putih, memandang wajah Bang Gusti yang diselimuti keluguan seperti ini membuatku mengerti pesan kedamaian dan ketenangan bisa murah sekali dilukiskan. Padahal aku mengenal sosoknya tak cukup lama dari separuh dari hidupku.

“Ya saya juga gak keberatan, bang.” Jawabku.

Kini aku melihat seringai lengkungan tipis terbit dari bibirnya seolah dahaga yang mencekat di kerongkongannya akhirnya disudahi.

“Bang Gusti,” panggilku.

“Saya.”

“Bestari mau ngomong ini boleh ya!”

Lelaki itu mengangguk.

“Kata seseorang, setiap manusia juga punya waktunya masing-masing untuk jadi bersinar. Seperti matahari yang punya waktu bersinar di pagi hari, kemudian bergantian dengan bulan dan bintang yang akan bersinar di malam hari. Ketiganya punya pendar cahaya yang bisa disaksikan dari bumi dengan waktunya masing-masing.”

Lelaki itu masih menyimak tanpa melepaskan pandangannya dariku. Tatapan kita bertaut dan lelaki itu masih membiarkanku lanjut berbicara.

“Jadi… saya Bestari, perempuan yang kadang-kadang disukai Bang Gusti akan mendeklarasikan diri untuk jadi sosok bumi yang bersedia dan percaya untuk menyaksikan Bang Gusti bersinar dengan damai dan tenang di waktunya sendiri. Sekiannn.” Tandasku dengan penekanan panjang di huruf “n”.

Lelaki itu tersenyum mengikutiku. Senyum yang merekah dan membuat hatiku terasa lega entah kenapa. Aku harap maksud yang aku sampaikan bisa membuat keresahan lelaki itu — tentang masa depan yang beberapa waktu lalu menjadi belenggu di hatinya bisa sirna. Kemudian tanpa persetujuanku, lelaki itu mengambil tanganku dan membagi kehangatan miliknya pada sela-sela jemariku.

You will be shine, bang. Rapalku dalam hati.

“Terimakasih, Bestari.” pungkasnya.

-inisialnya.a

--

--