Menormalisasi Racun: Asap Rokok

ajra hasani
3 min readMar 16, 2023

--

Mungkin setelah ini aku akan mendapat banyak cibiran karena menulis ini. Yah, terserah kalian saja kalau tidak setuju. Toh kita anak fisipol bukan? Pro-kontra opini adalah hal yang biasa.

tapi kampusnya bau rokok

Bukan rahasia lagi kalau rokok adalah racun paling laris di negara ini.
Iya, racun.
Bukankah sudah menjadi pengetahuan umum jika “merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin”.
Oh tidak, aku tidak akan membahas mengenai bahaya rokok. Aku percaya kalian sudah cukup umur dan cukup pintar untuk mengetahui pengetahuan mendasar itu. Aku hanya akan membahas mengenai sesuatu yang akhir-akhir ini aku pikirkan.

Etika merokok.

Kenapa tidak ada yang pernah membahas hal ini?
Apa karena perokok adalah masyarakat mayoritas? Atau karena memang sengaja tidak pernah dibahas agar pendapatan dari pajak rokok tidak menurun? Atau karena tidak ada yang merasa merokok itu membutuhkan etika?

Orang-orang selalu seenaknya saja merokok dimanapun mereka ingin (kecuali di tempat yang memang dilarang untuk merokok, itu pun kalau kalian cukup sadar untuk tidak melanggar).

Kenapa?
Kenapa kita harus menormalisasi asap rokok yang tidak pernah berhenti menyebar?

Sebagai pengingat (atau informasi tambahan kalau-kalau kalian memang tidak tau), perokok pasif (orang terpapar asap rokok) juga mendapatkan resiko yang sama dengan kalian kalian para perokok aktif, bahkan lebih.
Adil sekali bukan? Sama rasa sama rata.
1 orang merokok, semuanya yang kena resiko terkena akibatnya.
Luar biasa!

Aku tidak keberatan jika asap rokok itu tidak menyebabkan berbagai penyakit kronis, hanya kalian-kalian yang merokok saja yang menerima efek dari rokok tersebut.
Kenyataanya? kami yang tidak merokok pun mau tidak mau harus menerima kepulan asap beracun itu.
Jangankan penyakit kronis, efek instan paparan asap seperti mata perih, tenggorokan sakit dan panas, bahkan sampai pusing hingga sesak napas.
Kenapa kami harus mengalami hal tersebut?
Apa karena kami minoritas?

Kami menghargai keputusan kalian untuk menghisap racun tembakau, maka hargailah kami yang memilih untuk tidak melakukannya. Setidaknya kalau memang mau merusak paru-paru, rusak saja milikmu sendiri.
Tidak usah ngajak-ngajak dong, orang gila!

Berhenti menjadi manusia egois yang membunuh anak orang lain.
“Lagipula bapak si anak juga merokok”
Lalu kenapa? Kalian juga mau ikut membunuh si anak hanya karena bapaknya melakukannya? Memangnya kalian siapa?
Memangnya salah si anak jika bapaknya merokok?

“Merokok tinggal merokok saja. Toh my body my choice.”

Yes, honey. Your body is your choice, begitu juga dengan kami non-smokers.
Our body, our choice.
Kami juga punya pilihan.
Pilihan kami adalah untuk tidak merasakan “kenikmatan” rokok yang kalian agung-agungkan sampai merelakan uang dan paru-paru kalian.
Kami menghargai kalian, hargailah kami juga.
Mulailah meminimalisir merokok di tempat umum, wahai pemilik paru-paru “tersenyum”.

  1. Jangan merokok di jalan, terutama saat berkendara. Asap yang kalian hasilkan dari rokok jauh lebih membuat mata perih dibandingkan asap knalpot hitam TJ, belum lagi abu yang terbang. Itu membahayakan orang lain, bodoh.
  2. Jangan merokok di daerah wisata alam. Orang-orang itu datang untuk menghirup udara segar, kita semua lelah dengan polusi. Jangan bersikap egois dengan mencemari udara segar dengan kepulan asap rokok kalian!
  3. Jangan merokok di tempat makan. Di depan kalian itu ada makanan, sumpal saja mulut kalian itu dengan gorengan atau permen. Orang-orang datang untuk memberi makan perut mereka, bukan memberi makan sel kanker.
  4. Jangan merokok diantara kerumunan orang, dasar tidak peka. Kerumunan orang saja sudah cukup membuat kadar oksigen menipis dan suhu meningkat. Kalian perparah dengan asap rokok? Ckckck jahatnya.
  5. Jangan merokok dimanapun kalian berada jika orang-orang disekitar kalian bukan perokok, terutama jika ada anak-anak atau wanita hamil. Atau paling tidak minta consent dari orang tersebut terlebih dahulu (kalau kalian cukup berani untuk melakukannya, kalau tidak berani ya jangan merokok. Masa berani meracuni orang tapi meminta izin saja tidak berani? kan lucu sekali).

Tidak ada larangan merokok bukan berarti kalian bisa merokok seenaknya. Mulailah melihat siapa yang ada di sekitarmu. Tidak bisa menahan kecanduan? Selemah itukah kalian sampai-sampai dapat diperbudak oleh batang rokok? Jangan salahkan siapa-siapa jika di akhirat besok ada yang protes kepada Tuhan akan tingkah laku kalian hanya karena perkara “asap rokok”.

Berteriak, berkoar-koar akan keadilan tapi sendirinya membunuh orang perlahan.

no offense, tidak semua perokok itu ignorant. Tapi jika kalian melakukan paling tidak 1 dari larangan yang aku tulis di atas, baguslah kalau kalian memang tersinggung.

btw if u disagree, please write a comment. I’d LOVEEE to read ur opinion (especially from a smoker’s point of view). Thank u

--

--