Resilient Leadership : Pemimpin Tangguh di Tengah Masa Sulit

Mungkin Ujian, juga pembuktian, Siapa yang dapat bertahan?

Akhirul Insan
4 min readApr 9, 2020
Sumber : 123RF.com

“The true grit of a leader is not how they perform during the good times but rather how they display emotional strength, courage and professionalism during the most trying times “— Amy Modglin

Resilient Leadership

Istilah resiliensi pertama kali dikemukakan oleh Block, dengan sebutan ego resilience. diartikan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri yang tinggi saat dihadapkan pada tekanan internal maupun eksternal (dalam Furqon, 2013). definisi lain juga menyebutkan bahwa resiliensi adalah kemampuan manusia menghadapi kesulitan, kemunduran dan trauma, namun kemudian pulih dan mampu menjalani kehidupan sepenuhnya (kohlrieser dan Orlick, 2014). maka reseliensi pada seorang pemimpin adalah pemimpin yang mampu memperthankan energinya walau dibawa tekanan/ masa sulit, bahkan mampu mengelola perubahan dan konflik menjadi peluang untuk melesat lebih jauh (bouce forward).

Mengapa resilient menjadi penting?

Di era sekarang, tantangan menjadi kian tak menentu,di sektor ekonomi dan bisnis dikenal dengan istilah VUCA (Volatility, Uncertainty, Complecity, Ambiguety). apalagi di masa kritis seperti sekarang (covid-19), diperlukan seorang pemimpin yang dapat mempertahankan kondisi oganisasinya serta mengambil keputusan di tengah ketidakpastian yang ada. Dikutip dari artikel kubikleadership.com setidaknya terdapat 3 dampak yang dapat diberikan pemimpin yang resilient terhadap organisasinya :

1. Memberikan Keteladanan Menjadi Resilient

“Saya tidak takut pada pasukan singa yang dipimpin seekor domba; saya takut pada pasukan domba yang dipimpin seekor singa.” — Alexander the great

secara tidak langsung perilaku pemimpin akan berdampak kepada siapa yang ia pimpin, Pemimpin yang resilien dapat membentuk organisasi yang resilient pula (Suryaningtyas, 2017). dalam masa kritis, energi positif dan tindakan yang rasional adalah hal yang sangat diperlukan. pemimpin yang memiliki hal tersebut dipercaya dapat menularkannya kepada timnya.

2. Terdepan dalam memenangkan perubahan

Jatuh dalam keterpurukan adalah suatu hal yang biasa dalam tim. namun terdapat pilihan apakah ingin terus menangis meratapi keadaan atau bangkit melawannya. Pemimpin yang resilient juga bisa jatuh, namun tidak akan lama, mereka mampu melihat batu untuk meloncat ditengah sungai yang deras. mentraformasikan setiap kesulitan menjadi suatu peluang. maka dengan dasar point pertama, maka pemimpin ini dapat mengantarkan timnya untuk terdepan memenangkan perubahan.

3. Mendorong peningkatan produktivitas

Point lainnya adalah seorang pemimpin yang resilient memandang segala situasi yang buruk menjadi tempaan agar selalu berproses untuk berkembang. dengan pikiran yang terbuka, pemimpin dapat terbuka dengan segala evaluasi yang ada, dapat terbuka dengan semua pendapat atau jalan jikalau itu memang postif dan dapat meningkatkan kapasitas timnya. pemimpin bukan menjadi satu-satunya pusat dari tim, tapi setiap anggota tim memiliki peran penting dalam kemajuan tim tersebut. maka setiap anggota tim juga haruslah menjadi orang yang resilient. seorang pemimpin selayaknya dapat mengembangkan tidak dalam hal agregat saja, tapi setiap idnividu didalamnya. karena sejatinya legacy terbaik dari seorang pemimpin adalah lahirnya pemimpin-pemimpin baru dimasa selanjutnya.

Bagaimana menjadi seorang yang resilien?

Resiliensi tersedia di dalam diri masing-masing individu, dan setiap invidivu dapat belajar untuk menjadi tangguh . menurut McEwen (dalam rahyuningsih ,2019) terdapat model pengembangan untuk menjadi seseorang yang resilient. model ini memiliki 4 aspek mendasar yaitu ketangguhan mental; ketahanan fisik; keseimbangan emosi; tujuan dan makna hidup.

A development Model of Resilience

1. Ketangguhan Mental

aspek penting dalam resliensi seseorang adalah seberapa kuat dia dalam sisi mentalnya, kuat dengan segala benturan yang ada, bahkan mampu mengendalikan sesuatu yang terjadi di lingkungannya. untuk mengembangkan ketangguhan mental, haruslah seseorang selalu mengembangkan sikap percaya diri dan optimis, selalu positif dan yakin akan kekuatan dan kemampuan dirinya untuk berhasil.

2. Daya tahan Fisik

Tidak hanya secara mental, ketahanan fisik juga harus dibangun untuk menjadi seseorang yang resilient. tantangan yang berat, tentu akan menuntut pemimpin untuk bekerja lebih ekstra, maka energi tentu akan cepat terkuras. Maka untuk tetap bertahan, daya tahan tubuh yang kuat adalah hal yang utama, karena pemimpin adalah mereka yang harusya orang yang paling terakhir untuk tetap bertahan. maka sudah menjadi kewajiban untuk merawat tubuh dengan benar, memberikan nutrisi yang optimal. olahrga yang cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuh menjadi seorang pemimpin yang tangguh.

3. Keseimbangan Emosi

“It is not enough to talk about the brain, we also need to talk about the heart. When people at work close their hearts and lose empathy, they lose an essential component of their leadership.” — Professor Kohlrieser

seorang pemimpin harus selalu mengambil keputusan dengan pertimbangan yang rasional. tindakan yang rasional tidak akan didapatkan dengan keadaan emosi yang tidak terkontrol dan seimbang, maka pemimpin yang resilient adalah mereka yan mampu mengolah perasaan negatif mereka. selanjutnya, hal ini juga dapat dikaitkan dengan bagaiamana seorang pemimpin dapat mengerti keadaan emosional dari rekan timnya, sehingga hubungan yang baik dengan rekan tim adalah hal yang wajib dibangun oleh setiap pemimpin

4. Tujuan dan Makna

Rumusan penting dalam setiap kehidupan manusia adalah adanya tujuan dalam hidup. menggambarkan pemaknaan seseorang akan kehidupan, agar nantinya setiap apa yang dia lakukan tidak boleh kontradiksi dengan tujuan yang hendak ia capai. untuk menjadi pemimpin yang resilient, harus selalu berpegang teguh pada tujuan yang jelas dengan disandingkan nilai dan prinsip yang kuat. agar disetiap kondisi dan keadaan, tim tersebut selalu dibawa dan dirujuk pada apa sebenya tujuan yang hendak dicapai dan apa sebenarnya nilai yang menjadi dasar. untuk menjadi patokan, koridor, serta menjadi tameng dalam dalam setiap pembelokan yang mungkin saja terjadi kedepannya.

Palu, 9 April 2020

Referensi :

Rahayuningsih, I. (2019, July). PEMIMPIN YANG RESILIEN DI ERA PERUBAHAN. In Proceeding National Conference Psikologi UMG 2018 (Vol. 1, №1, pp. 230–239).

Resilient Leadership: Navigating the Pressures of Modern Working Life <https://www.imd.org/research-knowledge/articles/resilient-leadership-navigating-the-pressures-of-modern-working-life/> diakses pada 9 april 2020

Furqon, M. A. (2013). Dinamika resiliensi pada janda: Studi kasus pada janda yang ditinggal mati pasangan di usia dewasa tengah di Dusun Plumpung Rejo, Desa Karang Tengah Kandangan Kediri (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

https://www.kubikleadership.com/leadership-knowledge-urgently-needed-a-resilient-leader-in-crisis/ diakses pada 9 april 2020

--

--