Photo by nikko macaspac on Unsplash

Apa Yang Membuat Susahnya Mencari Kerja?

Amal Agung Cahyadi
2 min readNov 22, 2019

Kuartal dua tahun 2019, saya rutin mencari kerja di bidang konten dan digital marketing, setelah hampir 8 bulan mencoba berbisnis sendiri.

Semua tingkat jabatan saya lamar, mulai dari staf, manager sampai kepala tim. Berbagai situs lowongan kerja saya jelajahi, seperti Linkedin Jobs, Kalibrr, TechinAsia Jobs, Glints, Urbanhire, hingga Indeed.

Hasilnya, tak lebih dari 5 perusahaan yang membalas lamaran atau memberi tahu statusnya; diterima atau ditolak.

Bahkan setelah saya minta bantuan orang dalam di beberapa perusahaan, melalui employee referral program, tetap tidak menerima kabar.

Mengirim email langsung ke tim HRD dan email pribadi karyawannya pun tidak menerima balasan sama sekali. Padahal, lowongannya dipublikasi lewat Linkedin oleh karyawan itu sendiri.

Mengganti foto, mendetilkan pencapaian kerja, menyertakan seluruh referensi hingga menyesuaikan konten CV agar simpel namun relevan dengan lowongannya pun sudah dilakukan, tapi tetap tak menimbulkan respon.

Alasan klisenya, tim HRD menerima banyak sekali berkas lamaran.

Sempat saya membayangkan Indonesia akan jauh lebih baik, jika setiap perusahaan turut andil mengedukasi pasar.

Dengan cara, memberi jawaban konstruktif ke tiap pelamar yang belum lolos seleksi. Membantu pelamar mengembangkan dirinya lebih baik di seleksi kerja berikutnya.

Di tahap ini, saya frustasi.

Bukan karena penolakan atau tak ada lowongan, tapi karena tidak ada yang merespon!

Mencari lowongan pekerjaan itu mudah, yang sulit itu mencari perhatiannya.

Entah mana yang membuat lebih frustasi; ditolak berkali-kali atau dibiarkan seperti ini?

--

--

Amal Agung Cahyadi

A woodworker. My tech work experience started from a startup to "unicorn" company.