Menyelami Makna Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono: Keindahan dan Kebahagiaan dalam Bulan Juni yang Romantis

Aksara Langit Biru
2 min readJul 20, 2023

--

Sumber gambar: Gramedia via kompas.com

Bulan Juni masih menjadi bulan spesial bagi siapa saja yang menyukai hujan. Semenjak lahirnya puisi Legendari dari Pak Sapardi Djoko Damono, Seorang penyair Indonesia, bulan ini sering kali dianggap sebagai bulan romantis yang penuh dengan perasaan mendalam.

Sapardi Djoko Damono, seorang penyair yang terkenal dengan gaya bahasanya yang indah dan penuh makna, menggambarkan keindahan dan kehangatan bulan Juni dalam puisi yang legendaris berjudul “Hujan Bulan Juni.”

Puisi ini menurut saya seakan mengajak kita semua untuk merenungi kenangan-kenangan indah. Sapardi membawa kita ke dalam suasana yang lembut, seolah berada di bawah rintik hujan pada bulan Juni. Puisinya yang menarik menggambarkan perasaan cinta dan kebahagiaan, namun juga menyiratkan kerinduan dan sepi yang dalam.

Dalam puisi ini, menariknya Sapardi menggambarkan hujan sebagai “anak kecil yang baru saja pulang dari perjalanan jauh.” Metafora ini menciptakan kesan bahwa hujan adalah tamu yang dinanti-nanti, seperti rindu yang datang setelah perpisahan. Saya pun suka sekali dengan gaya bahasa yang digunakan karena mampu memberikan gambaran visual yang kuat dalam pikiran pembaca, serta mengajak kita untuk menghayati setiap barisnya.

Selain itu, gaya penulisan Sapardi yang sederhana namun bermakna menjadikan puisi ini mudah dipahami dan mengena di hati siapapun yang membacanya. Ia menyampaikan pesan dengan bahasa yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, tetapi tetap memikat dengan ungkapan-ungkapan yang elegan.

Salah satu bagian yang paling menarik menurut saya dalam puisi ini adalah saat Sapardi menciptakan perumpamaan tentang rasa cinta. Ia mengatakan, “cinta adalah benih yang takkan pernah mati.” Analogi ini menggambarkan bahwa cinta itu seperti tanaman yang akan terus tumbuh dan hidup meskipun mengalami kesulitan dan tantangan. Ungkapan ini memberikan sentuhan filosofis pada puisi dan menyelipkan pesan bahwa cinta sejati adalah sesuatu yang abadi.

Dalam beberapa baris terakhir, Sapardi Djoko Damono mengajak pembaca untuk berbagi perasaan kebersamaan, dan ia menyiratkan bahwa saat hujan bulan Juni tiba, setiap orang dapat merasakan perasaan yang sama. Hal ini mengingatkan kita akan keunikan hubungan antara manusia dengan alam. Hujan, yang pada awalnya tampak seperti momen pribadi, ternyata menjadi hal yang dapat dirasakan bersama dan berbagi kebahagiaan.

Puisi “Hujan Bulan Juni” mengingatkan kita akan keindahan dalam hal-hal sederhana yang sering terabaikan dalam kehidupan sehari-hari. Sapardi Djoko Damono, dengan kepiawaiannya menyusun kata-kata, berhasil menyampaikan pesan yang mendalam tentang cinta, kerinduan, dan kebersamaan.

Sesudah membaca puisi ini, saya seperti diingatkan akan momen-momen indah di balik rintik hujan bulan Juni yang mungkin pernah teralami. Dan seperti hujan yang tak pernah berhenti mengalir, cinta dan kenangan itu pun takkan pernah padam.

Mungkin, dengan kembali merenungi makna puisi ini, kita bisa menemukan kedamaian dalam keheningan hujan yang mengguyur jiwa, serta menghidupkan kembali semangat untuk menyongsong bulan Juni berikutnya, yang siap menumpahkan kebahagiaan baru di setiap hujannya.

____
Terima kasih sudah membaca hingga akhir. Ikuti Akun ini untuk mendapatkan tulisan inspiratif lainnya.

--

--

Aksara Langit Biru

Indonesian | Muslim content Writer | Salam literasi kebaikan dan perbaikan | Instagram : aksaralangitbiru