Prologue

A Little Monologue
2 min readAug 7, 2023

Hello there, uknown tommorrow

I’m not sure; If you”ll come my way.

Today I write, my dreams and sorrows

For you to read, if I go away

I can only hope, and desire, to meet you

For there are many things I still want to do

But only the stars embrace the secret,

For when my life, will join them too.

Kata Clairel Esteves dalam puisinya yang berjudul ‘A Letter For Tomorrow’ yang seketika membuatku ingat, ada banyak sekali hal yang ingin aku sampaikan kepada dunia sejak aku kecil.

Dari tujuh hari yang ada, aku tidak tahu hanya perasaanku atau memang begitu, aku selalu merasa kalau hari Jumat adalah hari terpanas. Ya, mungkin karena dunia akan berakhir pada hari itu sehingga semua makhluk hidup harus dibiasakan melakukan trial kecil seminggu sekali. Jumat yang selalu panas tapi aku tidak bisa membencinya, karena beberapa tahun lalu di hari itu juga lah, aku dikirim Tuhan untuk tinggal di bumi ini.

Ketika seseorang lahir, dia bukan hanya muncul sebagai sebuah tubuh melainkan juga sebuah jiwa, sebuah hati, dan sebuah pemikiran yang akan mengisi dunia yang luas ini dengan keunikannya. Sampai hari ini, sayangnya aku masih belum tau apa keunikanku. Kalau pun takdirku ternyata menjadi biasa-biasa aja, aku tetap senang karena tidak perlu berusaha begitu keras mewarnai dunia.

Aku suka duniaku yang kecil dan sederhana, sebagaimana aku tumbuh besar di sebuah keluarga yang sederhana tapi cukup (dengan makna yang lebih rumit dan dalam). Bagaimana pun, seseorang yang kecil dan sederhana sepertiku pasti punya banyak hal yang ingin dia sampaikan kepada dunia yang lebih besar darinya.

Kata mereka, tidak ada yang abadi di dunia ini, dan aku juga tidak secinta itu dengan hidupku sendiri sampai ingin hidup selamanya. Tetapi setiap kali memikirkan kematian, aku tau ingin hidup lebih lama. Tapi lagi-lagi seperti puisi Clairel Esteves ‘If I go away’ dan aku benar-benar akan hilang. Aku ingin sesuatu dari diriku tetap hidup selamanya, meski nanti aku tidak akan bisa merasakannya.

Syukurnya meski aku belum juga menemukan keunikanku, aku sudah menemukan sesuatu yang barangkali bisa hidup lebih lama. Yang tetap ada meski nanti aku tak ada. Menulis. Seperti sebuah kalimat yang pernah aku dengar, ‘ketika kamu menulis, kamu akan menemukan dirimu sendiri di dalamnya.’ Dan aku telah lama menemukan diriku di dalam tulisan.

Ada banyak keresahan yang jadi tamu, teman, dan musuh selama perjalanan menuju akhir. Karena tomorrow adalah uknown, dan aku tidak terlalu pandai berbicara tentang keresahanku. Maka semuanya akan berada di sini.

So…this is might be the opening.

“We die once, but live every day.”

Sambil hidup setiap hari, tulisan-tulisan ini akan menjadi temanku melewati Jumat demi Jumat yang panas sampai aku tidak lagi hidup nanti. Biarkan mereka yang abadi.

-khai.

ditulis sebelum aku berumur 18 tahun bulan depan.

--

--

A Little Monologue
0 Followers

sesederhana aku ingin terbang, meninggalkan tulisan yang bisa dibaca apabila aku menghilang