Alvandevere
2 min readFeb 27, 2023
  • Rokok Kretek 304

Ciumannya kasar, Tera pejamkan mata balas gigitan yang Ranu berikan. Dia dorong Ranu sampai jatuhkan diri ke ranjang, duduk di atas perut Ranu dan balas lumatan kasarnya.

Ngga tahan liat Tera asik pamerkan aset sexy, Ranu seret dia ke salah satu kamar vip. Tanpa kunci pintu dia sudutkan Tera di kamar, lumat habis bibirnya, remat kuat pinggangnya sampai membiru.

Dia balik keadaan, banting Tera di ranjang lantas sobek baju pendeknya. Dengan tatap tajam, dia layangkan suara, "sengaja pamer perut? Sengaja biarin cowo-cowo brengsek itu sentuh lo hm?"

Tera ketawa sarkas, pilih belai perut keras milik Ranu yang masih tertutup baju. Matanya mengerling nakal, "cemburu? Ngga ada nilainya dimata gue. Kita ngga ada hubungan kan?"

Ranu berusaha mati-matian tahan suara, tepis tangan milik Tera yang lancang belai kesejatiannya dibawah sana.

"Kenapa ditepis? Kasih tau gue gimana mereka puasin lo di club malam?" Dia liat sekeliling, "nah, sekalian kasih tau gue udah berapa kali lo pake kamar ini?"

Plak!

Pipinya terasa panas, meski bukan tamparan keras. Tapi Tera sampai berpaling dari tatapannya, dia tatap Ranu lagi yang masih kukung dirinya. Senyum kecil rasanya sudut bibirnya berdarah, "lo sadistik ternyata."

Dia loloskan kaki, dorong perut Ranu pelan, kemudian turunkan zipper jeannya sendiri, "mereka langsung ngangkang kan?"

"Diem." Tangannya tepis tangan Tera lantas naikkan kembali zipper jeans Tera. Dia lempar jaket miliknya lantas tinggalkan Tera yang termangu di atas ranjang.

Jadi, Ranu tinggalkan Tera dalam posisi seperti ini?

Maka, dia pilih tinggalkan kamar dengan wajah keras. Pakai jaket Ranu untuk datang ke meja bartender, minta segelas alkohol berkadar tinggi hingga lidahnya kebas.

Lalu, Agaam datang, duduk lantas pesan satu minuman serupa, "gagal main sama bang Ranu?"

"Tau dari mana?"

Agaam jilat bibir bawahnya, "liat dia nyamperin sahabatnya."

"Dia ngga mau nyentuh gue."

Agaam diam, benar yang dikatakan tunggal Mahawira. Ranu ngga mau nyakitin Tera, termasuk ngga mau nyentuh Tera lebih jauh.

"Dia nampar gue."

Untuk itu, rasa penasaran Agaam terjawab begitu liat sudut bibir Tera luka. Hal kaya gini harusnya bukan masalah terjadi antara laki-laki dan laki-laki. Bukan membenarkan tapi mereka bukan sejenis manusia yang selesaikan masalah pakai jambak-jambakan atau justru main drama sampai melebar kemana-mana.

Hanya, setidaknya Ranu berbaik hati sedikit sebab Tera submisivenya.

"Mau gue tonjok udah pergi duluan, brengsek."

Ngga jadi kasian. Agaam tatap datar Tera yang lagi cekikikan, lalu datang cowo lain. Sapa Tera yang dibalas pelukan akrab.

Kacau, ini siapa?

"Ngapain disini? Mau turun sama gue?"

Tera berikan gestur mengusir, sembari tunjuk Agaam berbinar, "gue ngga bisa ninggalin pacar gue dong."

"Pacar?" Agaam dilirik sanksi, "yakin?"

Tera mendesah, banting gelasnya lalu tarik tengkuk Agaam dan cium bibirnya sampai basah dihadapan lelaki itu.

Agaam membatu, jauh di lantai dua, tunggal Mahawira gebrak meja saking kagetnya.