Alvandevere
2 min readMar 14, 2023
  • Rokok Kretek 412

Tera tutup matanya dengan lengan kiri, biarkan tangan kanannya dipeluk erat Ranu yang duduk di bawah sofa sedang dia di atasnya.

Belum ada suara sejak Ranu bawa dia ke apartemen, pilih ngobrol berdua tentang alasan Ranu lakukan hal yang salah di club malam.

"Harusnya lo paham batasan kak," suara Tera sadarkan Ranu dari pikirannya. "Bang Al ngga butuh pengertian kita dan Agaam ngga butuh bantuan kita."

"Kedengeran ngga peduli."

Tera balas lagi, "sebab diamnya kita lebih membantu daripada apa yang udah lo lakukan."

Ranu telak bersalah, Tera ngga main hakim tapi ajarkan bahwa dia memang salah.

"Ada beberapa orang yang haus validasi dari orang lain. Sebagian lebih mandiri dengan urusan sendiri. Paham ngga kak?"

Lagi, Ranu diam telak. Pelukannya pada tangan Tera tanpa sadar dia eratkan, "maaf."

"Apapun yang lo bilang ke Agaam, gue harap Agaam bisa paham." Sudut bibir Tera terangkat samar, ngga tega marahin pacarnya. Bangkit tarik tangannya, dia turunkan kaki di samping tubuh Ranu. Biarkan pacarnya mendongak, Tera usap rambut Ranu pelan, "gue tau lo peduli sama mereka. Makasih."

"Lentera.."

"Maaf udah marah-marah, jauh lebih baik gue yang marah daripada bang Al kan?"

Ranu senyum lega, sandarkan kepala di lutut Tera dengan hela nafas panjang yang berkali-kali dilakukan sebab diamnya Tera serasa ancaman kematiannya, "gue kira lo mau marah berkepanjangan."

"Iya. Tadinya begitu. Capek punya pacar kaya Ranu Birai Mangata," katanya yang dibalas dengusan manja dari Ranu. Dia masih betah mainkan jari di rambut yang lebih tua, "kalian kalo ngobrol emang selalu pake berantem dulu ya biar sedep?"

Ranu tergelak, "iya sih. Mau gimana dek? Aslinya kita kalo lagi kena belenggu suka tolol sendiri. Gue sampe hapal rasanya dipukulin temen. Yang kemarin sedikit kacau, rahang bawah gue ngilu sampe sekarang."

"Kak Pandu paling tenang ya?"

"Paling goblok juga, dimanfaatin satu cewe demi judul setia."

Tera ketawa. Jadi, tunggal Mahawira yang doyan kebebasan, Ranu yang bosenan, dan Pandu yang bucin ngga ketolong. Berakhir nyebat bareng dimana-mana sampai bengek. Benar-benar tongkrongan rokok kretek.

"Gue jadi merasa bersalah udah mukul Agaam sampe pingsan. Tapi, kalo ngga gitu. Mereka ngga akan paham."

Jarinya berhenti, "gimana?"

"Gue sengaja mancing Agaam tantrum biar Alaam sadar kalo dia masih sepeduli itu sama mantannya."

"Bukan," sahutnya lagi. Dia tatap tajam Ranu, "lo bilang apa tadi? Lo apain Agaam?"

"Pukul Agaam sampai pingsan."

"Brengsek! KAK RANU!" Dia tendang punggung pacarnya penuh emosi, "TOLOL!"

"Tapi dek-"

"Harusnya bang Al mukul lo sampe koma," katanya. Tera bangkit, tatap tajam pacarnya yang masih mencerna keadaan, "lo bener-bener keterlaluan. Harusnya gue pukulin lo tadi di parkiran. Gue kira lo cuma mukul doang, brengsek."

"Dek, astaga, LENTERA!"

Pergi, Ranu denguskan nafas. Raih ponsel lantas hubungi sahabat bangsatnya, "Pan, temenin mabok."