Alvandevere
2 min readNov 4, 2023
  • Rokok Kretek Bungkus Kedua 229

Lengan hoodie milik tunggal Mahawira udah tergulung sampai siku, awaknya duduk di tengah lapangan sambil nyari rokok di saku. Ada Ranu yang rebahan di lapangan basket ngga jauh dari posisinya Pandu, rautnya nelangsa tatap jauh langit dengan awan biru.

"Mendung—" Pandu ambil satu batang rokok milik tunggal Mahawira. "Jangan hujan lah, Sky mau nonton konser. Takut sinyal ilang-ilangan. Pundung nanti anaknya."

Tunggal Mahawira aminkan dalam hati. Duduk bersila nikmati rokok kretek penuh arti. Jangan sampai hujan, kalo hujan— Candikalanya dijamin tantrum tanpa henti. Ngeri.

"Sky gue bawa dulu Pan," ucap Ranu. Tangannya raih sebatang, sematkan di bibir tanpa alihkan pandang. Tangannya lagi, ngode minta korek. Nyalakan dalam diam sembari rebahan, "coba lah Pan, ajakin Sky masuk ke dunia lo. Jangan lo mulu yang manut ke Sky."

"Gimana ceritanya?" Sahut Pandu sewot. Yang dari awal posesif kan Ranu. Dia sebatas menghargai, ngga mungkin dia bawa Sky jauh-jauh.

Ranu noleh penuh arti, "berkaca dari Tera yang bosenan. Kayanya kalo lempeng-lempeng aja jadi hambar hubungan."

"Jadi, gue boleh nih macem-macem sama bontot? Ngamar misalnya— SIALAN TANTRUMAN LO KAYA AGAAM!" Untung menghindar. Kalo ngga, keslumud dia sama rokoknya Ranu. "Lagian aneh-aneh aja. Kenapa sih? Takut gue bosen?"

"Iya."

Pandu langsung senyum miring, "dua tahun gue jadi babu aja santai. Gue demen sama orang tuh sederhana, ngga usah banyak gaya."

Tunggal Mahawira sama Ranu langsung ketawa. Ucapan Pandu itu bener, tapi di kepala mereka isinya kebodohan semata.

Diam sejenak, dia hisap rokok sembari sipitkan netra, "sederhananya orang bercinta itu beda sama sederhananya orang yang takut ditinggal."

Detik itu, Pandu Akasha Ed Deru langsung diam.