PROTOTYPING

Amelia Septiani Manurung
6 min readMar 30, 2019

--

Metode Prototype merupakan satu metode dalam pengembangan perangkat lunak, metode ini merupakan suatu paradigma baru dalam pembuatan atau pengembangan perangkat lunak. Metode ini adalah evolusi dalam dunia pengembangan atau pembuatan perangkat lunak, metode ini juga merevolusi metode pengembangan atau pembuatan perangkat lunak yang lama, yaitu sistem sekuensial yang biasa dikenal dengan nama Metode Waterfall. Dalam metode prototype/prototyping, perangkat lunak yang dihasilkan kemudian dipresentikan kepada klien, dan klien tersebut diberikan kesempatan untuk memberikan masukan dan kritikan, sehingga software yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Perubahan perangkat lunak dapat dilakukan berkali-kali hingga dicapai kesepakatan bentuk dari software yang akan dikembangkan.

Tahapan Metode Prototype / Prototyping

1. Pengumpulan Kebutuhan

klien dan pengembang bersama-sama mendefinisikan format software, mengidentifikasikan kebutuhan dan sistem yang dibuat.

2. Membangun Prototype / Prototyping

Membangun prototyping dengan membuat perancangan sementara yang berfokus penyajian kepada pelanggan (contoh membuat input dan format output).

3. Evaluasi Prototyping

Tahap ini dilakukan oleh klien, apakah prototyping yang dibangun, sudah sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan atau belum. Jika tidak sesuai, prototyping akan direvisi dengan mengulangi langkah-langkah sebelumnya. Tapi jika sudah sesuai, maka langkah selanjutnya akan dilaksanakan.

4. Mengkodekan Sistem

Di tahap ini prototyping yang sudah disepakati diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman yang sesuai.

5. Menguji Sistem

Setelah sistem sudah menjadi suatu software yang siap pakai, maka software harus di tes dahulu sebelum digunakan. Hal ini bertujuan untuk meminimalisirkan kesalahan software tersebut. Pengujian dilakukan dengan Black Box, White box, Pengjian arsitektur, Basis path dan lain-lain.

6. Evaluasi Sistem

Di tahap ini klien mengevaluasi sistem yang sudah dibuat sudah sesuai yang diinginkan. Jika tidak, maka pengembang akan mengulangi langkah ke 4 dan 5. Tapi jika iya, maka langkah ke 7 akan dilakukan.

7. Menggunakan Sistem

Software yang telah diuji dan diterima klien siap digunakan.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Prototype

A. Kelebihan Metode Prototype

  • Menghemat waktu dalam pengembangan sistem.
  • Penentuan kebutuhan lebih mudah diwujudkan.
  • Klien berpartisipasi aktif dalam pengenbangan sistem, sehingga hasil perangkat lunak mudah disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan.
  • Komunikasi yang baik antaral pelanggan dan pengembang.
  • Pengembang dapat lebih mudah dalam menentukan kebutuhan pelanggan.

B. Kekurangan Metode Prototype

  • Proses perencangan dan analisi terlalu singkat.
  • Biasanya Kurang fleksibel dalam menghadapi perubahan.
  • Pengembang kadang-kadang membuat kompromi implementasi dengan menggunakan sistem operasi yang tidak relevan dan algoritma yang tidak efisien.

Contoh Prototyping:

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PROTOTYPE SISTEM PARKIR

· METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode Waterfall model untuk pengembangan sistem parkir dengan Internet of Things.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model pengembangan Waterfall. Adapun tahapan-tahapan dalam model pengembangan Waterfall yaitu analysis (analisis sistem), design (perancangan), coding/implementation (implementasi), testing (pengujian).

· Analisa Input dan Output

Setelah pengumpulan data, kemudian dilakukan analisis data yang menjadi masukan, yaitu :

a. Data Analog

Merupakan data yang dikirimkan oleh sensor LDR (Light Dependent Resistor)

b. Data Digital

Merupakan daya yang dikirimkan oleh sensor ultrasonik(PING)

c. Data Login

Merupakan data yang digunakan untuk mengetahui kepada siapa saja hak akses web diberikan.

· Perancangan Sistem

Perancangan akan dilakukan setelah didapat hasil analisis dari sistem yang akan dibuat. Tujuan dari perancangan ini adalah untuk melihat gambaran awal dari sistem, cara kerja sistem, dan antarmuka sistem. Kegiatan yang dilakukan dalam perancangan ini diantaranya yaitu :

a. Perancangan database, yang bertujuan untuk menggambarkan data pada sebuah database

a. Perancangan alat, yang bertujuan untuk menggambarkan rancangan alat yang digunakan dalam pembuatan maket lahan parkir

Figure 1. Perancangan Maket Sistem Parkir (Tampak Atas)
Figure 2. . Perancangan Maket Sistem Parkir (Tampak Bawah)

a. Perancangan web interface, yang bertujuan agar sistem, program atau aplikasi yang dihasilkan terlihat lebih menarik dan mudah dimengerti pada saat dioperasikan. Halaman login terdapat pada halaman login yang ditujukan untuk admin. Halaman ini bertujuan agar pengguna dapat masuk ke dalam sistem

Figure 3. Perancangan Interface Halaman Login

Halaman monitor terdapat pada halaman monitor yang ditujukan untuk admin. Halaman ini bertujuan agar pengguna dapat melihat informasi seputar kondisi parkir.

Figure 4. Perancangan Halaman Monitor

Halaman laporan terdapat pada halaman laporan yang ditujukan untuk admin. Halaman ini bertujuan agar pengguna dapat melihat laporan seputar informasi parkir yang diinginkan

Figure 5. Perancangan Halaman Laporan

· Implementasi dan Pengujian Unit

Perancangan sistem yang dihasilkan akan diimplementasikan menjadi sebuah prototype sistem parkir. Prototype diimplementasikan menggunakan Intel Galileo Board Gen 2, sensor LDR (Light Dependent Resistor) dan sensor ultrasonik (PING) yang terintegrasi dengan database MySQL.

· Integrasi dan Pengujian Sistem

Untuk melihat hasil dari aplikasi yang telah dibuat, dilakukan tahap uji coba. Metode uji yang digunakan sama dengan metode yang digunakan saat pengujian unit, yaitu blackbox.

Figure 6. Maket Lahan Parkir

Maket lahan parkir diatas terdiri dari pondasi, lantai dasar, tiang penyangga, atap tengah dan atap atas. Pondasi dibuat untuk menjadi pijakan maket lahan parkir, selain itu berfungsi untuk memberikan ruang untuk penanaman sensor LDR (Light Dependent Resistor) pada bagian lantai dasar. Tiang penyangga dibuat untuk menyangga atap tengah yang telah ditanamkan sensor PING dan LED menghadap ke arah lantai dasar. Sedangkan atap atas berfungsi sebagai tempat peletakan kontroler Intel Galileo Gen 2, selain itu atap atas juga berfungsi untuk menutup bagian atas maket sehingga maket akan terlihat lebih rapi.

Berikut akan ditampilkan implementasi dari perancangan User Interface yang telah dibuat sebelumnya:

a. Halaman Login

Pada form ini admin (pengelola parkir) melakukan login dengan memasukkan username dan password. Kemudian sistem akan melakukan validasi. Saat admin memasukan data yang benar, maka user akan masuk ke Form berikutnya, sedangkan apabila data admin yang di masukan salah maka akan muncul pesan kesalahan bahwa password yang dimasukkan salah.

Figure 7. Halaman Login

b. Halaman Monitor

Halaman ini digunakan oleh pengelola parkir untuk mengetahui informasi mengenai aktifitas lahan parkir dan membantu pengelola dalam melakukan monitoring kondisi lahan parkir.

Figure 8. Halaman Monitor

c. Halaman Laporan

Halaman laporan merupakan halaman yang digunakan oleh pengelola parkir untuk melihat, memfilter dan mencetak laporan aktifitas parkir. Selain itu pada halaman ini pengelola parkir juga dapat melihat grafik aktifitas parkir. Serta melakukan aksi filter dan cetak terhadap laporan yang ada.

Figure 9. Halaman Laporan

· Pembahasan

Pembahasan diperlukan untuk mengetahui apakah hasil dari penelitian ini sudah dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. Maket diimplementasikan untuk mengetahui gambaran sistem secara keseluruhan. Maket lahan parkir terdiri dari satu lantai dengan jumlah total delapan slot lahan parkir yang dibagi menjadi dua blok, yaitu blok A dan B.

Penelitian ini menggunakan dua buah jenis sensor yang berbeda yaitu sensor LDR (Light Dependent Resistor) dan sensor ultrasonik. Pada sistem ini ditambahkan LED (Light Emitting Diode) yang dihadapkan dengan LDR sehingga dapat dikategorikan sebagai “terang” (kondisi lahan parkir kosong) dan jika lahan parkir terisi (mobil menutupi sensor LDR) maka dapat dikategorikan sebagai “gelap”. Sensor ultrasonik memanfaatkan pancaran gelombang ultrasonik yang memantul ke objek untuk kemudian diterima dan diolah menjadi data. Data inilah yang akan digunakan sebagai acuan penentuan kondisi parkir terisi/kosong pada website.

Pengujian sistem terhadap maket dilakukan untuk mengetahui apakah sistem dapat diterapkan dengan baik pada maket dan dapat memberikan hasil yang sesuai. Pengujian dilakukan dengan pembacaan sensor dalam kondisi lahan parkir kosong dan lahan parkir dalam kondisi terisi. Jika sensor mendeteksi keberadaan mobil maka informasi keberadaan mobil (lahan parkir terisi) akan ditampilkan pada aplikasi web beserta dengan informasi pendukung seperti waktu masuk dan jumlah kapasitas lahan parkir yang tersedia. Begitu juga saat kondisi lahan parkir kosong, maka pada aplikasi web dapat dilihat kondisi lahan parkir yang kosong dan kapasitas parkir yang masih tersedia.

Sumber: Imbiri, Freeon Alkapon. 2016. Implementasi Sistem Perparkiran Otomatis dengan Menentukan Posisi Parkir Berbasis RFId vol 4, №1, hal 31–46. Teknik Elektro, Bandung

Semoga bermanfaat :D

--

--