SHARING BUAT YANG SAKIT GERD

Amirudin Sadja
3 min readJun 5, 2020

--

Sejak dahulu sebenernya saya penasaran banget kenapa penderita gerd butuh waktu yang lama untuk sembuh ya?

Bahkan meskipun telah disiplin menjalankan pola makan dengan sangat ketat sesuai juklak.

Oleh sebab itu saya coba untuk membaca-baca kembali berbagai buku kesehatan holistik yang saya miliki untuk mencari tahu penyebabnya.

Cukup lama bergelut kembali dengan buku-buku tersebut, lalu mengobservasi sendiri semua proses yang terjadi pada tubuh saya, maka dapatlah saya sebuah kesimpulan :

Gerd menjadi lama untuk sembuh karena yang diserang bukan hanya lambung, tapi juga usus ( mestinya namanya bukan gerd tapi celiac desease = radang usus).

Usus kita memiliki milyaran vili-vili dan setiap 1 villi ada villi-villi halusnya yang berfungsi meningkatkan penyerapan makanan menjadi beratus kali lipat. Menurut ahli Gastroenterolog dunia, Dr. Hiromi Shinya, usus kita sepanjang 8–12 meter. Maka jika dibentangkan permukaanya (dengan dihitung luas permukaan tiap villi-villinya) ternyata bisa seluas lapangan tenis

Nah….. bagi penderita gerd, gluten (protein pada terigu) aktif merusak villi-villi ususnya sampai tingkat yang paling parah. Bayangkan jika permukaan usus seperti permukaan karpet kemudian gluten merusaknya sehingga seperti karpet yang permukaannya botak, terlihat merah meradang di sepanjang usus. Maka bisa dipastikan penyerapan nutrisi kedalam tubuh menjadi sangat terganggu, bukan?

Nutrisi makanan yang mestinya bisa diserap 100% akhirnya hanya bisa diserap sebanyak 50% , bahkan mungkin jauh dibawah itu. Maka dengan berkurangnya nutrisi yang diserap, ini akan membuat fungsi metabolisme tubuh terganggu, produksi neuro transmitter hormon pembangkit rasa bahagia berkurang bahkan macet. Lalu sebagaimana yang kita semua ketahui, bahwa hormon endorphin dan kekebalan tubuh sebagian besar juga dihasilkan di usus. Maka bisa dibayangkan kondisi psikis saat itu semua terjadi…pannic attack, anxiety, paranoid, insomnia dan berbagai keluhan fisik lainnya.

Penyembuhan penyakit ini butuh waktu yang lebih lama daripada penyakit lainnya, sebab menunggu berkurang/hilangnya gluten yang menempel pada usus serta menunggu tumbuhnya Villi-villi usus yang baru. Secara anatomis juga menunggu perbaikan usus yang memang telah berubah bentuk dengan otot-otot yang menebal sepanjang usus (divertikulosis) akibat tekanan peristaltik yang kuat secara terus menerus saat pola makannya masih kacau dahulu sampai fungsi penyerapan normal kembali.

Selama proses penyembuhan (dengan mengubah total pola makan) ini maka sensasi fisik dan psikis akan terus bermunculan, butuh doa dan kesabaran ekstra karena sensasi fisik yang muncul akan selalu disertai sensasi psikis yang cukup luarbiasa. Perasaan takut mati, takut gila, was-was, panik, gelisah tanpa sebab, mimpi buruk sepanjang malam dan lainnya akan terus menyertai. Namun secara perlahan akan menurun intensitasnya dan sembuh bi ‘idznillah saat pencernaannya membaik.

Tubuh yang banyak dipenuhi toksin sedang diperbaiki, dikeluarkan toksinnya oleh enzim yang diperoleh tubuh dari asupan buah dan sayuran segar. Proses inilah yang lazim dinamakan DETOKSIFIKASI,

Proses detoks ini akan berlangsung sangat lama, bukan 2–3 hari atau 2–3 minggu, namun bisa berbulan-bulan. Beberap orang bahkan bisa lebih dari setahun.

Namun sangat disayangkan, sebagian besar orang menganggap penyakit PENCERNAAN yang BEREFEK PADA PSIKIS ini, murni sebagai penyakit psikis semacam depresi atau stress yang membutuhkan terapi-terapi psikologis dari psikiater maupun paikolog. Bahkan banyak yang meminta ruqyah karena gejalanya yang mirip kerasukan Jin…

Sesungguhnya kesehatan pencernaan = kesehatan pikiran, pencernaan yang sehat akan membuat pemiliknya lebih kuat menghadapi stres, lebih tenang dan mudah mengelola emosi, lebih mudah khusyuk, lebih konsentrasi serta mudah berpikir positif. Wallahu a’lam.

--

--