Jangan percaya otakmu — Sebuah review tentang Obsidian.

Ananggadipa Raswanto
2 min readMay 8, 2023

--

Never.

Artikel ini juga bisa didengarkan di Spotify:

Sering ga sih kita udah yakin banget sama apa yang kita inget, tapi ternyata hal yang kita inget itu bukan hanya salah, tapi bahkan bertolak belakang sama fakta yang sebenernya.

Salah satu hal cukup penting yang gw pelajari beberapa tahun ke belakang ini adalah: Jangan percaya otak mu. Atau lebih tepatnya jangan berharap banyak dengan ingatanmu. Otak manusia ga dibikin buat mengingat semua informasi yang kamu terima. That make sense, karena jumlah informasi yang kita akumulasi setiap hari jumlahnya gila2an. Kalo semua informasi itu harus diserap sama otak ga kebayang jumlah energi yang dibutuhin.

Demi conservation of energy, otak bekerja dengan menseleksi, mana informasi yang perlu disimpan. And it is a shit one at that too. Kadang informasi yang nempel ke otak itu justru informasi yang ga penting, informasi yang harusnya menurut kita lebih penting malah ga kesimpen, atau bahkan lebih parah: kesimpen dengan fakta yang tidak sebenarnya.

Ah bodoh sekali otak kita! Bukan, justru itu adalah hal yang bagus. Otak berfungsi bukan sebagai penyimpan semua informasi, namun sebagai pemroses dari informasi yang ada.Otak digunakan untuk berpikir, bukan untuk menghafal.

Satu solusi untuk tidak mengandalkan our shitty memory itu adalah dengan: Write it down.

  • Nemu judul buku menarik buat dibaca: Write it down.
  • Nemu ide baru buat dikerjain: Write it down.
  • Hal-hal yang perlu dikerjain: Write it down. (to-do list namanya)
  • Belajar tentang suatu topik: Write it down.
  • Dapet resep/teknik masakan baru: Write it down.
  • Abis eksperimen/tes hal baru, berhasil atau pun ngggak: Write it down.

Ada satu aplikasi yang gw andalkan untuk mengakomodir kebutuhan menampung semua informasi yang luber dari otak gw ini sejak dua setengah tahun terakhir: Obsidian.

Hal yang gw suka dari Obsidian ini adalah:

  • Gratis dan Open Source.
  • Ada di hampir semua platform.
  • Format file markdown yang bisa dibuka dimana-mana. Not propietary
  • Internal file linking. Backlink yang selalu update.
  • Development yang aktif.
  • User interface yang baik — hampir tidak ada yang ga perlu.
  • Ringan.
  • Synchronisasi bisa pakai cloud storage kayak Dropbox.
  • Banyak Themes dan Plugins third party yang berguna.

Gw menggunakan Obsidian ini bener-bener buat menampung informasi-informasi yang gw yakin gw bakal lupa kalo ga gw catet. Dan gw ngerasa nyaman ngelakuin itu dengan Obsidian karena semua notes yang gw tulis itu bisa dengan gampang dan cepat gw temukan pas gw lagi butuh.

Pada akhirnya gw rasa itu salah satu hal yang paling gw butuhkan dari aplikasi pencatat. Akhir kata, gw setuju sama jargon nya Obsidian ini:

A second Brain, for you, forever.

Stop trusting your brain.

--

--