Kantin

Andrew
4 min readApr 10, 2023

--

이 밤 그날의 반딧불을 당신의 창 가까이 띄울게요.

Aduh, celetukku ketika seorang gadis menabrakku yang sedang terburu-buru menuju kampus. Tidak ada yang berserakan di lantai, toh semua barangku tersimpan dengan rapi di tas. Jika kamu membayangkan sebuah kopi mengotori bajuku, buang jauh-jauh pikiran itu! Itu hanyalah kisah klasik yang telah lama ditinggalkan umat manusia. Hanya ada permintaan maaf yang kujawab dengan anggukan. Tidak ada yang perlu diributkan, toh kejadian itu juga sebuah ketidaksengajaan. Aku pun lanjut bergegas ke gedung fakultasku tanpa memikirkan kejadian barusan.

Hari ini aku bersantai di bawah pohon rindang dekat kantin fakultas, aku memerhatikan orang yang berlalu-lalang. Ada yang berambut biru, merah dengan model shaggy, hijau dengan tipe ombre, dan banyak lainnya. Ah, fakultasku memang terkenal akan kreativitas mahasiswanya termasuk kreativitas memilih gaya rambut. Jauh di seberang sana terlihat seorang gadis yang sepertinya tidak asing, kusipitkan mataku untuk melihat lebih jelas. Benar saja! Gadis itu adalah gadis yang menabrakku tadi pagi di cafe dekat gerbang utama kampus.

Pertemuan singkat tadi pagi membuatku tidak sempat memerhatikan dia dengan benar. Kulihat gadis itu memasuki mobil yang terparkir di depan fakultas lain, tentu berbeda dengan fakultasku. Wah, jika kamu bertanya apakah mataku sejeli itu? Percayalah kalau kantin fakultasku memang berada di antara dua fakultas. Tapi, siapa sangka gadis itu adalah mahasiswa dari fakultas sebelah? Menarik, bukan?

Rintik hujan menyadarkanku. Ah, sial! Cuaca sangat tidak bersahabat akhir-akhir ini. Hujan disertai angin selalu saja menyapa kota ini setiap sore. Ke mana sih matahari itu? Kalau matahari saja tidak bisa menang melawan hujan, apalagi aku. Maka dari itu, kuputuskan untuk masuk ke dalam kantin dan memesan semangkok mie ayam lengkap dengan teh manis hangat. Butuh waktu sejam untuk awan sadar bahwa banyak manusia di bawah sini yang menantikan langit cerah. Kuberanjak dari kantin fakultas lalu pulang ke kamar berukuran 3x3 kesayanganku. Ah, gadis itu ternyata masih mengganggu pikiranku. Gawat, bagaimana ini?

Alarm gila. Aku hampir tuli dibuatnya. Mimpiku rusak karenanya. Kuraba-raba bantal untuk segera mematikan alarm dari ponselku, tentu dengan mata yang masih terpejam. Jam masih menunjukkan pukul 8 pagi rupanya, sedangkan kelasku baru dimulai jam 1 siang. Entah alarm apa itu, aku pun lupa. Aku duduk di kasur beberapa menit sebelum memutuskan untuk memasak nasi dan menggoreng sosis. Ya, itulah sarapanku sehari-hari.

Saat aku sedang menggoreng sosis pun gadis itu muncul lagi di kepalaku. Ah, siapa dia? Kenapa aku menjadi sangat penasaran dengannya? Untung saja aku cepat sadar sebelum kecerobohan membuatku memakan sosis gosong. Ternyata, alam bawah sadarku masih bekerja dengan baik.

Perut kenyang, badan wangi, dan tampilan keren. Tiga alasan kuat yang membuatku memutuskan untuk pergi ke ruang sekretariat organisasi. Memang ada beberapa hal yang perlu kuurus. Muak, sebenarnya. Tapi, ini sudah menjadi tanggung jawabku. Ah sudahlah, toh jam segini biasanya sudah ramai orang di sana.

Haha! dugaanku benar tidak meleset sama sekali, jam 10 pagi sudah banyak orang berlalu-lalang, entah apa kepentingannya. Aku terlalu tenggelam dalam tumpukan dokumen dengan mata yang sangat fokus menghadap laptop sehingga tidak menyadari bahwa gadis yang sudah mengganggu pikiranku itu berada tepat di luar ruangan yang sedang aku tempati.

Gadis itu bersama teman-temannya sedang bergurau ria. Manis sekali, senyuman itu. Tanpa sadar aku pun ikut tersenyum melihatnya. Bodoh sekali aku, aku langsung mengalihkan pandanganku ketika dia melihat ke arahku. Aduh, jelek sudah kesan pertamanya terhadapku. Tidak ingin semakin terlihat bodoh, aku segera menatap laptop dan mengerjakan dokumen-dokumen yang masih belum selesai.

Jarum jam tepat menunjukkan pukul 12 siang, saatnya aku bergegas ke kelas. Kelas hari ini selesai lebih cepat dari biasanya. Kebetulan sekali aku sudah lapar. Tanpa menyia-nyiakan waktu, aku segera menuju kantin untuk memesan sepiring gado-gado. Mungkin hari ini adalah hariku. Bagaimana tidak? Kulihat gadis itu lagi memasuki kantin, masih bersama teman-temannya. Jaraknya tidak terlalu jauh. Suaranya bisa kudengarkan dari tempatku.

Tidak pernah sekali pun aku melihat gadis itu tanpa senyum yang terulas di wajahnya, manis sekali. Suaranya pun sama, terdengar manis. Kalau boleh aku deskripsikan singkat, suaranya seperti gadis yang sedang jatuh cinta. Riang, mungkin? Ternyata sulit sekali mendeskripsikannya. Kurasa, hujan pun tidak akan berani turun sore ini begitu mendengar suara gadis di depanku. Mungkin ini tentang bagaimana dia merespon cerita teman-temannya, mungkin juga tentang bagaimana pembawaan karakternya, atau mungkin memang kepribadiannya.

Untuk pertama kalinya aku melihat pelayan di kantin ini tersenyum setelah mengantarkan sebuah makanan, aneh. Setelah kucari penyebabnya, ternyata gadis itu. Mereka tersenyum setelah mengantarkan makanan ke meja gadis itu! Jika kamu bertanya apakah aku akan mendekat dan menanyakan namanya, kamu salah. Kurasa cukup untuk mengetahuinya sedekat dan sejauh ini. Aku tidak meminta lebih. Melihat senyumnya saja sudah cukup membuatku tersenyum.

Setelah selesai dengan sepiring gado-gado, aku beranjak pergi dari kantin. Tidak lupa mengangguk dan tersenyum saat melewati mejanya, memberi gestur ramah. Sekarang, aku sudah kembali di ruangan 3x3 kesayanganku. Kurebahkan badanku di kasur yang juga kesayanganku, sibuk memikirkan apa yang terjadi di kantin hari ini. Aku senang, hatiku penuh. Aku berharap senyum manis itu tidak lekas pudar. Jika pun iya, tidak apa! Aku akan berharap lagi agar senyum manis itu kembali merekah.

--

--

Andrew
0 Followers

See me in your yesterday like I see you in my tomorrow