VIRTUE ETHICS

Anggita Rizky
5 min readOct 26, 2020

--

Virtue ethics atau etika kebajikan saat ini adalah salah satu dari tiga pendekatan utama dalam etika normatif. Ini mungkin, pada awalnya, diidentifikasi sebagai yang menekankan kebajikan, atau karakter moral, berbeda dengan pendekatan yang menekankan tugas atau aturan (deontologi) atau yang menekankan konsekuensi tindakan (konsekuensialisme). Misalkan jelas bahwa seseorang yang membutuhkan harus dibantu. Seorang utilitarian akan menunjukkan fakta bahwa konsekuensi dari melakukannya akan memaksimalkan kesejahteraan, seorang deontologis untuk fakta bahwa, dengan melakukannya agen akan bertindak sesuai dengan aturan moral seperti “Lakukan kepada orang lain seperti yang akan Anda lakukan oleh” dan etika kebajikan untuk fakta bahwa membantu orang tersebut akan menjadi amal atau baik hati.

Istilah etika (ethice) berasal dari Bahasa Yunani yang berarti perilaku seseorang, adat istiadat (kebiasaan), perasaan batin, watak, serta kecenderungan hati, untuk melakukan suatu perbuatan. Selain itu, istilah etika juga dipahami sebagai kajian tentang tingkah laku manusia, tentang apa itu baik atau buruk, benar atau salah, sengaja atau tidak.

Etika menegaskan prinsip-prinsip perilaku yang perlu ditempuh individu agar bersesuaian dengan kebajikan yang diterima. Melalui etika individu dapat mengontrol seluruh sikap dan perbuatannya agar tidak bertentangan dengan orang lain.

Etika sangat dipengaruhi pengalaman pribadi dan sosial seseorang serta
tingkat perkembangan psikologisnya. Dengan demikian, penerapan prinsipprinsip etis juga merupakan refleksi dari kematangan pribadi seseorang.

Baik buruknya suatu perbuatan tergantung dari sisi mana kita melihat dan menilai perbuatan tersebut. Misalnya kita ambil contoh cerita rakyat Si Pitung, didalam cerita si pitung suka merampok rumah rumah orang kaya. Namun hasil rampokannya akan dibagikan kepada masyarakat kampungnya yang kurang mampu.

Menurut kalian apakah perbuatan si pitung itu baik?

Untuk menilai perbuatan si pitung maka kita harus mampelajari beberapa teori yang bisa menilai perbuatan baik dari berbagai sisi.

TEORI DEONTOLOGI

Istilah deontologi berasal dari perkataan Yunani, “deon”, yang berarti, “kewajiban” atau “sesuatu yang diwajibkan”. Tokoh teori deontologi adalah Immanuel Kant(1724-1804). Deontologi adalah sebuah paham atau pandangan bahwa baik buruknya suatu tindakan dilihat dari perbuatan itu sendiri tanpa melihat konsekuensinya.

Jadi tindakan pitung merampok rumah rumah orang kaya adalah tindakan yang tidak baik atau tindakan yang salah. Walaupun tujuannya baik dan dampaknya juga baik, karena hasil rampokan akan diberikan kepada orang orang miskin. Karena teori ini tidak memandang konsekuensinya namun hanya memandang apa perbuatn itu sendiri.

Di kalangan para ahli, teori ini kemudian mencetuskan perdebatan. Muncul suatu pertanyaan, tentang siapakah yang lebih utama, apakah individu atau masyarakat, yang harus menerima manfaat dari akibat baik sesuatu perbuatan? Selanjutnya, timbul pula persoalan tentang apa yang dikatakan baik dan jahat? Perdebatan ini, telah memunculkan aliran Utilitarianisme dan Egoisme.

TEORI TELEOLOGI

Istilah teleologi berasal dari Bahasa Yunani, “telos”, yang berarti tujuan. Teori ini menyatakan bahwa baik atau buruknya suatu perbuatan itu tergantung pada tujuan yang dicapainya.

Jika perbuatan tersebut memberi akibat baik, maka perbuatan tersebut dianggap bermoral dan kalau perbuatan tersebut meninggalkan akibat yang buruk maka perbuatan tersebut dianggap sebagai tidak bermoral. Jadi sekali lagi, teori ini mementingkan dampak dari suatu perbuatan. Dengan kata lain, sebelum seseorang itu melakukan sesuatu tindakan atau perbuatan, maka ia perlu memikirkan terlebih dahulu dampak apa yang ditimbulkan.

TEORI UTILITARIAN

Aliran utilitarian dicetuskan oleh filosof Inggris, yakni Jeremy Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1873). Kata “utility” bermakna “berguna” atau “kegunaan”. Utilitarian adalah sebuah pandangan dimana perbuatan baik akan dianggap baik jika menghasilkan dampak yang baik bagi masyarakat banyak dan bukan pada satu atau dua orang saja.

Kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah, “the greatest happiness of the greatest number”, yakni kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar. Jadi perbuatan yang mengakibatkan orang banyak bahagia adalah perbuatan terbaik.

Persoalan individu tidak dipentingkan dalam aliran ini, malah individu perlu berkorban untuk kesenangan manusia terbanyak. Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa aliran utilitarianisme sangat menekankan pentingnya dampak atau konsekwensi dari suatu perbuatan dalam menilai baik dan buruknya.

Menurut teori ini tindakan pitung yang merampok rumah rumah orang kaya dianggap baik karena dari tindakan itu menghasilkan damapak yang baik juga karena hasil rampokan dibagikan kepada masyarakat miskin.

Pada tahap ini, aliran utilitarian seringkali dianggap membuka peluang lahirnya tindakan menghalalkan segala cara (ends always justify the means), di mana orang bertindak dengan cara-cara yang jahat agar tujuannya tercapai.

TEORI EGOISME

Aliran egoisme merupakan cabang dari Teori Teleologi. Tokoh pencetus teori ini adalah Friedrich Wilhelm Nietzsche (1844-1900). Nietzsche merupakan tokoh filsafat yang yang menentang kecenderungan moral masyarakat yang mengaitkan autoriti agama dan Tuhan.

Nietzsche berpendapat bahwa manusia mahluk yang unggul, kuat, berani, berbudi luhur, berbudaya, estetik, bebas, yang tidak dihadang belas kasih dengan yang lemah, dan yang seperlunya bertindak kejam.

Intinya ia berpendapat bahwa manusia harus bertindak untuk kepentingan dirinya atau yang berdampak baik bagi dirinya sendiri tanpa mementingkan belas kasih kepada orang lain karena manusia adalah mahluk yang unggul yang berhak memajukan diri dengan sebanyak mungkin tanpa perlu belas kasih kepada orang lain.

Jadi, dalam konteks kehidupan, menurut aliran ini nilai baik dan bermoral adalah nilai yang dapat memberi keuntungan pada diri, dan sebaliknya nilai buruk (tidak bermoral) jika sesuatu itu merugikan diri sendiri.

Dengan demikian, aliran egoisme sesungguhnya bertentangan dengan dimensi keadilan, kesetaraan, demokrasi dan mendorong manusia untuk bertindak zalim.

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan di atas dapat dikemukakan bahwa etika adalah suatu kajian ilmiah tentang perilaku manusia dalam masyarakat, yakni suatu bidang yang mendefenisikan perilaku manusia sebagai benar atau salah, baik atau buruk, patut atau tidak patut. Etika menegaskan prinsip-prinsip perilaku yang perlu ditempuh individu agar bersesuaian dengan kebajikan yang diterima. Kesadaran akan nilai-nilai tersebut perlu dipupuk secara terus menerus.

Jadi perbuatan dianggap baik itu tergantung dari perspektif mana kita melihat dan menilai suatu tindakan tersebut. Penentuan nilai baik, betul, wajar dan bermoral sesuatu tindakan atau perbuatan itu karena ciri-ciri atau sifatnya sendiri.

--

--