Apa itu Agile Sebenarnya

Ardi
3 min readJul 20, 2019

--

Jika ada yang bertanya apa itu Agile dalam konteks pengembangan (development) kepada saya, saya akan menjawab secara sederhana seperti ini.

Agile itu pola pikir (mindset) dan semangat. Semangat untuk berkolaborasi dalam membangun produk, baik ke dalam maupun ke luar tim. Juga semangat untuk menghadapi dan merangkul perubahan yang terjadi selama pengembangan produk. Makin efektif tim kita berkolaborasi serta beradaptasi dengan perubahan dalam membangun produk, makin Agile tim kita

Agile itu Lumayan Abstrak

Jika kamu perhatikan penjelasan tersebut, mungkin terdengar abstrak, mengawang-ngawang. Demikianlah. Karena Agile merupakan pola pikir atau semangat, deskripsi tentangnya pun abstrak. Menjadi Agile juga berarti bersiap-siap menghadapi perubahan pola pikir hingga budaya organisasi.

Sejauh ini saya lumayan puas dengan penjelasan singkat tersebut tentang Agile. Entah dengan yang mendengarkannya ya hehe. Namun nampaknya saya perlu menemukan kembali tentang apa yang dimaknai sebagai Agile dari beberapa referensi. Penjelasan saya tentang Agile di awal sebenarnya merujuk pada sebuah manifesto pengembangan berbasis Agile.

Dimulai dari Sebuah Manifesto

Pada tahun 2001, sejumlah praktisi dan pengembang — mereka sudah lama berkecimpung di dunia pengembangan perangkat lunak dan dinilai sebagai leader dalam pengembangan — berkumpul untuk mendiskusikan pengalaman mereka dalam membangun perangkat lunak. Hasil dari pertemuan tersebut adalah serangkaian nilai dan prinsip yang disepakati bersama untuk membuat pengembangan perangkat lunak menjadi lebih baik — lebih efektif juga lebih menyenangkan.

Sekumpulan nilai dan prinsip ini mereka satukan dalam kata Agile, mereka nyatakan dalam manifesto bernama Manifesto for Agile Software Development.

Seperti apa isi dalam manifesto tersebut? Kamu bisa mengeceknya lebih lengkap di https://agilemanifesto.org/. Di sini saya akan menuliskan kembali nilai-nilai dalam Agile.

We are uncovering better ways of developing
software by doing it and helping others do it.
Through this work we have come to value:

Individuals and interactions over processes and tools
Working software over comprehensive documentation
Customer collaboration over contract negotiation
Responding to change over following a plan

That is, while there is value in the items on
the right, we value the items on the left more.

Berpikir, Bertanya, lalu Mencoba. Repeat

Membaca pernyataan dalam manifesto tersebut, kita bisa melihat bagaimana Agile menitikberatkan pada interaksi dan kolaborasi, perangkat lunak yang bekerja, dan tanggap terhadap perubahan. Menjadi Agile adalah tentang bagaimana senantiasa mengeksplor empat nilai tersebut, juga prinsip-prinsipnya, dalam pengembangan sehari-hari. Kita dapat bertanya,

“Apakah praktik-praktik yang tim terapkan dilandasi nilai-nilai tersebut?”

Lebih lanjut lagi kita dapat bertanya,

“Apa yang perlu kami lakukan lebih lanjut untuk menghidupkan nilai-nilai tersebut dalam tim?”

Saat kita berpikir dan bertanya, jawabannya mungkin meminta perubahan mendasar di organisasi, misalnya perubahan budaya atau perubahan aturan. Menerapkan nilai responding to change di saat organisasi sulit menerima perubahan terhadap rencana awal pengembangan, yang biasanya disusun begitu detail di awal, adalah sebuah tantangan. Meyakinkan organisasi bahwa pendekatan Agile lebih baik dari yang saat ini adalah tantangan lain.

Mudah menerapkan nilai-nilai dalam Agile? Tentu saja tidak. Tataran nilai adalah tataran yang abstrak. Tidak mudah menerjemahkannya dalam praktik. Namun senantiasi mengeksplor nilai-nilai dan mengeksperimenkan praktik-praktik yang mendukung adalah cara memahami dan menghidupkan Agile.

Mewujudkan Agile

Agile berada dalam area yang abstrak dan sulit dipahami oleh kebanyakan — termasuk saya. Kendati demikian, ada proses, metode, dan praktik yang bisa kita implementasikan, dan itu membantu kita memahami filosofi tentang Agile.

Saat belajar tentang Agile, kita akan menemukan proses perangkat lunak seperti Scrum, Extreme Programming, dan Crystal. Itu adalah contoh proses yang menerjemahkan nilai dan prinsip Agile dalam praktik. Selain itu, ada metode yang populer di dunia Agile seperti user story, story point, burndown chart, daily meeting, dan retrospective. Masing-masing proses dan metode memenuhi nilai dan prinsip Agile dengan kedalaman yang berbeda-beda. Itu semua bisa menjadi pintu gerbang dalam memahami Agile.

Jika kamu tertarik, kamu bisa mempelajari satu atau lebih metode dan proses yang saya sebutkan. Mungkin kamu akan menemukan yang lain yang lebih menarik.

Inilah sedikit perkenalan dan pemahaman saya tentang Agile. Menjadi Agile adalah proses yang tak berujung. Never-ending process. Merangkul nilai dan prinsip dalam Agile adalah sebuah perjalanan panjang untuk eksplorasi. Dan namanya eksplorasi, kita akan selalu menemukan hal yang baru.

Kamu bisa memulai perjalanan menjadi Agile. Saya sudah memulainya dan masih mengeksplorasinya. Adakah kamu siap dalam perjalanan ini?

***

Ingin mempelajari Scrum secara lengkap dan mudah? Yuk cek online course “Belajar Scrum: Membangun Produk secara Efektif dengan Scrum

--

--

Ardi

Sharing my learning and experience in product management and software process like Scrum. Sometimes inspiration from life