Cerberus : a blockchain killer (RadixDLT)

qlause
5 min readSep 11, 2021

--

Apa yang pertama ada dibenak lo semua saat dengar kata “Blockchain Killer”?. Yapssss.. Mungkin kebanyakan orang sudah sangat terbiasa saat mereka dengar kata Ethereum killer, Bitcoin Killer dll. Apalagi, dikalangan komunitas Cryptocurrency banyak project seperti Polkadot, Binance, Cardano, Elrond, Gochain dan banyak lagi lah pokoknya, yang menyatakan bahwa mereka itu adalah Ethereum killer. So.. gw pengen tampil beda disini dengan cara take the ‘Killer’ to another level. “Cerberus : a Blockchain Killer”.

Sebentar sebentar… Pasti Pertanyaan pertama lo semua adalah “Bukannya blockchain itu jantungnya Cryptocurreny, Emang bisa blockchain tergantikan??”. Ya bisa lahh, emangnya mantan lo tak tergantikan :D.. <humble mode : off> buat jawab pertanyaan seperti itu biarkan sejarah yang menjawab. Lo tau gak gimana orang sebegitu percayanya sama NOKIA symbian, tapi pada akhirnya mereka mati ditinju tak habis habis oleh Inovasi lord Steve Jobs dengan meluncurkan Iphone. Atau, lu tau ga seberapa Deny-ing-nya orang terhadap pesawat terbang pada awal abad 19? walaupun seperti itu, pada akhirnya pesawat terbang sekarang menjadi salah satu alat transportasi umum didunia. Dan ada banyak lagi contoh diluar sana dimana sebuah inovasi yang mantul tenan me-replace atau menjadi co-exist dengan inovasi yang sebelumny sudah ada. Selalu, Hal seperti ini akan terjadi secara terus-menerus dimasa sekarang dan masa depan :)

“Emang inovasi apa om yang dibawa Cerberus ini sampe bisa disebut Blockchain killer?” ini terlalu technical buat dijelasin, tapi gw berusaha nyampein sesimple munkin dan understandable buat para newcomers :D. Tapi, Sebelum itu gw bakal terlebih dahulu bahas tentang blockchain dan kekurangan dari blockchain itu sendiri.

Blockchain is not scalable

Gw tanya berapa Transaction Per Second (TPS) milik Blockchain Favorit Lu?? 1rb?? 10rb?? 100rb?? 1jt??, tapi sebentar, apakah angka TPS memang sepenting itu?, sampai setiap saat selalu dijadikan suatu perbandingan??. Padahal, Satu hal yang harus lu tau adalah ‘1 (satu) transaksi di DeFi itu TIDAK SAMA DENGAN 1 transaksi’. 1 transaksi di DeFi itu bisa jadi 5 transaksi, 10 transaksi atau bahkan 15 transaksi sekaligus. Loh Kok bisa gitu??. yaaa, Hal ini dikarenakan DeFi itu sangat sangat sangat sangat highly interconnected :D. Oke, gw kasih contoh ya… Misal lu nge-swap di uniswap dengan pair ETH/USDC yang dimana transaksi lu pake duit yang banyak dan cukup untuk bisa ngetrigger bot arbitrage, terus ngubah harga ETHnya di oracle ngubah harga derrivative ETHnya di exchange, nah dari sana lu tau kan bahwa 1 transaksi lu itu = 3 transaksi secara computasi. jadi sekarang pertanyaanya bukan lagi tentang ‘Berapa TPS?’ melainkan “berapa lama 1 transaksi di uniswap terproses?’. Masih bingung?? ok gw bikin contoh sederhana, sebagai perbandingan HBAR bisa memproses 10.000 TPS, tapi jika HBAR dipaksa memproses smartcontract dengan EVM milik ethreum, proses transaksinya akan turun menjadi -+ 10 TPS.

Nahhh, karna masalah skalabilitas, biaya transaksi di jaringan ethereum membengkak bisa jadi ratusan dollar dalam satu kali transaksi (Ovo, Gopay tertawa melihat ini), bisa kalian bayangkan skalabilitas Ethereum itu hanya sebatas 15TPS (setelah menggunakan EVM), sedangkan demand terhadap transaksi yang harus diproses itu bisa puluhan atau bahkan ratusan kali lipat dari yang ETH bisa lakukan saat ini!!.

“tapi om katanya solana bisa tembus 50.000 TPS, terus Cardano bisa 2jt TPS. Bukannya itu cukup scalable??” , Sebenarnya sudah ada beberapa cara para developer untuk mengatasi masalah skalabilitas di blockchain ini, tapi gw bahas hanya 2 cara yang umum digunakan yakni vertical scaling dan horizontal scaling. Yang dimana keduanya menghilangkan hal hal vital yang seharusnya tidak dihilangkan.

  1. Horizontal scaling

Horizontal Scaling ini kita kenal umum dengan sebutan Sharding, yang dimana ETH2.0, Elrond, Polkadot menggunakan teknik ini supaya blockchain mereka bisa memproses tranksaksi lebih cepat boyyy. Ok supaya lebih paham lu harus liat gambar perbandingan dibawah dulu :

1.1 Unsharded Blockchain

Gambar diatas adalah gambar unsharded blockchain dimana setiap transaksi yang belum diproses akan ‘mengantri’ di mempool, menunggu transaksi itu diproses oleh para validator dan setelah diproses, selanjutnya akan dimasukan ke dalam blockchain. ini yang membuat Bitcoin (unsharded blockchain) hanya mampu memproses 3–7TPS karna seluruh validator memproses block yang sama dan setiap validator juga harus menyimpan seluruh data yang sama.

1.2 Sharded Blockchain

Disini kita bisa melihat dengan kontras perbedaan antara sharded blockchain dan unsharded blockchain. Jadi, dalam sharded blockchain validator dipecah menjadi beberapa bagian (shard), ini membuat transaksi menjadi lebih cepat karna validator tidak harus memvalidasi block dan menyimpan data yang sama.

“lahh bagus dong, terus masalahnya dimana om?”, nahh permasalahannya ada pada interopability antar shard coba lu pikir2 ‘Gimana caranya validator di shard 1 dan shard bisa 3 berkomunikasi?’ Bingung kan?? :D. “Lah emang penting om?? emang setiap validator harus banget bisa saling berkomunikasi??”

Oke, Gw akan analogiin kenapa interopability antar shard itu harus ada yaks.. Gw analogiin deh misal lu bikin 3 transaksi sekaligus misal :

  1. Beli Tiket Pesawat (transaksi diproses di shard 1)
  2. Pesen Hotel (transaksi diproses di shard 2)
  3. Pesen Makan (transaksi diproses di shard 3)

Setelah lu bikin 3 transaksi tersebut lu bikin aturan nih, misal lu bakal cancel Pesen Hotel dan Pesen Makan kalau misal Tiket Pesawat habis, Make sense dong ngapain lu pesen makanan sama hotel kalau ga bisa berangkuy karna tiket pesawat habis, iya gak??. Sampe sini aja lu pasti tau kalau ketiga transaksi ini harus bisa saling berkomunikasi satu sama lain.. sekarang gw tanyain lagi gimana cara ke-3 transaksi tersebut bisa saling berkomunikasi??:D

Hal ini disebut atomic-composability dimana setiap transaksi bisa berkomunikasi secara synchronous, dengan keadaan seperti ini kita tau bahwa ETH2.0, Elrond, Polkadot, Cardano itu breaks atomic-composability dimana interopability antara shard terjadi secara asynchronous atau harus melewati beberapa block (kaya delay lah seperti itu).

2. Vertical Scaling

Kalau ini sih ga perlu dijelasin panjang lebar, vertical scaling ini termasuk kedalam jenis unsharded blockchain, jenis ini membutuhkan validator dengan spesifikasi yang super karna setiap validator harus storing semua datanya. nah masalahnya data yang di-store ini akan terus meningkat tiap taunnya, lu kalau jadi validatorny harus selalu siap duit buat upgrade spesifikasi komputer lu :D. but, at the end of the day hanya ‘super-komputer’ yang bisa jadi validatornya. Solana adalah blockchain dengan teknik vertical scaling untuk menanggani masalah skalabilitas, lu bisa liat untuk recomended requirements menjadi validator solana dibutuhkan memory (RAM) 256GB (yang masih pake hp RAM 2GB Gausah ngarep jaidi validator:D)

Tapi, vertical scaling ini highly composable karna hanya ada 1 shard yang di verifikasi oleh banyak validator.

“Terus gimana radix dengan cerberusnya mengatasi masalah ini bang?? katanya Radix punya unlimited TPS, terus anehnya setiap shardnya bisa saling berkomunikasi secara synchonous(atomic)”. Ok, karna akan jadi pembahasan yang panjang gw akan pisahin pembahasannya nanti di part 2 yaks, gimana radix mengatasi masalah skalabilitas dengan tetap memaintaining composabilitynya, ke-desentralisasiannya, securitynya dan banyak inovasi lainnya dahhh.. kaya di radix bisa bikin dapps pake bahasa pemograman Solidity, jadi para developer yang udah terlanjur belajar atau udah bikin dapps di jaringan ethereum lu tinggal copy-paste aja source codenya terus dibikin di atas jaringan radix yang punya unlimited TPS:D. Blueprint component, Dev-incentives dan native bahasa pemograman radix “Scrypto” berbasis asset-oriented dengan FSM (finite state machine) yang berbeda dengan solidity yang berbasis turing-complete(IF… ELSE program).

berhubungan tangan gw udah pegel, see ya part 2……

--

--