k.
3 min readAug 31, 2023

Kost.

-

“Minta apa kamu tadi?" Gabriel bersuara tepat setelah pintu kost itu terbuka dengan memperlihatkan wajah Keisha.

"Putus." Balasan seadanya. Mereka sama-sama berdiri dalam keputusan sendiri, setidaknya sampai detik ini Keisha masih teguh pada pilihannya untuk mengakhiri hubungan.

"Gak bisa."

"Terus apa mau kamu? Diputusin gak mau, tapi kelakuannya kayak orang gak punya pacar. Tiap minta waktunya bentar selalu marah-marah, apasih yang mau dipertahanin?"

Percakapan mereka menjadi satu-satunya suara yang terdengar di tempat itu. "Aku sayang kamu."

"Kalo sayang buktiin dong jangan ngomong doang. Touring lah, nongkrong lah, semuanya jadi alasan. Tiap minta putus bilangnya aku sayang kamu, dipikir ini hubungan cuma soal kamu?"

Keisha mencoba menahan air matanya agar tidak jatuh di depan Gabriel. Terlalu banyak luka yang ia sembunyikan, Keisha ingin menunjukkan pada Gabriel jika ia memang tidak mengemis cintanya. Sudah cukup sampai sini saja kesabaran Keisha diuji hanya untuk mempertahankan hubungan mereka.

"Apa yang perlu di buktiin, semuanya udah jelas kalo aku sayang kamu."

"Alah, ngabisin waktu juga sama temennya doang. Katanya sayang tapi kalo udah sama temennya gak inget kalo punya pacar."

"Gak usah bawa-bawa temen aku bisa gak, bertele-tele banget."

"Lah emang bener kan kalo lagi sama temen lupa ada aku?"

"Aku selalu kasih kabar tiap sampai rumah, lagian gak ada yang main hp di tongkrongan."

"Masa sih, tapi kok temennya bisa update igs?" Keisha tersenyum meledek, lagipula ia mengatakan yang sejujurnya.

"Kamu kenapa sih sensi banget sama temen-temen ku? Pake nyalahin mereka segala. Aku kesini mau selesaiin masalah, bukan mau cari masalah." Gabriel sedikit meninggikan suaranya, ia kesal sekali karena Keisha menyeret teman tongkrongannya.

"Justru kamu masalahnya. Kamu gak pernah sadar sama perbuatan kamu, bisanya cuma ngatain aku kekanak-kanakan. Setiap diajak ngomongin ini selalu marah-marah"

"..aku gak minta kamu ada waktu 24 jam sama aku, aku juga gak pernah marah kamu mau touring, nongkrong atau mau main sama siapa aja. Aku cuma minta dikabarin, aku pacar kamu bukan sih?" Sebuah repalan dalam hati yang sempat ia simpan itu keluar.

"Iya kamu pacar aku. Ok! Mulai besok aku kabarin kamu kalo mau apa-apa."

"Gak usah, aku mau putus." Sungguh, mengatakannya secara langsung jauh lebih berat karena pada dasarnya ia memang masih menyayangi Gabriel.

Memang sulit, tapi Keisha tidak bisa untuk terus bertahan bersama seseorang yang tidak pernah serius menginginkannya. "Aku gak mau, kei."

"Mending kamu pulang deh, aku mau tidur." Keisha mencoba mengakhiri pertengkaran mereka karena keributan itu mungkin akan tetap berakhir dengan jalan buntu. Namun tanpa ia sadari setetes air mata yang tersimpan di pelupuk matanya mengalir jatuh begitu saja.

Secepat apapun ia mencoba menghapusnya, Gabriel sudah lebih dulu sadar jika Keisha meneteskan air mata. "Aku turutin permintaan kamu, kenapa malah nangis."

"Gak perlu. Kalo bukan dari diri kamu sendiri mending gak usah. Aku gak mau kamu ngelakuin semuanya karena aku yang minta, itu bukan dari hati. Kamu gak sayang sama aku."

"Keisha, berapa kali aku bilang? Aku sayang sama kamu."

"Kalo kamu sayang sama aku harusnya kamu sadar dimana letak kesalahan kamu el, gak perlu nunggu aku yang kasih tau."

"Oke, aku—"

"Pulang el. Udah malem aku mau tidur, besok ada kelas." Tanpa meminta izin pada siapapun, Keisha menutup pintu dan langsung menguncinya.