Stuart Hall: A Cultural Theorist

Armida Nova Ariyanti
2 min readFeb 23, 2020

--

Stuart Hall merupakan ahli teori kebudayaan yang cukup berpengaruh di Inggris. Beliau pernah tergabung dalam Pusat Kajian Budaya Kontemporer di Universitas Birmingham dan pernah menjabat sebagai direktur pelaksana pada pusat kajian tersebut.

Semasa hidupnya, ia seringkali membahas tentang hegemoni dan kajian budaya. Menurutnya, budaya itu tidak hanya untuk diapresiasi atau dipelajari, tetapi juga dapat dijadikan sebagai media dalam melakukan aksi dan intervensi di bidang sosial-kritis. Selain itu, pemikiran-pemikiran yang dihasilkan oleh Stuart Hall pun banyak dipengaruhi oleh teori Karl Marx dan berfokus pada kaum minoritas yang terpinggirkan serta tidak memiliki kesempatan untuk menyuarakan pendapat mereka.

Salah satu hasil pemikiran oleh Stuart Hall yang berpengaruh adalah studi mengenai keterkaitan antara prasangka rasial dan media massa. Dalam karyanya yang berjudul “ Reconstruction Work: Images of Postwar Black Settlement”, ia menekankan mengenai memori dan visualitas sejarah dalam kaitannya dengan fotografi sebagai teknologi kolonial. Menurutnya, bukti fotografi menjadi amat berharga. Akan tetapi, bukti fotografi tersebut sering dianggap sebagai suatu media yang lebih objektif daripada representasi lainnya. Maka dari itu, seseorang harus memeriksa secara kritis siapa yang memproduksi gambar tersebut, apa tujuan mereka memproduksi gambar itu, serta cara mereka memajukan agendanya (misalnya: mengenai apa yang telah dimasukkan dan dikeluarkan secara sengaja dari gambar tersebut). Sebagai contoh, dalam konteks Inggris pasca perang, foto seperti yang ditampilkan dalam artikel berjudul “ Thirty Thousand Colour Problems “ mengonstruksikan migrasi kulit hitam dan kelompok kulit hitam di Inggris sebagai “sebuah masalah”. Selain itu, pernikahan antar ras juga dikonstruksikan sebagai “pusat masalah”, “masalah-masalah”, atau “masalah inti”.

Berangkat dari pemikirannya yang sangat kritis tersebut, ia pun melahirkan sebuah teori yang dikenal sebagai “teori penerimaan pesan”. Menurutnya, terdapat tahapan encoding dan decoding dalam proses penerimaan pesan. Encoding adalah sebuah tahapan dimana produsen media menyampaikan pesan tertentu sesuai dengan pemaknaan yang telah dipahami oleh pengirim pesan, sedangkan decoding merupakan tahapan penerimaan pesan oleh konsumen media. Namun, perlu diketahui bahwa pemaknaan pesan tertentu yang diterima oleh konsumen media pun tak lepas dari pemahaman yang dimiliki oleh penerima pesan tersebut.

Oleh karena itu, Stuart Hall beranggapan bahwa penting sekali adanya persamaan pemahaman terhadap makna dan interpretasi dari sebuah pesan tertentu oleh para produsen media (contoh: jurnalis, produser, editor, dan sebagainya), konsumen media (contoh: audiens atau penerima pesan), serta distributor media (contoh: presenter, broadcaster, marketing, dan sebagainya) agar tidak terjadi mispersepsi atau salah paham.

Sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Stuart_Hall_(ahli_teori_kebudayaan)

http://ardhyanaandmediastudies.blogspot.com/2010/07/cultural-studies-stuart-hall-sebuah.html

MENGENAL STUART HALL | SINAUKOMUNIKASI

Originally published at https://armidanova.student.telkomuniversity.ac.id on February 23, 2020.

--

--