TV Series Review — Sense8 (2015–2018)

Arnold Sianturi
16 min readAug 29, 2020

--

Sense8 (dibasa Sensate atau ‘merasa’) merupakan sebuah serial televisi yang ditayangkan pada streaming platform yang sangat terkenal, Netflix. Serial ini diciptakan oleh The Wachowskis (Lana Wachowski dan Lilly Wachowski, bersaudari) dan J. Michael Straczynski sejak musim pertama serial ini, di tahun 2015. Film ini mengangkat tema fiksi-ilmiah, misteri, dan drama, yang akan mengisahkan sekelompok orang yang secara tiba-tiba terkoneksi melalui pikiran dan perasaan (sensasi), dan juga berusaha untuk menghindari suatu organisasi yang memburu kaum seperti mereka.

Saya ngga tau apakah tulisan kali ini akan rapi (walaupun biasanya tidak rapi juga, hihihi 😂✌), tapi mudah-mudahan para pembaca bisa mengikuti sudut pandang yang akan saya tunjukkan melalui penceritaan, bahwa betapa menakjubkannya film ini bagi saya, dan hingga saat ini, film ini masih berada di urutan pertama di daftar film terbaik di benak saya. OK, let’s just cut the sh*t, here we go!

Major Spoiler Alert!
Major Spoiler Alert!
Major Spoiler Alert!

Introduction: We are I, and I am Also a We.

Sensate merupakan kaum atau spesies manusia yang (diceritakan di film) lebih ‘maju’ (manusia yang telah berevolusi), di mana mereka dapat terkoneksi dengan sensate lain dan dapat melakukan telepati. Dalam film, diperkenalkan istilah Homo sensoriums, istilah penamaan binomial untuk para sensates tersebut. Ciri seorang Homo sensoriums (diagnosis yang diterima Nomi Marks (salah satu karakter utama) ketika dia jatuh dari motor) adalah bahwa hampir tidak ada pemisahan pada lobus frontal otak (secara ilmiah disebut Undifferentiated Frontal Lobe Syndrome, UFLS), di mana lobus frontal beperan dalam komunikasi, perencanaan, dan motivasi (jika lobus frontalnya normal, atau dengan kata lain, ada separasi/tidak menyatu). Secara medis, jika perkembangan lobus frontal itu semakin lama semakin menyatu, maka akan ada efek buruk yang terjadi, yaitu halusinasi yang sangat ekstrim/berlebihan dan juga kondisi sinestesia (untuk fakta medis lebih spesifik, dan jika ada kesalahan, silakan cek di G00gle, ya 😁).

Orangtua dari spesies Sensate akan ada dua, yaitu secara genetik (yang melahirkan Sensate. Di film, orangtua genetik dari seorang Sensate adalah Homo sapiens) dan secara ‘sensasi’ dari orangtua yang spesiesnya Sensate (dan tidak harus wanita), di mana yang diwariskan bukanlah gen, melainkan memori dan perasaan. Sensate yang lahir sebagai “Sensate” tidak lahir sejak bayi, namun ketika mereka dewasa (peristiwa ini kerap disebut reborn). Beberapa karakter yang reborn akan mengalami pusing dan juga muncul kilasan flashback dari memori orangtuanya.

Namun, ada beberapa batasan dalam ‘kehebatan’ Sensate. Setiap Sensate akan memiliki kelompok atau kluster pada generasi mereka. Seorang Sensate dan klusternya akan secara natural dapat terkoneksi secara mental. Sensate beserta klusternya secara genetik lahir di waktu yang persis sama, namun lokasi mereka bisa sangat berbeda-beda (misalnya, ada yang lahir di Seoul, ada yang di Kenya, ada yang di Chicago, dan sebagainya), begitu juga saat reborn. Seorang Sensate bisa terkoneksi dengan seorang Sensate lain di luar kluster mereka, dengan syarat kedua Sensate tersebut harus melakukan kontak (kontaknya cukup dengan saling bertatapan, eye-contact).

Yang lebih menakjubkan lagi, koneksi mereka tidak hanya sekadar telepati, namun seorang Sensate dan klusternya memiliki koneksi secara emosional dan fisikal (kemampuan ini disebut Sharing). Sharing merupakan kemampuan para Sensate dan klusternya bisa saling mengakses pengetahuan dan emosi. Contohnya, Capheus yang tidak tau bela diri, bisa ‘mengakses’ kemampuan bela diri Sun. Atau, ketika Riley mencoba untuk mengalihkan perhatian polisi, Lito ‘membantu’ dengan melakukan acting. Atau sederhananya, jika Riley mengerti bahasa Prancis, maka Will mengerti bahasa Prancis, walaupun Will tidak pernah belajar sama sekali.
Dari sudut pandang para Sensate, ketika melakukan Sharing, Sensate lain lah yang sedang ‘bermain peran’, namun dari sudut pandang orang lain yang non-Sensate, orang itulah yang memang sedang melakukannya (contoh, orang-orang yang menonton Capheus bertarung, melihat bahwa Capheus-lah yang mengalahkan geng berandalan itu dengan tangan kosong, namun Capheus pada saat itu ‘sedang menonton’ Sun yang sebenarnya bertarung melawan geng berandalan. Kalian bisa bayangin, ngga? 😁).

Sun menolong Capheus melawan geng berandalan, dan Sun sebenarnya sedang berada di dalam penjara Seoul. HOW SHE DID THAT??

Selanjutnya, ada kemampuan yang disebut Visiting. Kemampuan ini lebih persis disandingkan dengan telepati atau berkomunikasi dengan sesama Sensate secara mental, namun Sensate seolah-olah berada di lokasi di mana Sensate satunya berada. Jadi, ketika Kala berbicara dengan Wolfgang, mereka saling melakukan Visiting. Kala yang berada di Mumbai, bisa ‘mendatangi’ Wolfgang di Berlin, begitu juga sebaliknya.

The Sensates did Visiting to Lito’s place when they celebrated their birthdays, 8 August. Note: the other 7 were on their own city/country, and look, Sun was actually still in prison

Yang terakhir, mereka juga secara fisik bisa berhubungan, disebut Physical Link, jadi ketika melakukan Visiting, mereka bisa melakukan kontak fisik.

Kala ❤ Wolfie, did physical link

Who Are We? Who Am I …?

🔴 Angelica Turing dan Jonas Maliki

Angelica and Jonas

Angelica (diperankan oleh Daryl Hannah) merupakan ibu dari kluster yang menjadi kluster utama yang akan disorot, dan Jonas (diperankan oleh Naveen Andrews) merupakan kekasih Angelica, yang mana mereka berdua adalah Sensate di kluster yang sama. Di awal film, Angelica harus mengorbankan nyawanya dengan menembak dirinya sendiri, karena dia sudah terkoneksi dengan Whsispers. Namun, sebelum dia mencabut nyawanya, dia ‘menghubungi’ kedelapan anaknya yang akan sekilas memperkenalkan 8 tokoh utama. Angelica juga meminta ke Jonas agar kluster-anak nya harus terlindungi dan tidak boleh jatuh ke tangan Whispers.

⚫ Whispers

Mr. Whispers

Whispers (yang bernama Milton Bailey Brandt, diperankan oleh Terrence Mann) merupakan antagonis film, yang ternyata merupakan seorang Sensate dengan tujuan yang sangat jahat. Para Sensates yang tidak ingin jatuh ke tangan Whispers, tidak boleh melakukan kontak dengan dia, ya, karena jika telah melakukan kontak, maka Whispers bisa melakukan Visiting kemana pun Sensate itu berada (begitu pun sebaliknya). Whispers bekerja di Biologic Preservation Organization (BPO), yang memburu para Sensates untuk dijadikan ‘sesuatu’ oleh mereka. Jika Whispers terkoneksi dengan seorang Sensate, maka Sensate tersebut akan dengan mudah diburu oleh BPO.

🔵 Will Gorski

Jonas and Will

Will Gorski (diperankan oleh Brian J. Smith) merupakan seorang polisi dari Chicago Police Department di Chicago, Illinois, Amerika Serikat, yang menjadi figur ‘anak sulung + ayah’ di kluster nya. Will merupakan orang yang paling optimis mengusut kematian Angelica (kematian Angelica tersimpan dalam memori kluster-anak nya, yaitu Will dan klusternya), selain karena memori yang terwariskan dari ibu Sensate nya, Angelica juga ternyata mati di Chicago. Dari sinilah awal Will mulai sadar bahwa tidak hanya dia sendiri yang mengalami pengalaman janggal dan memori yang bahkan tidak dimilikinya. Dan untuk pertama kalinya, Will bertemu dengan Riley dan secara sadar, mereka saling melakukan Visiting, dan tumbuh pula benih-benih asmara antara keduanya ❤.

🔵 Riley Blue

Riley Gunnarsdottir (the woman), lagi digangguin Puck (the man), Sensate dari kluster lain

Riley Blue (diperankan Tuppence Middleton) adalah seorang DJ berkebangsaan Islandia, namun menetap di London, Inggris. Kehidupan Riley cukup liar, karena dia berteman dengan orang-orang yang menjual narkoba. Masalah timbul, ketika dia dan teman-temannya ingin mencoba DMT (silakan cari di internet ya, DMT ini menarik banget, katanya bisa ketemu Tuhan kalau pakai ini 😉). Ketika mereka sedang ‘berpesta’ terjadi pengkhianatan dan sebagainya, yang menyisakan 4 mayat di ruangan, kecuali Riley yang masih selamat dari adegan tembak-tembakan. Terkejut dan sangat ketakutan, Riley mengambil sisa narkoba beserta uang yang sangat banyak, dan pergi melarikan diri ke antah-berantah.

Hal yang menarik lagi pada Riley, dia itu seperti figur ‘ibu’ di kluster mereka, karena jika saya analisis, Riley adalah Sensate di klusternya yang bisa terkoneksi dengan cepat ke 7 orang lainnya walaupun secara tidak sengaja (kecuali Will yang sebelumnya sudah saling melakukan Visiting). Dia juga Sensate di klusternya yang paling potensial dan cepat menggunakan kemampuannya sebagai seorang Sensate. Selain itu, Riley merupakan satu-satunya orang di klusternya yang merupakan seorang ibu beneran, namun karena kecelakaan yang menimpanya, ia harus kehilangan anak dan suaminya.

🔵 Sun Bak

Sun Bak

Sun Bak (diperankan oleh Bae Doona) merupakan seorang business woman di Seoul, Korea Selatan, yang sangat hebat dalam bela diri. Sejak kecil, ia sudah ikut turnamen bela diri, dan sering memenangkannya. Masalah yang dialami Sun adalah perusahaan yang dipimpinnya dan adiknya, Joong Ki, mengalami penggelapan dana, yang mana dalangnya adalah Joong Ki. Tumbuh di keluarga yang kurang bahagia, Sun yang kurang disukai ayahnya sebagai seorang wanita tangguh, harus maju ke pers untuk menyelamatkan nama adiknya (coward and stupid brother of hers). Keputusan menyedihkan ini mengakibatkan Sun harus masuk penjara atas kasus tersebut. Tak cukup sampai disitu, kehidupannya di penjara yang sengsara akan dimulai ketika Joong Ki mencelakakan ayah mereka (diceritakan bahwa ayah mereka akhirnya sadar bahwa Joong Ki lah yang harusnya dipenjara, bukan Sun. Karena keputusan ayah mereka tersebut, Joong Ki mencelakakan sang ayah, karena dia tidak mau masuk penjara). Namun, saat Joong Ki mengunjungi Sun dipenjara, Joong Ki ‘mengatakan’ bahwa ayah mereka mencoba bunuh diri. Tapi, deep down in Sun’s heart, dia tahu bahwa Joong Ki berbohong. Dan karena Joong Ki ketahuan berbohong oleh kakaknya, dan Joong Ki takut, mulailah Joong Ki mengirimi pembunuh bayaran ke penjara untuk membunuh Sun. Di sinilah Sun mulai melakukan kontak dengan klusternya untuk meminta pertolongan.

🔵 Wolfgang Bogdanow

Wolfie

Wolfgang Bogdanow (dibaca Bogdanov, diperankan oleh Max Riemelt) merupakan seorang pencuri + safecracker + lonely gangster yang hidup di Berlin, Jerman, bersama sahabatnya sejak kecil, Felix. Wolfgang kecil hidup dari keluarga yang sangat hancur, di mana sang ayah sangat abusif dan ibunya yang tidak dia ketahui (saya simpulkan seperti ini, karena sosok ibu yang Wolfgang ketahui tidaklah sama, — akan dijelaskan di Musim 2), dan pada akhirnya, dia membunuh ayahnya sendiri. Masalah yang dialami Wolfgang adalah masalah pembagian wilayah di Berlin yang setiap daerahnya dikuasai oleh crime-king yang berbeda (daerah masing-masing itu mereka sebut ‘Kingdom’). Karena pemimpin Bogdanow’s Kingdom, Sergei Bogdanow (paman Wolfgang) mati (dibunuh oleh Wolfgang), Kingdom tersebut kosong, dan di situlah kekacauan dimulai (lebih tepatnya saat Volker Bohm dan Sebastian Fuchs, other crime-kings bertemu dengan Wolfgang).

Wolfgang juga memiliki ketertarikan dengan Kala, satu klusternya, namun cinta mereka rumit 😣.

🔵 Nomi Marks

Nomi (in red) and her lovely girlfriend Amanita (in spotted)

Nomi Marks (diperankan oleh Jamie Clayton) merupakan seorang hactivist (hacker + activist) dan blogger yang sangat berpengaruh, tinggal di San Fransisco, California, bersama kekasihnya Amanita Caplan (Freema Agyeman, and soon-to-be wife). Yes, she is a lesbian. Tapi, tidak hanya itu, Nomi lahir sebagai Michael Marks, berjenis kelamin pria. Namun, sejak kecil, Nomi mengalami gender dysphoria yang pada akhirnya memilih untuk menjadi transgender woman. Pada saat parade Pride, Nomi jatuh dari motor (yang sedang dikendarai Amanita) akibat pingsan, dan itu dikarenakan dia melakukan kontak (eye-contact) dengan Jonas secara tidak sengaja (ini diceritakan di awal Musim 1, saat Jonas mencoba untuk menghubungi semua Sensate kluster Nomi). Setelah sadar dari pingsannya, Nomi tersadar di rumah sakit, ditemani ibunya yang menjengkelkan (ibunya tidak pernah menyukai Nomi sebagai wanita) dan adiknya, Teagan.

Keterkejutan Nomi tidak sampai di situ, Dr. Metzger yang menangani Nomi memberikan diagnosis kepada Nomi bahwa dia menderia UFLS dan harus segera dioperasi. Nomi jelas tidak mau dioperasi, namun ibunya telah menandatangani kesepakatan operasi tersebut. Akibat pemberontakan Nomi, perawat dan Dr. Metzger mengurung dan mengikat Nomi di tempat tidur dan ruangannya. Jonas juga sempat melakukan Visiting dengan Nomi untuk pertama kalinya, dan menyuruh Nomi untuk segera keluar dari rumah sakit.
(UFLS sudah saya deskripsikan di atas, dan diceritakan bahwa operasi yang akan dilakukan kepada Nomi adalah Lobotomi (silakan cari di G00gle), dan efek dari lobotomi adalah kehilangan kesadaran mental dan kehilangan kepribadian, a.k.a. become Zombie).

Jonas yang telah melakukan kontak kepada Nomi, meminta pertolongan Will untuk menolong Nomi, karena dia akan dilobotomi, dan jika dia berhasil dilobotomi, maka Nomi akan sama dengan mati (mereka akan kehilangan member kluster mereka). Dengan melakukan Sharing + Visiting, Will berhasil membantu Nomi keluar dari rumah sakit. Dan itu menjadi awal masalah Nomi karena dia (dan Amanita) diburu oleh polisi dan juga Whispers beserta BPO (dan juga Agen Bendix dari FBI, karena Nomi meretas identitas Dr. Metzger).

🔵 Lito Rodriguez

Daniella, Hernando, and Lito (the 3 musketeers)

Lito Rodriguez (diperankan oleh Miguel Silvestre) merupakan aktor terkenal yang tinggal di Mexico City, Mexico. Dia tinggal bersama kekasihnya, Hernando Fuentes (Alfonso Herrera). And yes, he’s a gay. Sudah bisa membayangkan betawa diverse-nya film ini? Bedanya, dengan Nomi (selain jenis kelamin dan ketertarikan terhadap lawan jenis), Lito sangat menjaga dan menutupi privasinya sebagai seorang homoseksual. Identitasnya ini terkuak pertama kali oleh rekan sesama aktor-nya, Daniela (Eréndira Ibarra), turned out, Daniela yang ‘gatel’ banget ke Lito ternyata mendukung hubungan Lito dan Hernando, dan pada akhirnya mereka bertiga menjadi sahabat. Masalah yang dialami Lito adalah ketika mantan pacar Dani, Joaquin, seorang pria kaya yang abusive dan terobsesi kepada Dani, mengetahui rahasia Lito dan menyebarkan foto-foto Lito+Hernando ke publik (diceritakan bahwa Dani memang sedang berusaha lari dari Joaquin, dengan tinggal bersama Lito dan Hernando, namun karena Lito berhasil membuat Joaqin babak belur — tentunya dengan bantuan Wolfgang, dan berhasil menyelamatkan Dani, Joaquin pun menyebarkan identitas Lito ke publik). Akibat cacian dari para homophobics yang menyerang Lito (apalagi karena dia seorang public figure), dia mulai stres dan karirnya runtuh. Dengan bantuan kekasihnya, Hernando, dan Daniela yang sangat berutang budi kepada Lito, mereka bertiga mulai mencari solusi untuk membangun kembali karir Lito.

🔵 Capheus Onyango

Capheus: diperankan oleh Aml Ameen (kiri, Season 1) dan Toby Onwumere (kanan, Season 2)

Karakter Capheus diperankan oleh dua aktor yang berbeda di musim yang berbeda. Di musim 1, Capheus diperankan oleh Aml Ameen, sedangkan di musim 2, Toby Onwumere menjadi pemeran Capheus. Capheus sendiri merupakan seorang Sensate yang tinggal Nairobi, Kenya. Dia bekerja sebagai supir bus travel bersama sahabatnya, Jela (Paul Ogola). Mereka menamai bus tersebut sebagai Van Damn (mereka berdua merupakan penggemar berat Jean-Claude Van Damme). Di musim 1, Capheus memiliki masalah ketika dia mulai membela diri dari kekuasaan semena-mena Superpower, geng berandalan di kotanya. Dengan bantuan Sun melawan geng tersebut, seorang konglomerat + crime lord Nairobi, Silas Kabaka, melirik kemampuan Capheus tersebut, dan mulai mempekerjakan Capheus untuk mengantarkan anak Silas ke tempat pengobatan (anak Silas menderita Leuikemia), untuk menghindari musuh/pesaing Silas. Upah yang diterima Capheus adalah obat AIDS yang dapat menolong ibu Capheus, sebab di Nairobi, hanya Silas yang menjual obat yang berkualitas baik. Hubungan bos-karyawan yang mereka jalani tumbuh menjadi persahabatan, ketika Capheus (dengan bantuan Sun) berhasil menyelamatkan Silas yang ditangkap geng Superpower.

Musim 2 berlanjut dengan masalah yang berbeda. Capheus masuk ke dalam pusaran politik Nairobi akibat kondisi kehidupan di kampungnya yang kurang diperhatikan oleh pemerintah lokal pada saat itu. Akibat wawancara yang dilakukan bersama Zakia, seorang reporter, Capheus yang memiliki kemampuan public speaking yang menakjubkan (ditambah, bantuan klusternya), partai lokal daerahnya mulai meminta pertolongan Capheus untuk mencalonkan diri sebagai perwakilan.

🔵 Kala Dandekar

Ny. Kala Rasal

Yang terakhir di kluster ini (dan yang menurut saya paling gorgeous), Kala Dandekar (diperankan oleh Tina Desai), merupakan seorang apoteker (ahli obat, dan juga dia orang yang paling cerdas secara saintifik di klusternya) yang bekerja di perusahaan farmasi di Mumbai, India. Dia juga lahir dan besar di sana. Dia dijodohkan dengan Rajan Rasal (Purab Kohli), CEO dari perusahaan tempat Kala bekerja. Kala sebenarnya tidak cinta (belum merasa cinta? i don’t know) kepada Rajan, namun semakin hari, waktu pernikahan mereka semakin dekat. Kala tidak berani untuk mengatakan apa yang ia rasakan kepada calon suaminya itu. Kala diceritakan juga sebagai seseorang yang taat agama. Dia sering beribadah ke kuil, dan curhat kepada Ganesha tentang apa yang dia rasakan dan ketidakyakinan yang berputar di pikirannya. Momen-momen tersebut secara tidak sengaja mempertemukan dia dengan Wolfgang, dan mereka mulai melakukan komunikasi. Lambat laun, Kala semakin tidak yakin dengan perasaannya namun hari pernikahannya sudah di depan mata.

Masalah yang dialami Kala ini berporos di Musim 1. Di Musim 2, Kala pada akhirnya menikah dengan Rajan, namun dia disaat yang bersamaan, dia juga cinta kepada Wolfgang. Kebingungan inilah yang dialami Kala, untuk bagaimana memberi tahu suaminya, bahwa ia mencintai 2 pria.

My Humble Thoughts About this Masterpiece

I really confuse how to tell you, guys, how this series, for me, is amazing. Saya menyukai buku/novel atau film yang memiliki genre sci-fi, fantasy, dan mystery, misalnya serial novel Supernova karangan Dee Lestari yang menurut saya sangat fenomenal dan mind-blowing. Begitu pun serial Sense8. Film ini begitu fantastis dan imajinatif (idenya) namun juga cukup saintifik untuk membuat penonton paham dan menerima pengetahuan yang disampaikan. Sense8 mengangkat topik yang secara global tergolong sensitif, antara lain: LGBT, feminisme, perbedaan ras, kepemimpinan demokrasi yang jelek, pelencengan tujuan organisasi besar, dan banyak lagi yang lebih spesifik. Jadi, himbauan untuk para pembaca sekalian yang tidak suka subjek tersebut, agar lebih mempertimbangkan diri untuk menontonnya. NAMUN, saya pikir Anda akan lebih menyesal apabila tidak ‘coba’ untuk menontonnya 😉✌ Please be wise.

Tujuan utama dari kluster ini (yang dipimpin oleh Will) adalah melawan Whispers bersama BPO, yang akan selalu memburu para Sensate. Walaupun secara terpisah setiap Sensate memiliki masalah tersendiri, namun apabila satu Sensate memiliki masalah, Sensate lain akan datang jika dibutuhkan ataupun tidak dibutuhkan. Musim 1 berisi perkenalan tokoh, termasuk pembangunan konflik antara Sensates dan Whispers, dan perkenalan masalah setiap tokoh. Musim 2 berisi solusi masalah untuk beberapa tokoh, dan solusi kluster untuk melawan Whispers dan BPO. Musim 1 menurut saya dieksekusi dengan sangat baik, dan musim 2 lebih baik lagi. Di setiap episode akan ada informasi penting yang terkuak bersama dengan berjalannya ‘petualangan’ setiap tokoh, dan juga akan muncul misteri atau masalah baru yang akan membuat penonton (paling tidak, saya) ingin sekali binge watching. Setiap tokoh juga memiliki hal keren masing-masing, misal Wolfgang dan Sun pasti tentang bela diri, aksi, dan pertengkaran, kalau Nomi, pasti tentang hacking, Riley dan Will (di Musim 2) akan fokus untuk mengejar Whispers, dan lain sebagainya.

“We should end this,”

Saya pribadi sangat suka ketika antar-Sensate melakukan Visiting/Sharing yang melibatkan kemampuan Sensate lain. Misal, pada saat Riley butuh masukan, Sun datang. Atau pada saat Lito tidak bisa melawan Joaquin, Wolfgang datang. Koneksi antara para Sensate di kluster itu seperti saudara, bahkan lebih. Seperti diri sendiri, kepribadian lain di diri kita, yang menolong kita disaat butuh. Lebih hebatnya lagi (di mata para penonton), ketika mereka datang (atau Visiting ke Sensate lain), mereka pindah negara (bayangkan bagaimana sutradaranya mengatur plot itu agar bisa sebaik itu, dan pastinya mereka shoot di berbagai kota dan negara). Di satu sisi, hal itu seperti magic, seperti film fantasi yang tokohnya bisa melakukan teleportasi, namun di sisi lain, hal itu seperti hal normal yang masih belum kita rasakan (karena Homo sapiens belum berevolusi) dan kita hanya tinggal menunggu saja, mungkin puluhan atau ratusan tahun ke depan.
Kemudian, kedelapan tokoh utama yang memiliki masalah tersendiri, dibahas dengan baik di film, dan film ini sekali lagi, memang benar-benar menekankan bahwa tidak ada manusia yang ditakdirkan untuk sendiri. Jika kita ditolong orang lain, maka suatu waktu kita harus menolong orang lain yang butuh pertolongan. Kira-kira begitu. Karena satu kluster memiliki pikiran dan perasaan yang terkoneksi, mereka bisa sama-sama sedih, atau sama-sama senang. Ketika sama-sama sedih, mereka akan saling membantu atau memberikan pandangan dan nasihat. Serunya, ketika mereka sama-sama senang, misal satu Sensate sedang berpesta, klusternya bisa ikut dengan melakukan Visiting (contoh, ketika Lito berada di Sao Paulo, Brazil, untuk merayakan pride dan juga memberanikan dirinya untuk memberikan kebenaran tentang identitasnya ke dunia, klusternya ikut di sana dan mereka berpesta dan bersenang-senang).

Isolated Above, Connected Below

Satu hal yang paling menarik perhatian dari film ini adalah bahwa The Wachowskis membuat adegan pesta seks (orgy) di film ini (ada adegan dimana Sensate melakukan seks dengan cara Visiting, bisa dibayangkan tidak? 🤣 Jadi, mereka tidak benar-benar seks, namun, mereka berbagi sensasi. Misal, saat Nomi dan Amanita melakukan seks, secara mental, klusternya akan mengalami kepuasan seksual pula, secara fiktif (dari sudut pandang mereka) seperti itu, namun yang penonton akan lihat di filmnya, mereka akan melakukan seks secara beramai-ramai, namun tidak akan terlalu eksplisit, lebih ke saling kontak tubuh aja. Pokoknya mereka shoot nya secara estetik lah, karena tujuannya seperti itu) dan menurut mereka seks adalah seni, sehingga …. ya, begitulah. Silakan lihat sendiri filmnya, susah saya ngejelasinnya 😂. And they also, sometimes, are naked. So, once again, please be wise.

“bring it, bitch”

Setiap episodenya minimal memiliki durasi sekitar 55 menit, dan saya sendiri tidak pernah merasa durasi itu lama, saking serunya. Untuk 2 atau 3 episode, khususnya episode awal dan akhir, durasinya bisa memakan waktu sekitar 1 jam atau bahkan 2 jam lebih. Ada episode spesial, yaitu episode 1 musim 2, “Happy Fuck*ng New Year”. Tidak benar-benar spesial sih, karena itu juga awal cerita untuk musim 2, tapi durasinya 2 jam lebih.

Other Than That, …

Netflix menghentikan (cancelled) produksi film ini, karena pembuatan film ini memakan biaya yang sangaat mahal (apabila dibandingkan dengan jumlah penontonnya yang sedikit). Saja juga heran kenapa penontonnya sangat sedikit. Jadi, hanya ada 2 seasons, tidak banyak-banyak, dan untungnya musim ke-2 memang final (tapi masih ada beberapa tokoh yang masalahnya belum kelar). Saya sangat merekomendasikan Anda untuk menonton film ini, terutama yang suka genre sci-fi, fantasy, mystery, dan drama, tapi juga ‘tahan’ untuk melihat topik sensitif yang menjadi latar suasana film (seperti yang sudah saya singgung).

Other than that, saya sangat puas telah berbagi pengalaman saya menyaksikan film ini dengan tulisan yang sangat panjang ini, hehehe 😁✌. Jika Anda berpikir saya terlalu hype atau terlalu membesar-besarkan kehebatan film ini, silakan, karena bisa saja pengamatan dan taste kita sangat berbeda, namun memang saya sendiri sangat ingin menyaksikan film seperti ini sejak tahun 2016 lalu (sejak selesai menuntaskan serial novel Supernova). Selain karena memang film ini sangat liar (seks, nudisme, LGBT), kecerdasan cerita dari film ini sungguh memukau saya.

Untuk rating, saya beri:
10/10 ⭐
No hesitation

Dance, Cluster, DANCE!

Akhir tulisan, terima kasih banyak sudah meluangkan waktu untuk membaca ocehan saya. Saya sangat berharap para pembaca bisa berdiskusi dengan saya (silakan ya, di kolom komentar), dan jangan lupa untuk memberi Claps yang banyak, ya. Sampai jumpa di tulisan berikutnya 😁🙌

FUN FACT: Kalian tahu The Matrix? The ‘Keanu Reeves’ Matrix’? Saya baru tahu bahwa The Wachowskis-lah yang menyutradarai film fenomenal ini (Sampai film ke-3). Wow…

Sumber:
Foto saya ambil dari Google Images dan IMDB (https://www.imdb.com/title/tt2431438/?ref_=ttmi_tt)
Beberapa tulisan juga saya rangkum dari hasil membaca dari Wiki Fandom Sense8 (https://sense8.fandom.com/wiki/Sense8_Wiki)

--

--

Arnold Sianturi

i love doggos, i love chocolate drinks and coffee, i love horror/mystery/psychological thriller movies, i love sleeping, i love music, i love thinking much.