Kapan mau mulai menuntut ilmu, Saudaraku?

Astari Khairani (Rani)
4 min readOct 23, 2020

--

Long time ago when i was still young, I thought islam was just about shalat, fast in the ramadhan, sadaqah and being a good person. As long as i’m a good person, i’m a muslim. I learned about my religion was purely only at school. I knew nothing about my religion. When I was asked about the meaning of Laa Illa Ha Illallah, i translated it into the meaning i’ve been taught at school, “Tidak ada Tuhan selain Allah.” while the real meaning is “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah.” Time to time, i grow up and i realize after all this time I know NOTHING about my religion. Literally NOTHING. I did shalat, but the way i did it was wrong. I did fast in the ramadhan, but the way I did it was wrong. I did sadaqah, but the way I did it was wrong. Then, I realize how important it is to seek the knowledge of my own religion.

Terkadang, kita sebagai manusia sudah merasa cukup, apalagi kalau berkaitan dengan agama. Ucapannya “Selama kita muslim, kita akan masuk surga”, “Selama kita shalat, kita masuk surga.” Padahal surga adalah suatu hal mahal yang dijanjikan Allah. Yang mendapatkannya bukan hanya sebatas “gue sudah shalat.”

Melakukan amalan juga ada ilmunya. Dan ilmu tersebut di dapat dengan MENUNTUT ILMU. Dan menuntut ilmu (agama) wajib untuk setiap orang muslim.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah)

Dan terlebih lagi kita hidup bukan hanya sekedar hidup, melainkan hidup ini untuk menyembah Allah semata. Bagaimana kita mau mencapai tujuan hidup kita sedangkan ilmu untuk menyembah Allah saja tidak ada?

Aku gak ada waktu untuk belajar ilmu agama jadi pelajaran agama yang di sekolah sudah cukup

Waktu yang diberikan Allah kepada setiap manusia nya sama. 24 jam. Dari zaman Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam hingga sekarang, waktu masih tetap 24 jam. Tidak berubah. Teringat perkataan Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri Hafizhahullah dalam kajiannya bahwa Rasul yang dulu seorang Nabi dan Rasul Allah, seorang pemerintah, seorang pemimpin keluarga yang beristri 9, pemimpin anggota perang, jihad sana dan sini, beliau masih menimba ilmu pada Jibril. Sedangkan kita yang cuma pegawai kantoran / pelajar, gak ada perang, istri / suami yang cuma 1 atau bahkan masih sendiri, masa iya gak ada waktu untuk belajar? Padahal waktu yang Allah berikan ke Nabi dan kita sama-sama 24 jam. Begitu lah kira-kira perkataan beliau.

Lagipula, menuntut ilmu, mendengar kajian, tidak sampai 7 jam macam belajar di sekolah atau kerja kantoran. Paling lama 2 jam dan selesai. Selebihnya kita yang murajaah sendiri.

Aku masih bodoh dalam agama. Malu

Justru kita belajar supaya kita tidak bodoh. Supaya kita tidak terjerumus dalam ajaran-ajaran liberal yang subhanallah syubhatnya besar. Jadi buat apa malu? Toh kita sama-sama belajar.

Bosan mendengar kajian

Melakukan kebaikan itu di awal memang terasa berat dan bosan. Semua akan biasa ketika terbiasa.

Apalagi, menuntut ilmu itu adalah kemudahan bagi kita untuk menuju surga

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim no. 7028)

Padahal kita yang butuh ilmu tapi dikasihnya surga. Mashaa Allah. Belum lagi ampunan yang diminta oleh segala sesuatu, baik langit maupun di bumi, untuk orang yang menuntut ilmu -agama-:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صاحب العلم يستغفر له كل شيء حتى الحوت في البحر

“Segala sesuatu memintakan ampun bagi ahlul ilmi, sampai-sampai ikan di lautan.” (HR. Abu Ya’la. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Al-Jaami’ Ash-Shaghir no. 7201)

Terlalu banyak manfaat kita mempelajari ilmu agama ini. Kita jadi lebih paham mana halal dan mana haram. Kita jadi lebih paham mana sunnah dan mana bid’ah. Kita jadi lebih paham mana wajib dan mana makruh. Kita juga semakin dekat dengan Sang Pencipta dan Rasul Nya.

Jika menuntut ilmu agama diwajibkan, kita tidak perlu menuntut ilmu lainnya?

Islam itu sangat mementingkan kedudukan ilmu. Kau bisa lihat bagaimana keutamaan orang yang belajar ilmu agama dimudahkan surga oleh Allah yang kenikmatannya melebihi kenikmatan dunia.

Tentu kita boleh mempelajari ilmu duniawi, jika digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Jika kita menggunakan hal tersebut untuk kebaikan, maka ilmu tersebut baik dan kebalikannya, jika ilmu tersebut kita gunakan untuk keburukan, maka ilmu tersebut buruk.

Namun, jika ilmu duniawi kita digabung dengan ilmu agama, inshaa Allah ilmu tersebut akan jauh lebih berkah.

  • Kita butuh karyawan yang jujur dan kejujuran tersebut di dapat dari menuntut ilmu
  • Kita butuh polisi yang amanah dan amanah tersebut di dapat dari menuntut ilmu
  • Kita butuh dokter yang bertauhid dan bertauhid juga membutuhkan ilmu.
  • Dsb.

Bayangkan saja jika kaum muslim menuntut ilmu agama, mereka menjadi paham bohong itu dosa, korupsi dosa, dan bayangkan apa yang terjadi pada kaum tersebut ketika mereka melakukan amanah mereka.

Sebagai penutup,

Saya bukan orang alim. Saya masih bodoh. Masih banyak hal-hal yang saya tidak ketahui. Ilmu saya masih cetek. Namun saya ingin membagikan kebaikan walau hanya sebiji zarah. Walau hanya tulisan kecil sederhana ini. Saya tidak mau menuntut ilmu sendirian jadi mari kita menuntut ilmu bersama-sama. Jadi, kapan mau mulai menuntut ilmu -agama-, saudaraku?

Kesalahan dalam tulisan saya adalah dari diri sendiri. Kebaikan dalam tulisan saya datangnya dari Allah yang memudahkan jari jemari ini mengetik hal-hal tersebut.

Wallahu’alam.

--

--