— The moon and star.

bibbiuluver
4 min readJul 14, 2023

Semilir angin malam berhembus perlahan, menyejukkan. Walaupun memang sedikit menembus baju tebal yang digunakan oleh dua anak adam yang tengah duduk diam bersampingan di balkon beralaskan sofa yang memang tersedia disana.

Cerahnya malam sungguh sangat memukau, bulan dan bintang bersinar terang seolah ikut andil dalam kecerian seseorang di ujung sana yang tengah gembira dengan hal singkat.

“Gue nitip jasa bingkis sih sebenarnya.”

“Wah curang banget lo Ta, parah.” komentar Nathan. Pantas saja ketika dia berada disana tidak melihat Atlanta yang tengah membingkis hadiah, melainkan sedang duduk tenang menyantap makanan ringan.

“Ya lagian sulit banget lah, buat bucket gak semudah itu ya.”

“Sama aja, curang wuuhh.” Nathan malah meledek pemuda manis itu yang langsung membuat sang empu mengerucutkan bibirnya kesal.

Oh, gemasnya.

Suara kriuk yang berasal dari chips yang tengah Atlanta kunyah memecahkan keheningan malam tersebut. Atlanta itu duduk diam saja pasti akan menggemaskan dimata Nathan, seperti sekarang.

Pemuda tampan yang tengah memakai hoodie nya itu menatap lekat wajah menggemaskan Atlanta yang tengah mengunyah chips nya. Berusaha menahan diri agar tidak mencubit pipi gembulnya.

“Nath?”

Nathan membalas dengan deheman pelan, tidak menatap Atlanta karena kali ini ada sesuatu yang menarik perhatiannya selain Atlanta.

“Langit nya bagus ya?”

“Iya, cantik kayak lo.”

“Sial.”

Nathan terkekeh mendengar umpatan Atlanta yang terdengar menggemaskan di indra pendengarannya.

Mata kedua anak itu sama-sama menatap langit malam yang di penuhi oleh taburan bintang, juga terang nya bulan yang menambah keindahan langit malam tersebut.

“Menurut lo, yang paling bersinar bintang yang mana?”

Pertanyaan Atlanta mengalihkan pandangan Nathan dari yang melihat bulan kemudian menatap pemuda manis itu. Masih dengan acara memakan snacknya, sekarang Nathan tahu jika Atlanta suka makan, tapi bukan nasi, namun makanan ringan. Sebab daritadi mulutnya tidak berhenti mengunyah.

“Menurut gue sih… semuanya bersinar.” jawab Nathan, kembali menatap langit.

“Bulan juga terang banget.” Nathan mengamati serius langit malam, menyipitkan matanya yang memang minus sedikit.

“Ada yang lebih bersinar dari bulan sama bintang.”

Pemuda manis yang duduk dipinggirnya berpikir sebentar, kali ini dirinya yang serius menatap langit, meneliti dan mengabsen satu-satu bintang yang mungkin lebih terang dari yang dia kira.

“Nggak ada yang lebih terang dari bulan deh perasaan?”

Nathan mengangguk setuju dengan jawaban Atlanta, “Yakan yang lebih bersinar ada disini, dipinggir gue.”

Kunyahan Atlanta berhenti seketika. Netra hitamnya beradu dengan mata tajam pemuda tampan disampingnya. Dunia seakan berhenti sekejab sebelum dirinya merasakan pipi yang kini mulai memanas akibat perkataan Nathan selanjutnya.

You shine brighter. My eyes fixed on the minus sky, cuma lo yang jelas.”

Mengedipkan mata berkali-kali dan berusaha menetralkan degup jantungnya, Atlanta sibuk sendiri. Sedangkan dengan Nathan, dia sudah mengira Atlanta pasti akan memerah maka tawaan geli ia keluarkan.

“Gak usah ketawa deh lo.” ucap Atlanta kesal hendak menoyor Nathan.

Nathan berhenti tertawa secara perlahan, pikirannya tiba-tiba melayang pada ujian yang akan diadakan satu bulan kedepan, yang artinya dirinya akan keluar dari sekolah dan membuat kehidupan baru di Universitas-nya.

Lebih kepikiran lagi dia harus menjadikan Atlanta sebagai kekasihnya kapan. Harus menunggu lagi waktu yang lebih tepat.

“Sebulan lagi gue ujian.”

“Tau, terus langsung camping kan buat terakhiran sesama angkatan?” Atlanta merapatkan hoodie kebesarannya tatkala merasa udara lebih dingin.

“Loh? Camping? Kok gue gak tau?”

Wajah panik Atlanta terlihat oleh Nathan, dia tahu Atlanta pasti keceplosan. “Ihh anjir jangan bilang siapa-siapa mau camping! Ini masih rencana anak osis sama Kak Viona alumni ketos kemarin.” Atlanta menyolot sambil bergerak panik.

Nathan tertawa pelan, siapa pula yang akan memberitahu kepada semua orang jika sesudah ujian nanti langsung camping. Yang dia tahu bahwa biasanya sesudah ujian itu study tour, tetapi ini malah camping?

“Kenapa gak liburan aja? Camping ribet, pasti harus belajar lagi.”

Atlanta mendelik tajam. “Dih, sotoy. Camping juga berasa liburan kok, enak loh di tengah hutan sambil quality time bareng temen sebelum pada pisah.”

Study tour kan angkatan lo udah kemarin pas pertama masuk kelas dua belas, nah camping belum. Jadi terima aja gausah ngatur!” potong Atlanta cepat ketika melihat Nathan akan membuka suara lagi seolah tau apa yang akan diucapkan.

Mulut yang masih membuka ingin mengeluarkan suara tertutup kembali, kepala Nathan mengangguk-angguk mengerti. “Iya, tapi lo ikut kan?”

Wajah Atlanta berhadapan dengan Nathan, kedua pemuda itu lama menatap tidak mengatakan sepatah kata pun karena sibuk memuji satu sama lain. Hingga panggil Nathan membuatnya tersadar.

“Eh, gue… gue gak ikut.”

“Lah kenapa?”

“Ya lo mikir aja bambang, lo camping gue ujian.”

Nathan meng-oh saja. Jadi dia tidak bisa bersama pemuda itu saat camping nanti? Yang dia tahu bahwa osis pasti akan mengikuti kegiatan apapun yang diadakan di sekolah.

“Ini acara kelas 12 bukan acara sekolah. Gak usah harap gue ikut.” kata Atlanta selanjutnya seolah tahu pikiran Nathan.

Nathan hanya bisa mencebik kesal, dia ingin marah pada kepala sekolah. Haruskah mengobrol dan membiarkan para osis terutama ketosnya ikut?

by bibbiuluver

--

--