Yuk, Berkenalan Dengan Kelomang Si Pertapa!
Sumber Gambar: National Geographic
Teman-teman! Pasti sudah tidak asing dengan kelomang, umang-umang, atau hermit crab, ‘kan? Biasanya jika tidak ditemui di pantai, kita akan menjumpai mereka di penjual yang ada di sekolah SD. Masih satu kerabat dengan kepiting, kelomang terkadang disebut hermit crab atau kepiting pertapa, karena hidupnya gemar bepergian dengan membawa rumahnya.
Hewan yang bernapas dengan insang ini ada yang hidup di darat dan di air, lho! Yup, meskipun hidup di darat, mereka tetap bernapas dengan insang. Insang tersebut sudah termodifikasi sehingga memanfaatkan kelembapan udara di sekitarnya. Jika kelomang darat terlalu lama di air, justru mereka bisa mati lemas. Meski begitu, mereka tetap memerlukan air untuk membasahi tubuh mereka dan juga untuk minum dengan menggunakan sepit. Untuk kelomang darat, cara mereka minum adalah dengan mencelupkan sepitnya ke dalam air, kemudian menjatuhkan tetesan air ke mulut mereka. Sepit adalah kaki bagian depan kelomang yang berukuran besar.
Biasanya, orang-orang membeli kelomang karena tertarik dengan cangkangnya yang cantik. Padahal, cangkang yang ada pada tubuh kelomang bukanlah bagian dari tubuh mereka, lho! Kelomang memanfaatkan cangkang dari cangkang siput laut yang sudah tidak terpakai. Cangkang ini mereka gunakan untuk melindungi bagian tubuh mereka yang lunak dan mudah terluka, disebut abdomen atau perut. Abdomen memiliki ujung yang lengkung dan lentur, sehingga dapat mengikuti bentuk cangkang siput.
Karena cangkangnya bukan bagian dari tubuhnya, jadi saat kelomang bertumbuh besar, mereka harus mencari cangkang baru yang sesuai dengan ukuran tubuhnya.
Pertama, kelomang akan mengalami pergantian kerangka atau molting. Saat itu, mereka akan meninggalkan cangkang dan menguburkan diri ke dasar laut atau pasir basah. Mereka akan memakan eksoskeleton untuk keperluan kalsium dan mengubur diri di dalam pasir sekitar 10–30 hari sampai eksoskeleton barunya mengeras. Pergantian kerangka ini rata-rata terjadi 18 bulan sekali, bahkan ada juga yang lebih sering. Jadi jika ada kelomang yang sedang mengubur diri, jangan diganggu ya! Karena pada saat itu, mereka juga akan mengalami stres, bahkan tidak jarang akan mati.
Sumber Gambar: MangroveMagz.com
Sayangnya yang sekarang biasa dijual oleh si penjual adalah kelomang yang cangkangnya sudah diberi cat dan dihias. Hal ini sangat membahayakan kelomang karena cat akan menutup pori-pori yang ada pada cangkang, sehingga membuat kelomang tidak mendapat kelembapan yang cukup dan terkena dehidrasi, serta risiko keracunan. Kelomang memang seharusnya berada di tempat yang lembap, ia tidak tahan dengan udara panas. Itulah sebabnya jika kita meniup udara pada kelomang, kelomang akan keluar karena hawa panasnya. Bukan karena mulut kita bau ya, hehehe. Selain itu, kelomang juga sangat diperlukan untuk ekosistem pantai atau mangrove. Hewan nokturnal yang juga merupakan omnivora ini bisa memakan plankton, buah, alga, ikan kecil, udang, sampai bangkai hewan. Karena itulah dengan adanya kelomang, lingkungan di sana bisa bersih.
Untuk mendapatkan cangkang baru yang sesuai, kelomang akan mengukur cangkang barunya menggunakan sepit. Namun tidak jarang juga kelomang harus bertarung dengan kelomang lain untuk mendapatkannya. Tidak hanya berebut cangkang kosong saja, kelomang bisa mengusir kelomang lain yang ada di dalam cangkang, bahkan sampai membunuh dan memakan sesamanya. Wah, wah, wah… Apa kelomang itu jahat? Sayangnya, begitulah apa yang disebut dengan seleksi alam; dia yang kuat, dialah yang bertahan. Pencarian cangkang ini berlangsung seumur hidupnya, rata-rata umur kelomang di alam liar bisa sampai 30 tahun dan 20 tahun atau kurang jika dipelihara manusia.
Namun jika tidak ada cangkang, kelomang bisa memanfaatkan botol atau benda lainnya yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Intinya, yang paling penting adalah melindungi abdomennya. Jika tidak ada cangkang, mereka akan berjalan mundur dan menjauhi musuh sambil menyembunyikan abdomennya. Atau pada kelomang laut, mereka akan menjalin simbiosis mutualisme dengan anemon laut. Caranya, kelomang akan membawa anemon di atas cangkangnya. Anemon memiliki tentakel panjang dan terurai mirip bunga, mengandung sengat beracun. Ia akan membantu kelomang untuk menyamar di batu karang, sementara anemon mendapat tumpangan untuk pergi ke wilayah baru dan mendapat sisa makanan dari kelomang.
Kelomang yang tidak memiliki cangkang, memanfaatkan apa yang ada. Sumber Gambar: finanuneno.blogspot.com
Simbiosis mutualisme antara kelomang dan anemon laut. Sumber Gambar: SeaFocus.com
Selain digunakan untuk mengukur cangkang, fungsi utama sepit adalah untuk melindungi diri, menangkap mangsa, dan merobek makanannya. Saat merasa terancam, kelomang akan masuk ke dalam cangkang dan menutupnya dengan sepit. Pasti kalian bisa membayangkan posisinya, ‘kan?
Tubuh kelomang terbagi menjadi dua, yakni abdomen yang lunak dan cephalothorax, gabungan kepala dan dada yang dilindungi oleh perisai yang disebut karapaks.
Mata kelomang merupakan mata majemuk yang tersusun atas beberapa lensa kecil, sehingga dapat mengetahui gerakan makhluk hidup di sekitarnya. Mereka juga memiliki antena yang sensitif untuk mencari makan. Mulut kelomang dilengkapi rambut halus yang disebut setae, dapat digunakan untuk mencari makanan di dalam pasir atau lumpur.
Untuk kaki, mereka memiliki lima pasang. Selain sepit, ada dua pasang kaki di belakang yang digunakan untuk berjalan. Lalu ada sepasang kaki kecil yang digunakan untuk bergerak masuk keluar cangkang. Satu pasang kaki lagi, digunakan untuk membersihkan insang dan kotoran pada cangkang.
Cara membedakan kelomang jantan dan betina cukup sulit karena tidak terlalu terlihat, salah satunya dengan melihat alat kelamin. Betina memiliki alat kelamin yang disebut gonopore, letaknya di bawah pasang kaki ketiga. Jika tidak ada gonopore, berarti kelomang itu berjenis kelamin jantan.
Di musim kawin, betina akan mengeluarkan bau khusus untuk menarik perhatian jantan. Jika ada lebih dari satu jantan yang mendatangi, para kelomang jantan akan bertarung dan yang menang akan mengawini si betina. Setelahnya, kelomang jantan akan memegang cangkang kelomang betina, terus membawanya sampai mereka siap kawin dan bertelur. Saat kawin, kelomang jantan memeluk kelomang betina sambil mengeluarkan sperma hingga terjadilah pembuahan. Telur yang sudah dibuahi disimpan di dalam pleopod, bagian yang menyerupai bulu dan terletak di sisi abdomen. Ini digunakan untuk menyimpan telur sehingga pleopod hanya dimiliki betina. Kelomang betina yang berukuran kecil bisa bertelur sampai 1.000, sementara yang besar sampai 50.000. Biasanya kelomang besar bisa berukuran sampai setelapak tangan orang dewasa.
Kelomang besar (Sumber Gambar)
Baik kelomang darat maupun air, semuanya perlu berkembang biak di laut. Prosesnya, larva kelomang akan bergerak-gerak untuk memecah kulit telur kemudian melayang-layang di air. Di tahap pertama, kelomang akan berbentuk Zoea. Berukuran kecil dengan ekor panjang, mata hitam, serta memiliki dua pasang kaki. Di tahap ini, mereka sudah tidak bersama induknya dan melewati seleksi alam. Jika selamat menjadi santapan predator, mereka akan menjadi Glaucothoe. Di tahap ini, mereka memakan plankton dan bentuknya sudah menyerupai kelomang dewasa. Mereka juga mulai mencari cangkang siput kecil. Sebelum akhirnya menjadi kelomang darat, mereka mengalami beberapa kali molting.
Kurang lebih, ada 1.110 jenis kelomang yang ada di dunia. Jenis yang bisa dipelihara berasal dari keluarga coenobitidae.
Berikut ini adalah beberapa jenis kelomang yang ada di Indonesia (Bisa klik tulisan untuk menuju ke sumber gambar, ya!):
Kelomang Ungu Bersepit Gemuk (Coenobita brevimanus)
Kelomang Stroberi (Coenobita perlatus)
Kelomang Keriput (Coenobita rugosus)
Kelomang Ungu-Jingga (Coenobita violascens)
Kelomang Coklat (Coenobita cavipes)
Coenobita spinosus
Kelomang Blueberry (Coenobita lila)
Lucu-lucu, bukan? Tapi, jika kalian menemukan kelomang di pantai, jangan diambil, ya! Baik kelomang maupun cangkangnya saja. Bagaimana pun, mereka yang akan menjaga ekosistem di sana. Cangkangnya pun masih dibutuhkan kelomang lain sebagai rumah. Kasihan ‘kan, kalau rumahnya kita ambil? Jangan sampai kita melihat kelomang dengan cangkang tutup botol karena mereka tidak punya rumah.
Biarpun banyaknya pemeliharaan kelomang, tidak dianjurkan untuk dipelihara karena mereka tidak bisa berkembangbiak jika bukan di habitat aslinya, teman-teman.
Jika kalian menemukan penjual kelomang dengan cangkang yang dihias, segera selamatkan mereka dengan memberikan cangkang yang baru, yang belum dicat tentunya. Yuk, kita jaga kelestariannya!
Sumber :
1. Mahariesti, Dinda. 2009. Kelomang dan Cangkang Siputnya. Jakarta: Penerbit Buana Cipta Pustaka.
2. Zakiah, Nena. 2019. “Ini 7 Fakta Unik Kelomang, Sering Diperjualbelikan dan Diperlihara, Nih!” <https://www.google.com/amp/s/www.idntimes.com/science/discovery/amp/nena-zakiah-1/kelomang-yang-serupa-keong> Diakses pada 03/08/2020.
3. Trans 7: Si Otan, Kisah Si Kelomang. 2018. <https://youtu.be/aWsqMfhMblk> Diakses pada 04/08/2020.
Ditulis oleh: aubizarre (August, 4th 2020)