Prospek Layer-2 After The Merge : Aurora Indonesia AMA Bersama Gun Gun Febrianza

Aurora Indonesia
4 min readNov 1, 2022

--

Di sesi kali ini, Aurora Indonesia mengundang Gun Gun Febrianza (Blockchain Architect dari Roxy Earth) untuk membahas bagaimana nasib dari Layer-2 Protokol setelah event The Merge dan bagaimana isu keamanan dari Web3 sendiri yang sangat rentan diretas oleh para hacker.

Pada awalnya Mas Gun bercerita tentang awal mula apa itu Blockchain, kejadian dimulai dari pertama kalinya Bitcoin hadir dan Satoshi Nakamoto berdiskusi dengan Adam Back. Mas Gun awalnya membaca whitepaper dari Satoshi dan membuatnya yakin mata uang yang sifatnya desentralisasi akan meledak kedepan. Kejadian tersebut pun terjadi dan saat ini sudah banyak aplikasi yang dibuat. Sebenarnya Bitcoin ada script, namun tidak selincah di Ethereum.

Apa perbedaan Layer-1, Layer-2 dan Layer Zero?

Sebenarnya perbedaannya ada di klasifikasinya. Sebelum muncul istilah layer zero, ada layer-1 seperti protokol-protokol yang memiliki fungsi dasar yang jelas seperti blockchain, peer-to-peer network, consensusnya apa, algoritmanya seperti apa. Lalu muncul istilah Layer-2 yang muncul untuk memecahkan masalah skalabilitas yaitu transaction congestion seperti yang terjadi di Ethereum sebagai alternatif.

Layer-2 dapat menjadi sebuah protokol yang pasti built-in diatas existing blockchain yang memproses transaksi secara off-chain dan dikembalikan lagi ke layer-1. Konsep yang dipakai adalah step channels yang dipakai oleh lightning network di Bitcoin, lalu ada sidechain seperti yang dikerjakan Liquid Bitcoin, selanjutnya ada Optimistic dsb.

Layer Zero muncul dan ramai setelah muncul project dari Polkadot. Layer zero itu semacam foundation architecture atau semacam communication bridge yang terhubung ke layer lain. Di Polkadot mereka memiki relay chain sehingga terhubung ke berbagai parachain.

Bagaimana Masa Depan EVM?

EVM sudah disindir oleh pengembang polkadot karena sudah dianggap terbelakang karena bakal diganti oleh Ethereum Webassembly sehingga tidak hanya solidity yang digunakan untuk memprogram. Saat ini bisnis sedang ramah berjalan di ZK-EVM. Impactnya adalah transaksi bisa hampir instan. Istilah mudahnya ZK-EVM bisa disederhanakan seperti bagaimana caranya kita bisa membuktikan bahwa kita itu benar tanpa menunjukkan terlalu banyak informasi. Banyak VC yang investasi besar-besaran di teknologi Zero Knowledge Proof teknologi untuk mendukung confidential transaction.

Kenapa Bridge Sering Diserang Oleh Para Peretas?

Bridge bisa menghubungkan transaksi, token, koin dan segala jenis dApps bisa diconvert ke destinasi protokol. Sebagai contoh, jika kita mau memindahkan satu aset ke dari suatu protokol ke protokol lainnya tentunya aset tersebut harus di-lock terlebih dahulu agar bisa dipindahkan.

Peretasan bisa terjadi di level protocol, smart contract dan di level EVM sebagai execution engine nya. Kebanyakan itu bocor di level smart contract, karena kalau di level user harus sign approval untuk bisa dieksekusi. Bahkan selevel otoritas Audit Blockchain ternama pun masih bisa kebobolan, karena gak semua audit firm punya testing yang solid.

SESI TANYA JAWAB

Pertanyaan : Gimana para investor untuk menghindari proyek scam, apa ada edukasi sendiri. Terkadang hacker menyematkan smart contract palsu. Apa ada edukasi terkait investor baru?

Jawaban : Invest di project yang udah jelas, foundernya jelas. Lihat kapitalisasinya, sosok dibelakangnya, whitepapernya Sarannya bisa banyak bertanya ke KOL yang trusted, terhubung pada komunitas.

Pertanyaan : Agak bingung dengan proyek yang ngaku ngaku web3, itu apa sih ciri-cirinya.. Kira kira project seperti apa yang bakal jadi pendorong pertama?

Jawaban : Lifecycle dari project biasanya hype di awal dan menurun di akhir. Saat ini project web3 masih dalam tahap adopsi, dan kesulitan masih di UI dan User Experience. Problem yang bakal dihadapi adalah si user wajib punya native token, misal kalo di Polygon maka wajib punya Matic.

Sekarang ada istilah meta transaction, yaitu kita bisa berinteraksi dengan ekosistem web3 tapi ga perlu pake token nya. Meta transaction masih dalam tahap pengembangan. Untuk membedakannya itu bisa menggunakan framework berfikir dengan mengevaluasi projectnya, pengembangnya siapa, smart contract dan trace, alokasi token nya kemana, governance datanya gimana

Pertanyaan : Misalnya project web3, regulasi di Indonesia gimana? Kalo misalnya sistem pembayaran payment gateway untuk beli crypto

Jawaban : Wajib baca peraturan dari BAPPEBTI, wajib mendaftar ke bappebti sebagai orang yang mengembangkan aset kripto supaya legal dan dapat informasi terbaru karena uncertainty nya masih tinggi. Terkait payment gateway untuk beli crypto, karena crypto di treat masih sebagai komoditi itu masih bisa tapi gabisa jadi alat pembayaran

Pertanyaan : Gimana caranya seorang web3 security bisa mengatakan bahwa web itu sudah aman, ada tools” tertentu ato gmna? dan apa yg perbedaan yg mencolok dri web2 &web3? maksudnya kenapa orang harus pake web 3?

Jawaban : Nothing 100% secure, adanya istilah temporary maximum. Makin gede uangnya makin deg degan juga, strateginya kita bisa pake tools yang ada sekrang untuk tau seberapa oke sistem yang kita bangun untuk ngecek smart contract: cek kode, inputan.

Editor : Ar/Der

--

--

Aurora Indonesia

The official headquarters of the Aurora community in Indonesia. EVM by NEAR Protocol with full Ethereum Compatibility & NEAR’s key features