Chapter 9
Berada dalam dekapan jeongguk sepanjang malam adalah sesuatu yang tidak pernah taehyung pikirkan sebelumnya, merasa aneh di beberapa bagian tapi selebihnya yang di rasakannya adalah nyaman. Diam diam pernah melamun tentang betapa beruntungnya kekasih jeongguk kelak, dan siapa sangka kekasih pemuda itu sekarang adalah dirinya.
Jeongguk memeluknya erat, enggan melepasnya meski dia sendiri sudah tidur. mereka berbaring miring memposisikan kepala taehyung tepat di bawah dagunya, sedangkan dia sendiri membenamkan wajah di antara helaian rambut taehyung.
Kaki taehyung menyelinap di antara kaki jeongguk di bawah, mereka saling membelit. pinggangnya di dekap lengan kokoh jeongguk, di tarik sedekat mungkin hingga hidung bangir taehyung menyentuh ceruk lehernya. Suatu keuntungan untuk taehyung karena Aroma jeongguk sungguh luar biasa seperti apel merah yang ranum dengan aroma khas woody yang lembab dan segar tercium lembut di hidung taehyung.
Taehyung sempat tertawa karena bagaimana bisa mereka yang biasanya saling memaki, kini bergelung nyaman di atas ranjang. Hanya karena status mereka yang berubah dari teman menjadi sepasang kekasih.
Tadinya ia kebingungan tentang bagaimana caranya membawa seorang vampire masuk ke rumah, tanpa membuat ibunya yang manis pingsan. Maka dia menyuruh jeongguk untuk menunggu di depan pagar rumah, menyusun rencana dengan ia masuk terlebih dahulu ke dalam memastikan keadaan agar jeongguk bisa menyelinap ke dalam kamarnya tanpa di ketahui siapapun.
Ia akan mengenalkan jeongguk, tapi tidak sekarang. dia hanya takut di amuk oleh ayahnya jika membawa laki laki lain sedangkan dia sendiri menolak mati matian saat di jodohkan. Apa hubungannya? Entah taehyung juga tidak tahu. yang pasti ia akan memastikan dulu Jeongguk tidak berkeliaran, atau menggelandang di luar karena tidak memiliki tempat singgah.
Taehyung masuk ke rumahnya mengendap endap seperti pencuri, bersorak gembira saat tidak menemukan ayahnya di manapun. serta mengintip sang ibu sedang sibuk membuat sesuatu di dapur bersama pelayan di rumahnya, Bahkan tidak sadar saat taehyung membuka pintu rumah.
Bagus.
Taehyung sukses menyelundupkan kekasih gadungan nya ke kamar. Coret, bukan gadungan tapi kekasih sungguhan.
Ya, setelah jeongguk yang dengan gamblang mengutarakan bagaimana perasaannya pada taehyung. bahwa sejak lama jeongguk merasakan sesuatu yang terus meletup
Di dada saat bersama taehyung. Klise sekali, tapi dia juga tahu dengan jelas bagaimana rasanya. Jeongguk meminta taehyung menjadi kekasihnya, dan taehyung dalam keadaan sadar dan waras mengangguk.
Tanpa mengucap apa apa setelah mereka berciuman, taehyung merentangkan tangannya untuk meminta jeon jeongguk memeluknya kembali. Seorang vampire dan manusia menjadi sepasang kekasih?
Terdengar sinting memang, Manusia waras mana yang memilih vampire sebagai pasangannya.
Tapi kenapa dia harus menolak di saat ia juga memiliki perasaan yang sama pada vampire itu.
"jika aku kekasihmu sekarang, lalu calon tunanganku bagaimana?"
"kau bawa saja dia kemari, aku akan mencium mu dengan keras tepat di hadapannya. Tapi jika dia masih berusaha merebutmu dariku, aku tidak akan ragu mematahkan kedua tangannya"
Taehyung tergelak, teringat percakapan konyol mereka tadi sore. Ia mendongak untuk melihat wajah damai jeongguk yang terlelap, jemarinya terangkat naik untuk menelusuri garis rahang jeongguk yang sempurna seperti pahatan surga.
"kenapa kau tampan sekali" gumam taehyung.
Mata jeongguk yang tertutup tampak bergerak samar, Alisnya yang tebal mengerut. taehyung tersenyum saat mengetahui dia pasti terbangun karena usapan jemari di pipinya.
"selamat pagi."
Mendengar sapaan pagi taehyung kelopak mata Jeongguk akhirnya terbuka, menampilkan mata bulatnya yang berbinar cemerlang. Masih tampak mengantuk dengan wajah bantalnya.
"hai sayang" ujar jeongguk dengan suara serak khas bangun tidur. menyadari siapa yang ada di dekapannya, ia kemudian menunduk untuk mengecup bibir taehyung.
"selamat pagi jeongguk, tidurmu nyenyak?"
"tentu saja, tidur paling nyaman yang pernah ku rasakan."
Tangannya yang panjang meraih bahu taehyung dan memeluknya lagi, sepanjang malam ternyata masih belum cukup untuknya. Taehyung hanya terkekeh, kemudian dengan telapak tangannya ia mendorong dada jeongguk.
"baiklah tuan vampire, sebelum ibuku mendobrak masuk kemari. Sepertinya aku harus turun ke bawah dan ikut sarapan, kau diam dulu di sini oke" Taehyung menyibak selimut tebal mereka, "nah sekarang aku harus mandi dulu" Ia mulai bangkit duduk tapi kemudian menoleh saat jeongguk meraih ujung piyamanya.
"apa?"
"aku ikut."
Taehyung memiringkan kepalanya bingung, "mau ikut sarapan?"
Jeongguk menarik sudut bibirnya membentuk seringaian, ia maju mendekatkan wajahnya tepat di samping telinga taehyung dan berbisik rendah, "ikut mandi bersamamu." Kemudian dengan sengaja ia meniup pelan area itu hingga taehyung berjengit kaget. Tapi tidak lama karena dia menarik wajahnya menjauh dan balas berbisik.
"kau tau" ucapnya menggantung.
Tangan taehyung terangkat naik membelai pipi dingin jeongguk dengan telapak tangannya yang hangat, tatapan taehyung turun ke bibir bawah jeongguk. Ia mendesah dramatis lalu kembali menaikan kembali pandangannya ke mata jeongguk.
Jeongguk berani bersumpah mata taehyung adalah mata tercantik yang pernah ia lihat, Sedekat ini hingga ia rasanya bisa mengamati garis matanya yang indah. Taehyung kembali membuka mulutnya dan jeongguk menahan nafas, apa yang ia pikirkan ini benar? Tentang taehyung yang mungkin menyetujui ajakannya untuk mandi bersama?
"di dalam laciku ada senjata api. Jika kau berani masuk ke sana saat aku mandi. Ku lubangi kepalamu!" ancam taehyung dengan ekspresi serius.
Tapi bukannya merasa takut, jeongguk malah kembali melanjutkan rayuan nya. Ia berbaring miring menghadap taehyung, meletakan kepalanya malas di atas telapak tangannya yang ia tumpukan di atas bantal mereka. Menyugar rambutnya pelan dengan tangan kiri, tidak menyadari taehyung menahan nafas melihat gerakan itu. Helai rambutnya yang halus jatuh kembali ke posisi semula dengan cara yang luar biasa.
"bukankah tadi kau menyebutku tampan? Itu hanya wajahku. Tidak tertarik melihat bagian yang lain?" kalimat itu mengalun rendah dari belah bibir jeongguk, membelai tengkuk taehyung hingga ia gemetar.
Jeongguk menatapnya dengan mata berkabut, bagaimana bisa dia tampak selalu rupawan seperti dewa muda di lukisan. Begitu eksotis seolah menggoda taehyung untuk melemparkan dirinya kembali ke ranjang dan meneguk segala kenikmatan yang menetes dari setiap ujung jemari jeongguk.
"bagaimana mau tidak?" godanya lagi kali ini dengan kerlingan nakal.
Bangsat.
Taehyung menyambar bantal dan melemparnya tepat ke wajah tam-menyebalkan itu.
"bicara sekali lagi. Ku patahkan lehermu!" kecam taehyung.
Jeongguk meledak dalam tawa, tidak sanggup lagi menahan gemasnya ia pada taehyung. Ia Memeluk bantal yang taehyung lempar tadi, dan terpingkal di atas ranjang. Jeongguk tahu taehyung hanya malu, dia melihat dengan jelas rona merah di pipi roti itu. Kekasihnya hanya menutupi rasa gugup dan malunya dengan meraung marah padanya.
"diam bodoh! Ibuku bisa dengar!" taehyung berbisik memperingati.
Jeongguk memelankan suara tawanya, ia mengangguk dan beranjak bangun. Melangkahkan kaki panjangnya menuju taehyung meraih bahunya kemudian memeluk pemuda itu.
"maaf" ucap jeongguk lalu melepas pelukannya.
"aku hanya bercanda, aku menghormatimu tenang saja. Sekarang masuklah ke kamar mandi dengan damai karna aku tidak akan mengganggumu."
Taehyung tersenyum dengan bibir mengatup rapat membentuk garis tipis, hingga pipi roti itu benar benar mengembang sempurna. Jeongguk senang kali ini ia bisa mengelus adonan itu tanpa di tahan lapisan barrier lagi. Wajah kekasihnya menampilkan ekspresi seolah memikirkan sesuatu yang serius.
"aku tidak tau, vampire butuh mandi atau tidak. Tapi setelah ini, aku mungkin akan mengenalkanmu pada ibuku. Aku tidak terbiasa menutupi apapun dari ibuku, jadi yah supaya kau bisa nyaman juga di sini tanpa sembunyi lagi"
"kau ingin mengenalkanku?" ujar jeongguk terkejut.
"ya".
"mengenalkanku sebagai?".
"kekasihku tentu saja.”
Jeongguk merona. Merasa kembang api meletup letup di dalam perutnya, senang karena kekasihnya menggemaskan sekali. Ia merunduk untuk mengecup dahi taehyung sayang.
"ya, Mari bertemu ibumu setelah ini."
Taehyung mengangguk, "baiklah aku akan mandi sekarang." Ia kemudian berbalik, tangannya terjulur untuk mengambil handuk yang menggantung di sisi ranjangnya.
Taehyung melangkah masuk ke dalam ruangan kecil di sudut kamar meninggalkan jeongguk.
Setelah taehyung menutu pintu, jeongguk meraih selimut mereka yang kusut di atas ranjang dan melipatnya. Tergelak karna untuk pertama kalinya sekali lagi hanya bersama taehyung ia tidur. Tidur entahlah tidur panjang seperti saat ia bayi, vampire tidak pernah terlelap dengan benar. Mereka hanya duduk diam dan menutup mata untuk memulihkan kembali tenaga mereka. Tidak benar benar tertidur dan bermimpi seperti manusia, tapi mungkin aroma taehyung yang manis membuatnya nyaman dan jatuh tertidur begitu saja.
Ia kemudian menguap, secara spontan mengangkat tangannya ke atas. menggeliat merasakan otot ototnya yang sempurna meregang. Ia berjalan arah jendela kayu kamar taehyung yang masih tertutup, Jeongguk memutuskan untuk membukanya. Engselnya berderit saat jeongguk membuka daun jendelanya lebar lebar. Mengizinkan udara pagi berebut masuk ke dalam kamar. Masih pagi, sinar matahari mengintip lewat sela sela pohon lebat, dan jatuh ke tanah seperti belah belah pedang cahaya. Hidung bangir jeongguk mengkerut saat ia mencium wangi roti yang hangat dari bawah. Mungkin wanita yang taehyung sebut ibu tengah memanggang sesuatu.
Kicau burung menyusup masuk ke telinga jeongguk. Begitu berisik, tapi menyenangkan. beberapa dari mereka terlihat hinggap di lampu lampu jalanan yang mati, Dedaunan masih terlihat basah oleh embun. Bunga bunga di sepanjang jalan yang kemarin jeongguk lihat masih kuncup sekarang mekar, Mewah dengan warna warni yang terang, semarak dan tercium harum semerbak. Untuk kali ini jeongguk bersyukur tentang indra penciumannya yang tajam.
Inilah pagi.
Pagi dengan suasana yang pantas di sebut pagi, Tidak seperti pagi di dunia jeongguk yang sama saja tidak ada perubahan dari hari ke hari. Muram selalu menggelayuti pagi di kota mereka, nyaris seperti berduka atas kematian entah untuk siapa. hingga seluruh penduduknya muak menyambut pagi yang sama kelabunya dengan seluruh pembawaan kota malang mereka. Apakah aroma kematian selalu harus ada di dunia mereka?
Jika begitu Jeongguk berharap bisa membawa seokjin dan namjoon kemari, melewati barrier bodoh itu dan hidup dengan suasana yang baru dan lepas dari aturan siapapun.
Jeongguk menoleh ke pintu kamar mandi saat mendengar senandung taehyung. Berdendang riang di selingi suara air yang terdengar jatuh ke lantai. Ia tersenyum, Kekasih mungilnya menggemaskan sekali. bisakah taehyung jeongguk simpan saja di dalam saku piyamanya. Ia ingin menikmati pagi seperti ini di sepanjang hidupnya bersama taehyung tentu saja.
Setelah taehyung selsai sarapan bersama ibunya. Ia keluar dari rumah dan melambai pada jeongguk yang bertengger di jendelanya. Siap melompat turun kapan saja saat taehyung memberi kode.
Skenarionya adalah: jeongguk berpura pura masuk lewat pintu depan, lalu berkenalan dengan sopan pada ibunya dan berakting seolah ia baru saja datang. padahal faktanya, ia sudah menginap semalam di kamar putranya. Itu tadi, sebelum jeongguk menangkap ekspresi terkejut luar biasa dari wajah ibu taehyung saat pertama kali melihatnya. bahkan gelas teh yang tengah wanita itu genggam lepas dari tangannya, Jatuh pecah berserakan di bawah kakinya hingga taehyung berteriak kaget. ada apa?
Apa ia terkejut karena anaknya yang di jodohkan tanpa aba aba membawa seseorang yang ia akui sebagai kekasih?.l Tapi taehyung bilang ibunya memang tidak setuju dengan perjodohan konyol itu. Ia membebaskan putranya untuk memilih pasangannya sendiri. Jika bukan itu alasanya, lalu mengapa ia terkejut hingga tampak pucat pasi. Jeongguk bersumpah nyaris seperti darah terserap habis dari wajah ibu taehyung, Ia khawatir wanita itu jatuh pingsan jika melihatnya terlalu lama.
Jeongguk tetap diam saat taehyung membimbing ibunya untuk duduk. Ia melihat jeongguk dengan raut wajah tegang, mencengkram lengan taehyung kuat dan berbisik ke telinga putranya dengan lirih. namun jeongguk masih bisa mendengar suaranya yang gemetar "b-bawa dia pergi" ucap wanita sambil tetap memandang was was ke arah jeongguk.
Dan jeongguk tidak mengerti tidak merasakan keanehan apapun pada dirinya atau wanita itu.
"jeongguk" taehyung memanggilnya.
"ya?"
"aku akan membawa ibuku masuk ke kamar. Sepertinya dia sedang tidak sehat tunggu aku di luar oke, aku akan segera menyusulmu."
Taehyung bangkit berdiri untuk memapah ibunya. Dia sendiri juga bingung pada respon ibunya yang aneh, ia merasa ibunya ingin mengatakan sesuatu tapi tertahan seolah olah ada batu besar yang mengganjal tenggorokannya.
Jeongguk mengangguk. Ia kemudian menuruti ucapan taehyung dengan melangkah keluar melewati pintu utama dan menunggu taehyung di halaman rumah. Ia mengedarkan pandangannya sebentar lalu merendahkan tubuhnya, memungut sesuatu di tanah. Memutar mutar sesuatu itu di telapak tangannya yang lebar sebelum menggenggamnya erat.
"hei"
Ia menoleh ke arah pintu saat merasa terpanggil, Taehyung keluar dari rumahnya dan menghampirinya.
"bagaimana ibumu?" Jeongguk bertanya, matanya melirik ke arah pintu rumah yang di tutup pelan oleh seorang wanita paruh baya dengan apron di tubuhnya.
Taehyung mengendikan bahu, ikut cemas karna ibunya seperti terserang angin duduk secara mendadak. Sempat kebingungan saat ibunya menyuruhnya pergi, Menolak sentuhan taehyung dan memintanya meninggalkannya seorang diri di kamar.
“tidak tahu. Mungkin ia sedang tidak sehat, ia menyuruhku untuk membawamu jalan jalan."
Jeongguk mendengus "ia menyuruhku membawaku pergi bodoh, bukan jalan jalan."
"kan, sama saja" taehyung mengibas telapak tangannya enteng, kemudian meraih lengan jeongguk mengajak pemuda itu untuk berjalan keluar. "ibuku sudah aman, ada pelayan di rumah yang akan menemaninya. Jadi sekarang, apa agenda kita hari ini ?"
"berkencan denganmu."
Taehyung mendecak "kan kemarin sudah,” tangannya meraih gerbang pendek rumah dan membukanya.
"kau serius menyebut kemarin itu kencan?"
"ya baiklah. Karna sekarang aku seorang pengangguran, jadi waktuku bebas untukmu."
Jeongguk tersenyum. "tapi sebelum itu kurasa kita harus menukar ini,"Ia kemudian berhenti melangkah, menunjukan sesuatu di genggamannya pada taehyung yang mengernyit.
"batu?" tanyanya bingung.
Jeongguk menyeringi "kau tau ini bukan hanya batu". pungkasnya Kemudian secara perlahan lahan kerikil kecil dalam genggaman jeongguk berubah. Menjadi sesuatu yang berpendar berkilauan di bawah sinar matahari.
Rahang taehyung jatuh, melototi bergantian antara wajah jeongguk dan kerikil mungil itu. "aku lupa jika kekasihku punya sepasang tangan ajaib". Cicitnya merana,
Jeongguk Melirik taehyung yang mengamati benda di tangannya dengan serius.
"hei, penyihir bisa melakukan itu tidak dengan tongkat mereka?" Tanya taehyung penasaran.
"tidak. sihir secara mutlak tidak bisa merubah apapun, menjadi harta benda yang bernilai" Jawab jeongguk. Ia pasrah saat taehyung meraih pergelangan tangannya mendekat.
Dahi taehyung berkerut, kepalanya sedang sibuk mencari tahu benda itu sungguh berubah menjadi emas asli? Yang jika di tukar dengan uang. Mungkin taehyung bisa mendapatkan sekarung penuh strawberry kesukaannya. Tidak! Tidak, bukan hanya sekarung mungkin juga taehyung bisa membeli satu petak kebun strawberry untuk dirinya sendiri. "waw" desahan terpana lolos dari bibir mungilnya.
Telunjuk panjang jeongguk mencolek hidung taehyung "sebenarnya kamipun sama. Untuk mengubah sesuatu menjadi emas, energimu akan menyusut sebentar. Rasanya seperti darahmu tersedot habis untuk 2 kantung darah. Akan selalu ada pengorbanan untuk sesuatu yang berharga bukan?"
Gerakan jemari taehyung di atas benda itu terhenti. "kau tidak papa?!Mau duduk? ayo kepalamu pasti pening sekarang." Ucapnya panik. menatap cemas ke arah jeongguk, takut jika kekasihnya lemas setelah energi sebanyak itu menyusut dari tubuhnya.
Jeongguk tergelak, ia menyimpan kembali benda berkilat itu di kantung mantelnya dan melingkarkan tangannya di sekitar bahu taehyung untuk ia rangkul.
"aku baik baik saja." ia membawa taehyung untuk berjalan dalam rangkulannya, " haruskah aku membeli salah satu rumah di sini? Aku tidak bisa terus mengungsi di rumahmu, ibumu saja terkejut apalagi ayahmu. Bisa bisa dia menebas leherku dengan pancang. Memang apalagi yang di lakukan seorang ayah jika melihat ada pria asing tidur satu ranjang dengan putranya."
"kau sungguh tidak papa?"
"aku tidak papa sungguh, Jangan khawatir." jeongguk mengulas senyum untuk meyakinkan taehyung bahwa dirinya baik baik saja. sekarang di mana aku bisa membeli rumah kim taehyung?"
"haruskah?"
Jeongguk mengangguk mantap.
"ya harus. Aku kan akan menetap di sini, aku tidak mau berjauhan lagi denganmu. Jika aku rindu kau harus suka rela jika tiba tiba kusen jendelamu rusak karna aku menyelinap ke kamarmu."
Taehyung terkekeh, lalu balas melingkarkan tangannya di pinggang jeongguk. "baiklah" katanya, mengangkat tangannya sebelah tangannya ke udara dengan riang.
"Ayo pergi kencan dan beli apapun yang kau mau hari ini!" serunya ceria.
Jeongguk mencium kepala taehyung sayang. Rambut taehyung yang lebat dan halus memantul setiap ia bergerak, begitu harum tercium di bawah hidung jeongguk. Kini ia menandak nandak seperti beruang menggemaskan di samping jeongguk, tidak berhenti berkicau seperti burung yang jeongguk temui tadi pagi.
Jeongguk menginginkan taehyung, Menginginkan taehyung mengisi setiap harinya. Jeongguk tidak akan datang untuk mengeluhkan semua duka yang ia miliki, ia hanya ingin hidup bersama beruang manisnya. Bisakah ia egois tentang itu? Menyingkirkan betapa mereka adalah dua makhluk yang berbeda hanya karena jantungnya yang mati berdetak untuk taehyung? Bisakah jeongguk?
Tapi jeongguk pernah kehilangan kedua orang tuanya saat jemari mungilnya masih lemah menggapai keduanya. Dan kini, saat ia bisa berdiri dengan benar dan begitu tangkas dengan kemampuannya, maka ia tidak akan membiarkan taehyung lepas dari dekapannya. Apapun yang terjadi.
🍷